HIDUPKATOLIK.COM Melalui media arus utama dan media baru (media sosial), kita menyaksikan aksi-aksi sosial yang muncul di tengah bencana virus korona ini. Ada kelompok warga yang menyediakan dan membagi-bagikan makanan dalam kotak kepada para pekerja ojek online, para supir angkutan umun, dan para pekerja harian lain. Mereka adalah warga yang terimbas langsung dari imbauan pemerintah untuk tinggal dan bekerja dari rumah. Selain membagikan makanan bungkus, ada juga yang memberi sejumlah uang tunai atau sembako lain. Kita pun melihat upaya-upaya konkret dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Kendati ada Pemerintah Daerah yang masih tergagap-gagap dengan keadaan ini.
Kita juga melihat sejumlah selebritas yang secara spontan mendonasikan uang dalam jumlah ratusan bahkan ada yang milyaran rupiah untuk menolong para korban pandemi virus korona ini. Tak ketinggalan, para pengusaha yang murah hati turut memberikan bantuan tunai atau fasilitas lain, seperti bangunan hotel untuk dijadikan rumah sakit darurat korona ini dan perlindungan bagi para tenaga medis, dokter, perawat, bidan yang berada di garda paling depan penanggulangan bencana ini. Kita berharap makin banyak pengusaha yang rela berkorban untuk bangsa dan negara ini.
Memasuki bulan April ini, di satu sisi kekhawatiran kita berada pada tingkat yang sungguh waspada karena penyebaran virus korona belum menunjukkan tanda-tanda berhenti. Korban yang dirawat terus bertambah, yang meninggal meningkat. Kabar baiknya bahwa yang mengalami kesembuhan makin bertambah pula. Di sisi lain, kita optimis karena pemerintah lebih siap mengambil langkah-langkah makro dan mikro dalam penanggulangan bencana ini.
Prediksi pertumbuhan ekonomi sudah disampaikan oleh Kementerian Keuangan untuk masa yang akan datang, temasuk prediksi yang paling pahit, yakni pertumbuhan hingga minus 4%. Informasi ini, disatu sisi, akan membantu semua pihak untuk mengantisipasi langkah-langkah ke depan, terutama bagaimana menolong warga masyarakat yang menderita pukulan keras dari pandemi ini. Di sisi lain, informasi itu menyampaikan kondisi yang paling buruk, bisa terjadi jika aparatur pemerintah tak sungguh-sungguh mampu mengantisipasinya. Kendati dalam pelbagai krisis yang pernah terjadi, negeri ini mampu melewatinya.
Keterlibatan lembaga-lembaga sosial keagamaan memegang peran penting dalam menanggulangi kondisi sosial ekonomi ini. Menilik krisis ekonomi-moneter-politik tahun 1998, di kalangan Gereja Katolik, pelbagai upaya ditempuh oleh masing-masing paroki pada level paling menyentuh umat. Kendati situasi saat ini berbeda dengan krisis 1998, 2008 (krisis ekonomi), kita berharap, para pastor dan Dewan Paroki membuat langkah-langkah antisipatif, khususnya mengupayakan bantuan langsung bagi warga yang sungguh-sungguh kehilangan mata pencaharian. Serentak dengan itu, mendorong umat untuk rela menolong warga, siapa pun, yang kurang mampu, setidaknya di lingkungan terdekat masing-masing.
HIDUP No.15, 12 April 2020