HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 28 April 2024 Minggu Paskah V. Kis.9:26-31; Mzm.22:26b-27, 28, 30, 31-32; 1Yoh.3:18-24; Yoh.15:1-8
SANTO Agustinus, dalam penafsirannya tentang perikop Kristus sebagai pokok anggur (Yoh. 15:1-8) mengatakan demikian: “Perikop Injil ini, saudara-saudara, di mana Tuhan menyebut diri-Nya sebagai pokok anggur dan murid-murid-Nya sebagai carang-carangnya, menyatakan bahwa Pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, adalah kepala Gereja, dan kita adalah anggota-anggota-Nya. Karena sama seperti pokok anggur dan carang-carangnya berasal dari satu kodrat, demikian juga kodrat-Nya sebagai Allah, yang berbeda dengan kodrat kita, Ia telah menjadi manusia, supaya di dalam Dia kodrat manusiawi menjadi pokok anggur, dan kita, yang adalah manusia, menjadi carang-carangnya.”
Di sini, Santo Agustinus hendak menegaskan, orang Kristiani sebagai anggota gereja dan pengikut Kristus tidak mungkin hidup, berkembang dan berbuah, jika terpisah dari sang kepala, Yesus Kristus. Bagi murid Kristus, kebersatuan dengan Yesus bersifat mutlak dan tak terelakkan.
Kebersatuan dengan Yesus adalah salah satu tema penting dalam Injil Yohanes. Ketika berbicara tentang pentingnya kebersatuan dengan diri-Nya, Yesus mengilustrasikan dirinya dengan gambaran pokok anggur. Apa yang menarik dari tanaman anggur? Jika mengamati tanaman anggur, jarang sekali buah anggur berbuah langsung dari pokok atau batang utamanya. Buah anggur keluar dari carang-carangnya. Kendati demikian, carang-carang itu hanya akan berbuah jika ia melekat dan bersatu dengan batang pokok anggur yang menyediakn daya dan zat makanan.
Pelajaran dari dunia tumbuhan inilah yang hendak disampaikan Yesus kepada murid-Nya. Ketika menyebut diri-Nya sebagai pokok anggur yang benar, Yesus menjelaskan bahwa tidak ada dari para pengikut-Nya yang dapat berkembang dan berbuah dalam hidupnya jika ia tidak berakar dan bersatu dengan diri-Nya, yang juga bersatu dengan Allah, Bapa-Nya. Selain itu, peran Yesus di sini sangat jelas, yaitu pemberi dan penyedia nutrisi dan kekuatan rohani bagi para pengikutnya.
Sebagai pokok anggur, Yesus juga adalah seorang mediator atau pengantara. Seperti halnya pokok anggur yang berfungsi sebagai perantara yang mengambil air dan zat makanan dari tanah agar carang bisa berbuah, demikianlah Yesus adalah Mediator antara Allah dan para pengikut-Nya, Mediator yang memberikan rahmat, kekuatan, dan sukacita dari Allah Bapa kepada mereka.
Kendati demikian, tujuan utamanya adalah agar para pengikut-Nya bisa berbuah dalam hidupnya. Sebab, pada akhirnya, pengikut Kristus yang benar adalah mereka yang mampu memanfaatkan rahmat dari Allah dan menghasilkan buah dalam hidupnya. Hanya ketika para murid Kristus itu menghasilkan buah, di situlah Allah dimuliakan (Yoh. 15:8). Tidak ada cara lain untuk memuliakan Allah selain dengan cara ini.
Melalui kebersatuan kita dengan Kristus, kita sedang mengalami keselamatan.
Dalam Injil Yohanes, Yesus mengaitkan keselamatan dengan hidup kekal. Hidup kekal sendiri tak lain adalah hidup yang penuh kelimpahan rahmat dari Allah. Namun, tidak hanya itu, kita juga perlu menyalurkan hidup yang berkelimpahan itu kepada orang lain. Konkretnya, ketika kita menghasilkan karya dan perbuatan yang positif bermanfaat bagi orang lain. Inilah buah kebersatuan dengan Kristus, Sang Pokok Anggur.
Jika kita hanya menerima rahmat dan kebaikan yang berlimpah dari Allah tetapi tidak menghasilkan buah yang bermanfaat, ini sama seperti carang yang tidak berbuah. Akibatnya, kita akan menjadi carang yang kering dan akhirnya bisa saja dibuang dari hadirat Allah. Sebaliknya, jika kita mau berbuah dalam hidup, kita akan tetap selalu dipelihara, dimurnikan dan diberikan nutrisi kehidupan dari Allah supaya tetap selalu berbuah.
Di atas semuanya ini, kita akan tetap berbuah jika kita tinggal di dalam Kristus. “Sebab, di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”, demikianlah Sabda Kristus. Apakah kita tetap setia untuk menjadi carang dari Kristus yang terus menghasilkan buah bagi keselamatan banyak orang? Itulah tantangan kita sebagai murid Kristus.
“Hanya ketika para murid Kristus itu menghasilkan buah, di situlah Allah dimuliakan (Yoh. 15:8).”
Majalah HIDUP, Edisi No. 18, Tahun Ke-78, Minggu, 14 April 2024