Dari Colloquium Liturgicum IX, Salah Satu Tema yang Dibahas: Pentingnya Memahami Simbol-simbol dan Tanda-tanda dalam Liturgi

141
Acara Colloquium Liturgicum dimulai dengan ritus menyalakan lilin untuk melambangkan kehadiran Roh Kudus selama kegiatan berlangsung.

HIDUPKATOLIK.COM – Colloquium Liturgicum mengangkat tema Estote Vos Perfecti: Meraih Kesempurnaan Melalui Liturgi. Acara diadakan pada tanggal 7-9 Juni 2024 di Kompleks Rumah Retret Pratista, Bandung Barat.  Sejumlah narasumber berkompeten hadir. Kegiatan ini merupakan kerja sama Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia (ILSKI) dan Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (FF Unpar), Bandung.

Acara ini diselenggarakan untuk mempelajari perkembangan terbaru dalam teologi dan praktik liturgi Gereja serta berbagi pengetahuan, pandangan, atau pengalaman untuk menciptakan suatu liturgi yang baik, benar, dan indah.

Peserta datang dari berbagai keuskupan di Indonesia, termasuk para pengajar teologi dan ilmu liturgi serta pegiat dan pelaku dari berbagai lapisan umat.

Acara dimulai dengan ritus menyalakan lilin untuk melambangkan kehadiran Roh Kudus selama kegiatan berlangsung. Penyalaan lilin ini dipimpin Psator Boni Haryo Bonifasius Haryo OSC.

Dalam pengantar ibadat, dibacakan artikel dari Sacrosanctum Concilium # 10 yang menjelaskan bahwa liturgi sebagai sumber dan puncak hidup Gereja, sekaligus menjadi landasan dasar kegiatan ini.

Selanjutnya, Ketua Penyelenggara, Pastor Christophorus Harimanto Suryanugraha, OSC mengucapkan selamat datang kepada para peserta dan menjelaskan latar belakang kegiatan ini

Ketua Penyelenggara Pastor Christophorus Harimanto Suryanugraha, OSC (berdiri)

Narasumber yang hadir dalam acara ini Pastor Peter Elvin Atmaja Hidayat, OSC. Ia membahas terkait dengan Ecclesia orans: Spiritualitas Liturgis di antara aneka Doa dan Spiritualitas Gereja.

Dalam sesinya, ia mengajak para peserta agar menghidupi semangat atau spiritualitas liturgis bukan hanya di dalam gedung gereja saja, tetapi harus tampak dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Pastor Thomas Kristiatmo berbicara tentang Fons et culmens: Dasar Teologis dan Biblis untuk Spiritualitas Liturgis.

Ia menjelaskan dua dokumen Gereja yang erat kaitannya dengan spiritualitas liturgis, yakni Desiderio Desideravi dan Sacrosanctum Concilium.

Ia menerangkan bahwa Liturgi, terutama Ekaristi, adalah sumber rahmat terbaik untuk pengudusan manusia dan kemuliaan Allah. “Oleh karena itu, kita harus berpartisipasi penuh, aktif, sadar, dalam berliturgi agar liturgi itu sungguh berbuah,” ujarnya.

Pastor Emanuel Martasudjita menyoroti In tuis te invenio sacramentis: Menimba Spiritualitas Liturgis dalam Perayaan-perayaan Sakramen.

Ia menekankan pentingnya memahami simbol-simbol dan tanda-tanda dalam liturgi. Sebab dengan memahami hal tersebut kita bisa memaknai liturgi dengan baik.

Pastor Stenly Vianny Pondaag, MSC membahas Verbum Domini: Sabda dan Doa sebagai Sumber-sumber Spiritualitas Liturgi. Liturgi bukan hanya perayaan lahiriah tetapi sumber utama spiritualitas Kristiani dan tempat perjumpaan dengan Tuhan. Maka, tujuan akhir dari semua ini adalah keselarasan hidup dengan Kristus melalui pemahaman dan internalisasi Sabda dan Doa sebagai sumber spiritualitas.

Pastor Postinus Gulo, OSC menjelaskan terkait dengan Sentire cum Ecclesia: Spiritualis Hukum Liturgis Gereja Katolik Roma.

Ia menegaskan Liturgi sebagai perayaan bersama yang dilakukan atas nama Gereja. Dalam liturgi, kita berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah, ikut serta dalam Kurban, dan menyantap Kurban itu dalam Ekaristi. Maka dari itu, disposisi batin kita dalam berliturgi sangatlah penting. Sebab dengan demikian kita bisa merasakan dan mengalami kehadiran Allah dalam liturgi yang sedang kita rayakan.

Pastor Constantius Eka Wahyu Djoko Sasonto, OSC melihat In capite et in membris: Pembinaan Spiritualitas Liturgis bagi Semua.

Pastor Alfonsus Krismiyanto, mengurai formasio Spiritualitas Liturgis dan Tantangan Zaman dan Kristofora Wiwi Daruwika mengkaji liturgi sebagai sekolah Spiritualitas Gereja untuk Anak-anak.

Inti pembicaraan dari tiga narasumber ini adalah mengajak peserta untuk menerapkan gereja yang ramah anak di setiap paroki mereka masing-masing. Sebagai komunitas Gereja kita mestinya bersedia untuk menerima siapa saja yang mau masuk gereja.

Kehadiran para narasumber ini membuat para peserta tampak merasa senang. Mereka aktif dalam memberikan tanggapan terhadap materi yang diberikan oleh narasumber. Bahkan dengan sukarela mereka membagikan pengalaman mereka selama aktif di paroki mereka masing-masing.

Salah seorang peserta,  Pastor Bernard Boli Ujan, SVD mengatakan, bersyukur bisa mengikuti kegiatan ini karena ia bisa mendengarkan banyak cerita dari para narasumber dan sharing dari para peserta.

Laporan Frater Adrian Purnama, OSC dari Bandung

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini