Komunitas Adi Yuswo Paroki Jatiwaringin: Makin Guyub, Makin Bahagia

74
Komunitas Adi Yuswo Paroki Jatiwaringin berfoto bersama di depan Patung Maria Assumpta di kawasaki Gua Maria Kerep, Ambarawa (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

HIDUPKATOLIK.COM – WAKTU menunjukkan sekitar pukul 23:00 WIB. Malam pun segera berganti pagi. Meski demikian, lebih dari 80 umat lanjut usia dari Paroki Jatiwaringin – Gereja St. Leo Agung di Jakarta Timur tampak tetap bersemangat. Satu per satu menaiki dua bus pariwisata yang telah terparkir tak jauh dari gereja paroki. Sebagian besar tampak masih kuat berjalan sendiri, hanya sebagian kecil menggunakan alat bantu jalan berupa tongkat.

Tarsisius Siswantoro (Dok. Pribadi)

Jumat (21/06/2024) malam itu, rombongan Komunitas Adi Yuswo ini melakukan perjalanan menuju Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk agenda tahunan mereka, yakni ziarek. “Ziarek adalah salah satu program dari komunitas yang paling ditunggu-tunggu,” ujar Tarsisius Siswantoro, yang akrab disapa Sis, ketua panitia ziarek.

Perjalanan darat antar-provinsi melewati jalan tol tersebut menempuh waktu hampir delapan jam, termasuk beberapa kali rehat barang sejenak di rest area. “Awalnya saya ada kekhawatiran, kalau malam tidur di bus rasanya bagaimana. Waktu saya masih muda tidak apa-apa. Tetapi saya bisa tidur kok, nyaman, tidak banyak gangguan. Tapi pagi harinya saya merasa sehat-sehat saja. Saya kira ini karunia Tuhan,” ungkap F.X. Bambang Sumardiko, purnawirawan TNI-AU yang kini berusia 75 tahun.

F.X. Bambang Sumardiko dan istri, M.M. Luluk Hajarwati (Dok. Pribadi)

Sekitar pukul 06:30 WIB keesokan harinya, rombongan komunitas tiba di Gua Maria Kerep Ambarawa, Jawa Tengah. Di sana mereka berdoa rosario bersama satu kelompok para imam dan biarawati. Tentu, ada waktu bagi mereka untuk berdoa secara pribadi di hadapan Bunda Maria. “Saya baru kali ini mengunjungi Gua Maria Kerep Ambarawa. Waktu turun dari bus di terminal, saya dan rombongan kemudian naik angkot menuju lokasi. Jalan cukup menanjak. Kalau jalan kaki, saya rasa saya sudah tidak mampu karena saya juga punya gangguan jantung. Tidak mungkin bagi orang tua seperti saya untuk berjalan kaki dari terminal menuju ke lokasi,” imbuh Bambang, yang didampingi sang istri, M.M. Luluk Hajarwati. Mengakhiri kunjungan di sini, mereka berfoto bersama di depan Patung Maria Assumpta setinggi 30,7 meter.

Destinasi kedua adalah Paroki Pakem – Gereja St. Maria Assumpta, Yogyakarta, sebuah tempat ziarah nasional, bahkan internasional. Di dalam gereja ini terdapat Sumur Kitiran Mas. Sumur ini berada tepat di depan altar Bunda Maria. Selain berdoa secara pribadi, rombongan komunitas rela mengantri untuk mengisi wadah kosong yang telah dibagikan dengan air suci yang diambil langsung dari sumur timba ini. Bahkan ada peserta ziarek yang minum air sumur dan mencuci muka mereka. 

Sebagian peserta Ziarek mengantri mengambil air suci dari Sumur Kitiran Mas (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Guyub dan Bahagia

Agenda utama program ziarek tahun ini dari Komunitas Adi Yuswo Paroki Jatiwaringin adalah menghadiri Pahargyan (Perayaan) Ekaristi Prosesi Agung di Paroki Ganjuran – Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus, Yogyakarta, pada Minggu (23/06/2024). Prosesi ini merupakan program tahunan Paroki Ganjuran. Namun tahun ini prosesi berlangsung spesial karena merupakan bagian dari perayaan 100 Tahun Paroki Ganjuran. Ada 101 gunungan hasil bumi dan hasil olahan sebagai persembahan. “Tahun lalu kami juga mengadakan ziarah ke sini. Tapi gunungan tidak sebanyak tahun ini. Ziarah tahun ini sangat istimewa bagi kasepuhan (Komunitas Adi Yuswo) Paroki Jatiwaringin. Momen ini tidak akan terjadi lagi. Seratus tahun lagi kami sudah tidak ada. Maka kami antusias sekali untuk ikut ziarek tahun ini,” ujar Sis, yang mengikuti ziarek bersama sang istri, Maria Karunia Nuryaningsih. 

Suasana dalam bus pariwisata (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Ziarek tahun lalu, selain Paroki Ganjuran, destinasi mencakup Gua Maria Tritis dan Gua Maia Sendang Sriningsih, keduanya terletak di Yogyakarta.

Menurut Sis, ia dan pengurus Komunitas Adi Yuswo Paroki Jatiwaringin telah mempersiapkan program tahunan ini selama sekitar tujuh bulan. Satu hal unik yang membedakan ziarek tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya adalah cicilan iuran kepesertaan. “Banyak dari kami sudah pensiun. Kalau pergi begini, banyak dari kami dibiayai oleh anak-anak kami. Maka kami menyicil,” imbuhnya.

Salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui ziarek tersebut adalah semakin menghidupkan keguyuban, selain memperdalam devosi kepada Bunda Maria. Sebagai umat lansia, anggota komunitas tak ingin hanya berdiam diam di rumah. Kegiatan rutin seperti ziarek perlu dilakukan. “Kami tidak menganggap diri kami muda, tapi kami senang membahagiakan orang lain. Saya pribadi merasa puas, saya bisa membahagiakan orang lain melalui ziarek ini. Saya puas kalau orang lain puas. Saya mau cari apa lagi?” ungkap Sis.

Komunitas Adi Yuswo Paroki Jatiwaringin saat menghadiri Pahargyan Ekaristi Prosesi Agung 2024 di Paroki Ganjuran (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Bagi Maria Fransiska Rusinah, ziarek tahun ini membuatnya merasa senang. Ia bahagia bisa bertemu dalam kebersamaan dengan anggota komunitas. Hampir sepanjang perjalanan darat, candaan yang seketika diikuti gelak terdengar. Suasana di dalam bus pun tak pernah hening. “Jadi kalau saya sering bertemu teman-teman, ini menambahkan kesehatan saya,” ujar peserta berusia 70 tahun yang didampingi sang suami, Fransiskus Emilius Mariyo ini.

Komunitas Adi Yuswo Paroki Jatiwaringin menutup ziarek tahun ini dengan mengunjungi Kota Solo dan Desa Wisata Kemuning, keduanya terletak di Jawa Tengah.    

Katharina Reny Lestari

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 28, Tahun Ke-78, Minggu, 14 Juli 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini