MELAMPAUI KESETIAKAWANAN

80

HIDUPKATOLIK.COM Melalui media arus utama dan media baru (media sosial), kita menyaksikan aksi-aksi sosial yang muncul di tengah bencana virus korona ini. Ada kelompok warga yang menyediakan dan membagi-bagikan makanan dalam kotak kepada para pekerja ojek online, para supir angkutan umun, dan para pekerja harian lain. Mereka adalah warga yang terimbas langsung dari imbauan pe­merintah untuk tinggal dan bekerja dari rumah. Selain membagikan makanan bungkus, ada juga yang memberi se­jumlah uang tu­nai atau sembako lain. Kita pun melihat upaya-upaya kon­kret­­­ dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Kendati ada Pemerintah Daerah yang masih tergagap-gagap dengan keadaan ini.

Kita juga melihat sejumlah selebritas yang secara spontan mendonasikan uang dalam jumlah ratusan bahkan ada yang milyaran rupiah untuk menolong pa­­ra korban pandemi virus korona ini. Tak ketinggalan, para pengusaha yang murah hati turut memberikan ban­tuan tunai atau fasilitas lain, seperti ba­ngunan hotel untuk dijadikan ru­mah sakit darurat korona ini dan per­lin­dungan bagi para tenaga medis, dokter, pe­rawat, bidan yang berada di garda paling depan penanggulangan bencana ini. Kita ber­harap makin banyak pengusaha yang rela berkorban untuk bangsa dan negara ini.

Memasuki bulan April ini, di satu sisi kekhawatiran kita berada pada ting­kat yang sungguh waspada karena pe­nye­baran virus korona belum me­nun­juk­­kan tanda-tanda berhenti. Korban yang dirawat terus bertambah, yang me­­ninggal meningkat. Kabar baiknya bahwa yang mengalami kesembuhan makin bertambah pula. Di sisi lain, kita optimis karena pemerintah lebih siap meng­­ambil langkah-langkah makro dan mikro dalam penanggulangan ben­ca­na ini.

Prediksi pertumbuhan ekonomi su­dah disampaikan oleh Kementerian Ke­uangan untuk masa yang akan datang, te­masuk prediksi yang paling pahit, yak­ni pertumbuhan hing­­ga minus 4%. In­formasi ini, di­satu sisi, akan mem­bantu se­mua pi­hak untuk meng­anti­­sipasi lang­kah-­langkah ke de­­pan, terutama ba­­gai­­mana me­no­long warga ma­sya­ra­­­kat yang men­de­ri­ta pukulan keras da­ri pandemi ini. Di sisi lain, informasi itu menyampaikan kon­disi yang pa­ling buruk, bisa terjadi jika aparatur pe­me­rintah tak sungguh-sungguh mampu meng­antisipasinya. Kendati dalam pel­ba­­gai krisis yang per­nah terjadi, negeri ini mampu me­le­watinya.

Keterlibatan lembaga-lembaga sosial ke­agamaan memegang peran penting da­lam menanggulangi kondisi sosial eko­­nomi ini. Menilik krisis ekonomi-mo­neter-politik tahun 1998, di kalangan Ge­­reja Katolik, pelbagai upaya di­tem­puh oleh masing-masing paroki pada level paling menyentuh umat. Kendati situasi saat ini berbeda dengan krisis 1998, 2008 (krisis ekonomi), kita ber­harap, para pastor dan Dewan Paroki mem­buat langkah-langkah antisipatif, kh­u­susnya mengupayakan bantuan lang­­­sung bagi warga yang sungguh-sung­­guh kehilangan mata pencaharian. Se­rentak dengan itu, mendorong umat untuk rela menolong warga, siapa pun, yang kurang mampu, setidaknya di ling­kung­an terdekat masing-masing.

HIDUP No.15, 12 April 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini