OMK Tanjung Selor ‘Menghujani’ Pertanyaan pada Uskupnya. Ada Pula yang Minta Tips …

39
Sesi Talkshow dan tanya jawab OMK bersama Uskup Tanjung Selor (KTS), Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF (tengah) dipandu Ketua Komkep KTS, Pastor Bernad Moi (kiri) dan OMK Katedral Tanjung Selor, Katarina (kanan). (HIDUP/Felicia Permata Hanggu)

HIDUPKATOLIK.COM – “LUAR Biasa! Yesus hanya punya 12 orang murid dan kita punya 510 orang muda di sini,” ujar Uskup Tanjung Selor, Mgr.Paulinus Yan Olla, MSF disambut riuh tepuk tangan dalam pembukaan talkshow bersama OMK Keuskupan Tanjung Selor (KTS) pada Rabu, 3 Juli 2024. Dalam talkshow ini, Mgr. Paulinus menekankan arti penting Gereja dan Gereja yang bermisi. OMK pun dengan antusias berebut ingin bertanya tentang Gereja dan perkembangannya kepada Sang Gembala.

 Hendrikus Bonjovi Sagalati
OMK Paroki St. Yosef Pekerja Juata

Monsinyur, mengapa Gereja Katolik selalu mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak mengubah puncak dari perayaan Ekaristi? Apa harapan Monsinyur untuk kami yang mengikuti TSYD?

Pertama, Gereja Katolik mengikuti perkembangan zaman tapi tidak mengubah hal-hal pokok seperti liturgi. Contohnya, tidak boleh mengubah hosti dengan biskuit Roma atau mengubah anggur dengan moke (Red. alkohol lokal) karena kita mempunyai iman Gereja. Iman Gereja itu dirumuskan dalam bentuk aturan yang mengikat kita semua sehingga di mana pun Gereja Katolik berada sudah sepakat merayakan Ekaristi dengan hosti dan anggur yang adalah Tubuh dan Darah Kristus. Iman Gereja itu lalu dirumuskan dalam hukum-hukum kebiasaan di mana pilar-pilar Gereja adalah kesaksian iman para rasul yang sebagian kesaksiannya dibagikan dalam Kitab Suci dan yang lain dipraktikkan dalam tradisi. Tradisi suci itu dijaga oleh Magisterium.

Kedua, jangan harap menjadi Katolik itu bisa tiba-tiba paham iman jika tidak pernah terlibat. Jadi harapan saya, OMK harus terlibat sesering mungkin dalam pertemuan iman. Bisa saja kalian mengalami ketidakcocokan satu sama lain tetapi dengan hadir kita dipenuhi dengan ilmu baru sehingga secara bertahap kita mendalami iman kita. Saya punya kisah, ada orang yang baru saja masuk Katolik bukan karena dia lahir di keluarga Katolik tapi karena di ajak teman ikut Misa. Dia terima komuni tapi tidak dimakan dan membuatnya diadili petugas. Ia pun ketakutan tetapi di dalam lubuk hatinya ia nyaman di dalam Gereja Katolik. Maka, ia belajar sendiri tentang iman Katolik melalui google. Dua tahun setelah itu, ia mengikuti katekumenat di Katedral dan dipermandikan.

Marta Kewakelen
OMK Paroki St. Eugenius de Mazenod (Eudema) Tanjung Redeb

Monsinyur, bagaimana cara menghadapi situasi di dalam keluarga atau lingkungan sekitar yang saat diajak ke Gereja mengatakan bahwa mereka berdoa di rumah saja. Penjelasan apa yang tepat untuk kita sampaikan terhadap mereka yang mengatakan bahwa iman seseorang tidak bisa dipaksa?

 Ya, itu semua kita alami. Ada saat di mana anggota keluarga atau teman kita menjadi pribadi sulit. Nah, dalam situasi demikian baiknya kita bawa dia dalam doa dan ada saat tertentu Tuhan mendidik orang tersebut dengan caranya. Contohnya, saya pernah mendampingi seorang Belanda yang di dalam hidupnya tidak suka berurusan dengan agama tapi ketika jatuh sakit ia berteriak-teriak menyalahkan Tuhan. Di momen itu, Tuhan menyapa mereka yang dalam situasi “tidak punya rasa lagi pada Tuhan”. Jadi momen pahit itu perlu untuk menyadarkan manusia bahwa ia memerlukan sesuatu yang lebih tinggi diluar dirinya. Mungkin sekarang dia cuek tapi ada saat ia merasa hidupnya butuh dasar yang lebih kuat.

Kita sabar saja bila dihadapkan dengan situasi demikian apalagi di saat mereka memojokkan kelakuan orang yang pergi ke gereja tapi sikapnya tak baik. Justru kita yang setia pergi ke Gereja, dan harus kita akui juga diri kita lemah maka kita perlu Tuhan, kita harus terus menjadi bagian dari perjuangan untuk memberi kesaksian seperti para rasul. Kita lihat Rasul Yakobus dan Yohanes meminta Yesus untuk menyambar mereka dengan api dari langit yang tidak mendengar pengajaran-Nya dan Yesus menolak. Ini mau dikatakan untuk menyapa orang seperti itu dibutuhkan kesabaran tanpa kekerasan. Yesus melatih murid-Nya untuk sabar. Kita pun harus bersabar dan berdoa.

Kristogonus Laka Paku
OMK Paroki Rasul Yohanes Pulau Sapi

Ciri khas apa dari iman Katolik yang mampu membuat iman kita bertumbuh, Monsinyur?

Belajar sejarah Gereja dan teologi itu baik tapi berdasarkan fakta sejarah, iman umat terpelihara berkat Doa Rosario. Sejarah Gereja Katolik di Indonesia menunjukkan Gereja Katolik pernah hilang dari peredaran selama 200 tahun ketika VOC masuk. Menariknya, iman Katolik hanya bertahan di Flores karena umat di Flores berdoa Rosario. Saat misionaris datang kembali untuk melakukan penginjilan hanya di tempat inilah iman kristianinya hidup. Jadi, jangan remehkan peranan Bunda Maria dalam melindungi Gereja. Karena itu, kaum muda, sekali lagi, jangan remehkan hal sederhana seperti berdoa Rosario. Doa Rosario adalah senjata kita melawan tipu daya Iblis.

Stepanus (Ontek)
OMK Paroki St. Stefanus Malinau

Sejauh mana Gereja memberi ruang kebebasan bagi OMK dalam mengekspresikan diri dan imannya? Sejauh ini, terkadang ada pastor atau orang tua yang seolah membatasi ruang gerak OMK. Apa tips Monsinyur untuk OMK Tanjung Selor dalam menjalani perannya sebagai misionaris muda milenial di tengah dunia yang dipenuhi tawaran duniawi yang menggiurkan.

Ya, jika soal batas nampaknya Gereja itu tidak pernah membatasi orang muda untuk mengekspresikan diri tapi justru mengharapkan orang muda tampil dan terlibat. Lihat saja dulu, untuk menerima komuni oleh Paus Pius X anak usia kelas III SD sudah diberi izin. Komuni anak-anak saja sudah apalagi keterlibatan di bidang lain. Jadi secara normatif artinya Gereja tidak pernah melarang orang muda untuk terlibat.

Nah, bahwa ada orang-orang tertentu yang pesimis mungkin ada kondisi tertentu yang membuat mereka berpikiran seperti itu karena punya pengalaman negatif seperti kumpul-kumpul terus mabuk dan berkelahi. Jadinya mereka panik dan melarang. Maka tipsnya harus ditemukan bersama di dalam kelompok-kelompok, keterlibatan aktif orang muda seperti apa yang mampu menggerakkan orang muda untuk mencapai potensi terbaik mereka. Untuk itu, kita datangkan teman-teman dari Domus Cordis karena mereka punya metode tertentu untuk melatih keterampilan kaum muda agar bisa menjadi pewarta mumpuni. Pastor Benard yang baru pulang dari pertemuan nasional kepemudaan juga pasti mendapat banyak ide-ide untuk membantu kalian berkembang.

Maka, generasi muda dan tua tetap harus berjalan seiringan karena kedua generasi saling membutuhkan. Jadi, jika banyak kegiatan dibuat untuk kalian, ikut dan terlibatlah, pasti ada sasaran baik yang mau dicapai dan dapat menjadi bekal bagi kalian untuk bermisi sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dengan terlibat dalam kehidupan menggereja pasti Tuhan juga tambahkan kapasitas kalian sebagai orang muda andal yang memilki jiwa bermisi. Jika di parokinya sendiri saja tidak aktif bagaimana kalian akan berkembang. Juga dengan aktif berkomunitas kalian memiliki benteng untuk menghalau tawaran dunia yang menggoda tadi. Maka, aktif dan terlibatlah!

 Felicia Permata Hanggu dari Dumaring, Kalimantan Timur

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 30, Tahun Ke-78, Minggu, 28 Juli 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini