Pengusaha Ini Bangkrut Beberapa Kali, tetapi Justru Menemukan Tuhan

104
kesakian iman, Krisnanda Andhika Svara
Krisnanda di ruang kerjanya HIDUP/Felicia Permata Hanggu

HIDUPKATOLIK.COMPerjalanan hidupnya yang keras menempa ia menjadi pribadi yang ulet dan senantiasa mengandalkan Tuhan. Doa dan Puasa adalah senjatanya.

MASUK ke area PT Karunia Usaha Sejahtera manik mata langsung terpikat pada pemandangan tak biasa. Terlihat sebuah salib lengkap dengan daun palma yang diberkati terpasang di depan pintu gudang yang menjulang tinggi. Panorama ini juga semakin terlihat ketika mengunjungi area perkantoran tempat kegiatan administrasi bisnis dilakukan. Saat menapaki anak tangga menuju lantai dua, tampak juga salib lengkap dengan daun palma terpajang di dinding. Begitu juga di ruang rapat umum. Apalagi saat sampai ke ruang kerja pemilik usaha yang bergerak di bidang distributor produk makanan ini, Krisnanda Andhika Svara.

Kris, akrab disapa, suasana ruang kerjanya bak berada di toko rohani. Seketika mata yang lelah langsung dimanjakan dengan lukisan Tuhan Yesus yang sedang tersenyum. Saat memandang berkeliling, ada berbagai macam patung dan lukisan kudus. Ada Bunda Maria, tiga malaikat agung Santo Mikael, Santo Gabriel, dan Santo Rafael, serta lembaran doa, dan Kitab Suci. Di tengah tumpukan kertas kerja yang menunggu, Kris membuat ruang kerjanya bagai sebuah oase rohani agar hidupnya selalu terarah kepada Kristus.

Gelapnya Masa Kecil
Ketika kelahiran 4 Juni 1979 ini menengok kisah hidupnya, riwayat kelam tertoreh. Kebahagiaan masa kecilnya terenggut kala ayahnya memilih untuk meninggalkan ibu dan ketiga anaknya. Ayahnya juga membawa semua harta termasuk rumah, mobil, dan berbagai aset lainnya. Alhasil, kehidupan yang semula tercukupi berubah 180 derajat.

Demi kasih kepada anaknya, sang ibu pun melakoni berbagai pekerjaan kasar mulai dari asisten rumah tangga (ART), menjual es, bahkan berjualan kupon sosial berhadiah yang dikenal dengan SDSB. Pendapatan yang sangat kecil itu ternyata tak bisa memenuhi kebutuhan hidup ketiga anaknya. Untuk makan saja mereka susah apalagi sekolah. Dengan berat hati, ibunya pun mengirim salah satu anaknya ke keluarganya di Jawa serta Kris ke Panti Asuhan Vincentius Putra di Kramat, Jakarta Pusat.

Dari balik jeruji besi itu,
ia mengenal rasa syukur.

“Di titik itu, saya merasa sangat kehilangan dan seperti dibuang,” akunya. Endapan kekecewaannya itu membuat jiwanya yang terluka mudah terpengaruh. Beberapa kali Kris terlibat tawuran. Ganjarannya, ia harus mendekam dalam sel tahanan polisi dua kali serta sel tahanan Komando Rayon Militer (Koramil) satu kali.

Akan tetapi, di dalam sel itu, hatinya yang keras karena kecut hati perlahan retak. Ia menyadari kehidupan di dalam sel jauh lebih terpuruk dari yang ia rasakan. Orang yang masuk penjara harus berhadapan dengan susahnya untuk makan dan dipukuli pula. Dari balik jeruji besi itu, ia mengenal rasa syukur.

Terseok-seok menyelesaikan pendidikan wajib 9 tahun, Kris pun masuk SMA. Melihat beban yang ditanggung ibunya, ia bertekad untuk membayar sendiri uang sekolahnya. Lalu ia pergi ke sekolah Katolik dan meminta diperkenankan untuk bersekolah di situ dengan tanggungan biaya yang sangat kecil. Namun, pihak sekolah tidak percaya. Syukurlah, ada guru lain bersedia mendengar curahan hatinya. Ia pun direkomendasikan untuk masuk dengan bayaran Rp 10.000/bulan sementara rata-rata biaya adalah Rp 50.000.

Nilai kejujuran yang selalu diajarkan ibunya dan pahitnya hidup yang menempanya menjadi pribadi ulet

Meski sulit, Kris menjadi salah satu murid pintar di kelasnya. Acap kali banyak temannya meminta bantuan untuk menjelaskan pelajaran bahkan mengerjakan PR. Ia dengan senang hati membantu. Bermula dari ucapan terima kasih, jasanya mengerjakan PR dihargai oleh temannya. Ini menjadi “sumber pendapatan” Kris. Dari uang itu, ia bisa membayar uang sekolah, membeli buku, dan sesekali memberi uang kepada ibunya.

Perjuangan menempuh pendidikannya berlanjut. Ia bertekad untuk kuliah dengan segala keterbatasan yang ada. Sang ibu mendapat bantuan Rp 10 juta tetapi biaya selanjutnya harus dicari Kris. Selama kuliah, Kris pernah menjual panci door to door, jadi sales beras di Pasar Induk Kramatjati dan sales di Tanah Abang. Pernah di palak preman yang memiliki ilmu kebal, ia jadi tergoda untuk belajar ilmu hitam (okultisme). Dengan perjuangan yang berat, Kris berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan hasil memuaskan.

Nilai kejujuran yang selalu diajarkan ibunya dan pahitnya hidup yang menempanya menjadi pribadi ulet membawa Kris menduduki jabatan penting di umur 21 tahun sebagai supervisor dan menjabat sebagai manajer di sebuah perusahaan besar di usia 23 tahun. Tak berhenti di situ, ia giat menimba pengalaman dalam dunia bisnis. Kemudian Kris memutuskan untuk memulai bisnis sendiri. Bangkrut beberapa kali tetapi tidak menyerah. Ia sangat bersyukur, istrinya, Sherly Septiani Surjadi senantiasa mendukungnya dalam untung dan malang. Ini menjadi salah satu sumber kekuatan Kris agar tidak patah arang. Hingga saat ini, bersama Tuhan, ia berhasil membawa perusahannya terus bergerak maju menjadi berkat bagi keluarga, karyawan, dan pelayanannya.

bersama Tuhan, ia berhasil membawa perusahannya terus bergerak maju menjadi berkat bagi keluarga, karyawan, dan pelayanannya.

Jam Doa dan Puasa

Krisnanda bersama keluarganya
Dok. Pribadi

“Tidak ada yang kebetulan. Semua kepahitan yang boleh saya alami ini merupakan cara Tuhan membentuk saya,” ungkapnya lirih. Kris yakin, hajaran Tuhan ini untuk membuatnya kuat terutama secara rohani seperti dalam surat Rasul Paulus kepada orang Ibrani yang berbunyi, “Janganlah anggap enteng didikan Tuhan dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak” (Ibr 12:5-6).

Sadar akan kelemahan dan ketergantungannya kepada Sang Pokok Anggur, Kris pun melatih dirinya dalam doa dan puasa. Setiap hari Kris mengikuti Ekaristi sebelum pergi kerja, berdoa Rosario 9 kali (3 kali di pagi hari, 3 kali di siang hari, dan 3 kali di malam hari), Doa Koronka dan Kerahiman Ilahi, Doa Brevir, baca Kitab Suci, serta puasa.

ia disadarkan telah mengidap buta dan tuli rohani sehingga sering kali tidak menyadari kasih karunia Tuhan di dalam hidupnya.

Hikmat untuk sungguh memiliki hubungan yang erat dengan Yesus dimulai saat ia mengikuti Sekolah Evangelisasi Pribadi (SEP) Eksekutif angkatan X tahun 2015. Bermula dari menemani kawan karib agar bisa kembali bangkit dari keterpurukan, hatinya disentuh Tuhan dalam setiap pengajaran SEP. Di situ, ia disadarkan telah mengidap buta dan tuli rohani sehingga sering kali tidak menyadari kasih karunia Tuhan di dalam hidupnya. Kemudian, ayah tiga anak ini melanjutkan Kursus Konseling Pastoral Katolik di Shekinah. Di kursus ini, ia berkenalan dengan doa rosario 9 kali. Sebelumnya, Kris tak pernah berdoa Rosario. Apalagi di dalam Doa Rosario ada Doa Bapa Kami di mana ia sulit mendokannya karena memiliki luka mendalam dengan sang ayah.

Pengajarnya terus mendorong Kris untuk berdoa Rosario dan ia tertantang untuk mencoba. Beberapa kali ia tertidur saat berdoa hingga suatu kali saat memasuki putaran keenam, rahmat Tuhan menghampirinya. Ia menjadi sangat khusyuk dalam doa dan derai air mata terus mengucur. “Di situ saya merasakan Tuhan itu sungguh sangat baik padahal dahulu saya mengumpat Tuhan karena papi saya dan semenjak itu saya tidak berani berhenti berdoa Rosario,” ucapnya hangat.

Ingin lepas dari belenggu kepahitan dengan sang ayah, sebelum berdoa Rosario Kris mendoakan Doa Pengampunan. Doa ini sederhana, terang Kris, “Dalam nama Tuhan Yesus, saya mengampuni (sebut namanya), saya sebut nama papi saya, karena…(keluarkan uneg-uneg).” Ia menyampaikan betapa sakitnya ia disia-siakan dan ditinggalkan oleh sang ayah. Berulang kali doa itu terucap dari bibirnya dan perlahan luka hatinya disembuhkan Tuhan.

To be Like Jesus

pemeliharaan Tuhan sungguh nyata. Usaha saya bisa terus maju bahkan untung di masa sulit karena Tuhan yang menyertai

Foto 1: Krisnanda Andhika Svara
HIDUP/Felicia Permata Hanggu

“Sungguh luar biasa Doa Rosario dan Doa Pengampunan. Ini menguatkan agar jangan tomat (tobat kumat),” tuturnya. Usai dari sana, Kris mengikuti Sekolah Pewarta Mimbar (SPM) dan lulus. Dari sana, ia mengetahui kekuatan Firman Tuhan. Ia menyebutkan, “Firman Tuhan sungguh tajam dari pedang bermata dua mana pun, sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Begitu juga dengan puasa, ia sungguh merasakan kuasanya.“Si jahat itu selalu bersiap menerkam kita, jikalau kita tidak kuat bersekutu dengan Tuhan maka pasti kita akan jatuh terus,”sebutnya.

Dari pelayanannya, ia belajar ketika menyelenggarakan sebuah acara haruslah membawanya dalam doa dan puasa. Saat Rosario, ia pun memperoleh hikmat agar kebiasaan baik itu jangan hanya berhenti dalam dunia pelayanan tetapi juga diterapkan dalam dunia kerja dan keluarga. “Setelah saya terapkan dalam poros hidup saya, pemeliharaan Tuhan sungguh nyata. Usaha saya bisa terus maju bahkan untung di masa sulit karena Tuhan yang menyertai,” ucapnya.

“Saya ingat dalam doa brevir disebutkan saat orang berpesta pora engkau mengungsi dalam doa. Hidup dalam doa penting karena walaupun roh penurut tapi daging lemah. Saya lemah jika menjauh dari Yesus. Dan ingat, Raja Israel menang bukan karena kekuatannya tetapi karena penyertaan Tuhan. To be like Jesus adalah tujuan utama hidup ini,” pungkasnya.

 Felicia Permata Hanggu

Terbit di Majalah HIDUP edisi 29 Tahun 2023

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini