Memahami “Kematian dalam Perspektif Iman Katolik”

66
Peserta, panitia dan pembicara berfoto bersama usai penyelenggaraan seminar, Minggu (28 Juli 2024). (Foto: HIDUP/Fennie)

HIDUPKATOLIK.COM – Judul di atas merupakan tema seminar yang pada Sabtu-Minggu (27-28 Juli 2024) di Pangkalpinang. Seminar ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menyegarkan dan menambah pengetahuan dan pemahaman para pelayan pralayan  berkaitan dengan tradisi kematian dan iman akan hidup kekal menurut ajaran Gereja Katolik. Selain itu, seminar ini diharapkan  dapat membantu Komisi Ibadat Ilahi untuk membarui buku panduan baru tentang tata perayaan seputar kematian yang selama ini digunakan di paroki-paroki.

Untuk mengakomodir kebutuhan tersebut, Komisi Ibadat Ilahi mengundang Pastor Fransiskus Purwanto SCJ, seorang teolog dogmatik lulusan Belgia dan Pastor Agustinus Giman, ahli misiologi yang menimba ilmu di Manila.

Mereka berdua berkolaborasi dan membangun interaksi dengan sekitar 70 peserta yang datang dari berbagai paroki di wilayah Kevikepan Bangka Belitung seperti Paroki Muntok, Paroki Belinyu, Paroki Sungailiat, Paroki Koba, (calon) Paroki Toboali, serta dua paroki di Kota Pangkalpinang, yaitu Paroki Santa Bernadeth dan Paroki Katedral Santo Yosef.

Seminar ini terbagi dalam empat sesi, yang masing-masing membawa pencerahan tentang topik-topik krusial seperti ajaran iman Gereja Katolik di sekitar  kematian, kehidupan kekal, inkulturasi budaya dalam tata liturgi, serta bagaimana perayaan liturgi dapat menyentuh hati umat.

Pastor Fransiskus Purwanto, SCJ (berdiri) sedang menyampaikan materi dari perspektif teologi dan inkulturasi. (Foto: HIDUP/Fennie)

Pastor Fransiskus dan Pastor Agustinus menggarisbawahi bahwa dalam Kristus, kematian adalah pintu menuju kebangkitan dan kehidupan kekal bagi umat kristiani.

“Kasih Allah yang tak berkesudahan, yang ditunjukkan melalui sengsara dan wafat Yesus di kayu salib dan kebangkitannya sebagai wujud rahmat dan belas kasih Allah bagi manusia,” tandas Pastor Fransiskus.

Poin lainnya adalah pentingnya pelayanan pralayan melakukan pelayanan ini dengan penuh cinta kasih.

“Layanan kematian harus membantu keluarga yang ditinggalkan untuk bertemu dan merakan kehadiran Kristus,” ungkap Pastor Francis.

Kedua pastor menekankan bahwa dalam naungan Roh Kudus, liturgi suci hendaknya dirancang untuk membawa umat beriman lebih dekat dengan Allah dalam Kristus, dengan memanfaatkan bahasa dan gerak-gerik setempat sehingga menciptakan sebuah sinodalitas. Sinodalitas yang dimaksud adalah adanya perjumpaan dan dialog yang mesra serta harmonis antara iman dan budaya setempat.

Pastor Agustinus Giman sedang menyampaikan pandangannya dari perspektif liturgi. (Foto: HIDUP/Fennie)

Peserta yang hadir terdiri dari imam, suster, frater, dan umat awam antusias menyimak setiap penjelasan dari kedua pembicara. Banyaknya peserta seminar yang mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman menunjukkan realita itu. Mereka mengapresiasi cara kedua narasumber menyampaikan materi yang kompleks dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami, tanpa mengurangi kedalaman maknanya. Kesan yang mendalam ini mencerminkan betapa seminar ini telah berhasil membuka wawasan dan cakrawala baru dalam pemahaman iman mereka.

Komisi Ibadat Ilahi Keuskupan Pangkalpinang berencana untuk membarui  buku panduan tata perayaan seputar kematian. Proses penyusunan akan dilakukan oleh tim yang telah ditunjuk, dengan harapan buku ini dapat membantu umat dan para pelayan kematian untuk lebih memahami dan menghargai makna dari setiap pelayanan yang dijalankan.

Suasana seminar yang hidup dan dinamis, dengan narasumber yang informatif dan enerjik, telah menciptakan sebuah atmosfer yang positif dan mencerahkan.

“Semoga melalui seminar ini, umat Katolik di wilayah Kevikepan Bangka Belitung memperoleh pemahaman lebih dalam tentang peristiwa kematian dan kehidupan kekal, serta dapat menghadapi misteri ini dengan iman yang teguh dan hati terbuka yang penuh harapan,” tutur Ketua Komisi Ibadat Ilahi Kevikepan Bangka Belitung Keuskupan Pangkalpinang, Pastor Martinus Handoko.

“Seminar ini bukan hanya sebuah upaya edukatif, tapi juga sekaligus merupakan sebuah perjumpaan iman yang memperkaya jiwa, yang mengingatkan kita bahwa dalam setiap akhir (hidup), ada awal baru yang menunggu, sebuah kebangkitan badan dan hidup kekal yang dijanjikan bagi mereka yang setia dan percaya, karena kematian bukan akhir, tetapi awal bagi hidup baru dalam kemuliaan bersama Kristus Tuhan,“ tambahnya.

Laporan Willy Suluh dari Bangka

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini