Bertengkar karena Hal-hal Sepele

64

HIDUPKATOLIK.COM – Romo Ignas yang baik, saya punya pengalaman seringkali bertengkar dengan istri karena masalah sepele. Misalnya, saya dan istri berencana makan malam di luar. Tetapi di mobil ketika saya bertanya mau makan apa? Istri sering menjawab, “Terserah kamu saja”. Ketika saya mengantarnya ke restoran atau rumah makan tertentu, istri pasti protes dan marah-marah, “Kenapa makan di sini? Kenapa enggak makan di rumah makan lain? Di sini enggak bersih,” dan litani protes lainya. Padahal dia sendiri yang menjawab terserah saya. Bagaimana menyikapi hal-hal yang kecil tersebut tetapi sering membuat suami-istri bertengkar?

 Jonas Tandu

Jakarta

Jonas yang baik! Terima kasih atas pengalaman yang diceritakan. Saya berharap, beberapa tanggapan saya berikut ini bisa membantu agar bisa bersikap bijaksana sehingga relasi Anda dan isteri berkembang makin dewasa.

Pertama, pertengkaran pasti selalu ada dalam setiap hubungan, termasuk hubungan suami-istri. Jika dua orang yang berbeda hidup bersama, sudah pasti bahwa pada suatu ketika mereka bisa bertengkar mulai dari hal-hal yang kecil sampai dengan hal-hal yang serius.

Giliran siapa yang menyiapkan makanan, kapan waktu untuk membersihkan rumah, siapa yang bertugas mengantar anak ke sekolah, apa menu makanan harian yang perlu disiapkan di awal Minggu adalah berbagai hal biasa dan sepele tetapi bisa memicu pertengkaran.

Maka pertengkaran suami-istri pada dasarnya bukan merupakan masalah yang sebenarnya. Cara pasangan bersikap menangani dan mengatasi pertengkaran merupakan faktor penting.

Kedua, berusaha menemukan cara menyelesaikan pertengkaran sebelum pertengkaran meningkat. Semua jenis pertengkaran pasti sangat mengganggu relasi suami-istri, meskipun pokok yang menjadi sebab pertengkaran merupakan hal yang sepele.

Sering bertengkar dengan pasangan karena masalah yang sama merupakan indikasi adanya gangguan dalam relasi. Maka pasangan suami-istri harus berusaha agar mereka dapat bertengkar secara fair, yaitu bersikap secara tepat dan memberikan reaksi secara benar.

Tentu saja, ada banyak hal yang perlu mendapat perhatian agar pasangan suami-istri dapat bertengkar secara fair seperti bertengkar dalam atmosfer dialog, berusaha menemukan jalan keluar bersama, mendengarkan apa yang dikatakan pasangan, dan masih banyak hal lain.

Ketiga, pertengkaran suami-istri sebenarnya bisa diatasi dengan memperdalam kemampuan berkomunikasi. Penting bahwa pasangan suami-isteri membiasakan diri untuk melakukan komunikasi sambung-rasa.

Ketidakmampuan dalam berkomunikasi, komunikasi yang tidak sambung-rasa bisa menyebabkan suami atau istri salah membaca, menangkap, memahami, mengartikan apa yang dikatakan pasangan mereka.

Apa yang Jonas alami merupakan contoh konkret dari kesalahpahaman dalam menangkap apa yang dikehendaki pasangan lewat ungkapan verbalnya.

Jawaban isteri, terserah kamu saja, tidak serta merta berarti bahwa pilihan atas menu makanan tergantung pada pilihan Jonas. Perempuan kadang-kadang bisa mengatakan terbalik dari apa yang mereka maksudkan atau apa yang sedang dirasakan.

Keempat, laki-laki dan perempuan umumnya berkomunikasi dengan cara yang berbeda.  Di dalam perkawinan, istri lebih selaras dengan perasaan mereka sendiri serta gelombang pasang-surut hubungan.

Istri mendambakan suami yang memberikan telinga yang penuh simpatik mendengarkan, tempat istri menceritakan, membagikan, sampai mendiskusikan perasaan dan masalah yang dihadapinya. Sementara suami menghendaki tindakan. Seorang suami misalnya, berpikir untuk memberikan solusi yang cepat ketika istri menceritakan suatu masalah di tempat kerja atau masalah dengan anak-anak.

Kelima, cinta suami-istri dalam perkawinan berkembang makin matang berkat kesetiaan melewati berbagai pengalaman hidup bersama termasuk pertengkaran yang disebabkan hal-hal sepele.

Jika konflik disebabkan masalah karakter pribadi pasangan Anda, maka Anda akan terlibat dalam sebuah diskusi tanpa akhir, yang bagaimanapun tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab  semua orang percaya, bahwa dirinya adalah benar dan orang lain salah.

Jonas tidak perlu terlalu reaktif menanggapi setiap protes dan marah-marah sang istri karena hal itu hanya akan membuat Anda berdua masuk dalam diskusi tanpa akhir. Pertengkaran selalu melibatkan dua orang. Hanya ada satu orang yang bisa menghentikan pertengkaran. Itu adalah Anda.

Romo Ignas Tari, MSD-Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Banjarmasin/Dok. Pribadi

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952.

Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini