St. Ġeorġe Preca (1880-1962): Rasul Kedua Malta, Selamatkan Kaum Muda

67
St George Preca/vatican news

Hidupkatolik.com – Kaum muda adalah masa depan Gereja. Inilah alasan ia berjuang menyelamatkan iman kaum muda Malta. Kesetiaannya ini membuat ia dikenang sebagai rasul kedua Malta.

EWGENJU Borg tersipu malu di hadapan seorang imam muda. Anak muda Kota Malta bertubuh kekar ini dibuat tak berkutik oleh khotbah Pastor Ġeorġe Preca. Semua orang yang menyaksikan peristiwa ini menjadi terheran-heran. Mereka tak menyangka, seorang penjahat seperti Ewgenju bisa dengan cepat bertobat. Sebab, Ewgenju adalah salah satu anak muda yang ditakuti karena kejahatannya. “Bila kamu mau mengenal Tuhan, ikutlah bersamaku,” ajak Pastor Ġeorġe kepada Ewgenju.

Ajakan ini membuat Ewgenju setia mengikuti Pastor Ġeorġe. Ia membantu Pastor Ġorġ, sapaannya, menyelamatkan kaum muda Malta. Banyak rekan seprofesi Ewgenju menjadi takjub akan kecerdasan Pastor Ġorġ. Lewat perjuangannya, Pastor Ġorġ mampu menyatukan kaum muda Malta dalam sebuah komunitas yang berlandaskan spiritualitas Sabda Allah dan Bunda Maria. Kini, Ewgenju telah digelari Hamba Allah dan dalam proses beatifikasi. Sementara Pastor Ġorġ dikenal sebagai orang kudus Malta yang selalu setia melayani kaum muda.

 Tak Diharapkan

Ġorġ (George/Giorgius) menghabiskan masa kecilnya di Valleta, Ibu Kota Malta. Keluarganya hidup sederhana dan memegang kuat tradisi Kristiani. Ġorġ tinggal bersama orangtua dan delapan saudaranya. Sejak kecil, putra ketujuh pasangan Vincenzo Preca dan Natalina Ceravolo ini dikenal sebagai anak yang lemah dan sering sakit-sakitan. Karena itu, ia selalu mendapat perhatian ekstra dari orangtuanya.

Bocah kelahiran Malta, 12 Februari 1880 ini dibaptis di Gereja Paroki St. Maria Porto Salvo Malta oleh Pastor Vincent Cousin lima hari setelah lahir. Dalam masa pertumbuhannya, orangtuanya tak henti memperkenalkan iman Kristiani kepada anak-anak mereka. Hal ini membuat Ġorġ tumbuh menjadi remaja saleh. Ia tak pernah melewatkan tugasnya sebagai pelayan altar. Pastor Paroki Valletta pun sangat senang dengan tabiat Ġorġ yang lemah lembut. Ia berharap, kelak Ġorġ bisa menjadi imam.

Natalina sepertinya memahami benar maksud sang imam. Maka, ia terus memperkenalkan devosi Bunda Maria kepada Ġorġ. Ia bahkan bernazar, bila Tuhan menyembuhkan Ġorġ dari penyakit, ia merelakan putranya menjadi imam. Mukjizat pun terjadi. Selama masa remaja, Ġorġ tak pernah sakit. Ia justru menjadi remaja yang cakap dan kuat. Natalina pun mengungkapkan kegembiraannya dengan berniat kelak akan mendaftarkan Ġorġ di seminari.

Meski begitu, Vincenzo agak ragu dengan niat sang istri. Tapi mereka percaya akan penyelenggaraan Ilahi. Toh, bila tidak dipilih Tuhan, Ġorġ bisa menjadi pedagang atau menggantikan ayahnya sebagai mantri kesehatan. Beberapa waktu kemudian, tahun 1888, Vincenzo dipindahkan ke Ħamrun, Malta bagian Selatan. Ia sangat yakin, kepindahan ini bisa menjadi jalan Natalina melupakan panggilan Ġorġ. Tapi justru terjadi sebaliknya. Di Ħamrun, Ġorġ menerima Komuni Pertama di Gereja Paroki St. Cajetanus dari Pastor Anton Maria Buhagiar, dan melanjutkan sekolah di sana, sambil belajar bahasa Italia, Latin, dan Inggris.

Suatu hari, saat usianya 17 tahun, Ġorġ berjalan-jalan di Taman Maglio di Floriana, Ħamrun. Tanpa sengaja, ia bertemu gurunya, Pastor Ercole Mompalao. “Preca, ketika kamu dewasa kelak, orang-orang yang menghormati Tuhan akan berteman denganmu dan kamu akan menemukan keselamatan dalam diri mereka.” Pertemuan tak disengaja ini membuat Ġorġ dengan mantap masuk seminari.

Kecintaan kepada Ekaristi dan devosi kepada Bunda Maria membuat Frater Ġorġ menjadi panutan bagi calon imam lainnya. Pastor Aloysius Galea, pembimbing rohani dan bapa pengakuannya mengatakan, “Tuhan telah memilihmu untuk mengajar bangsanya.” Semangat menyelamatkan agar bangsanya makin mengenal Kristus menjadi kekuatan Frater Ġorġ hingga ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr. Pietro Pace (1831-1914), Uskup Malta (kini Keuskupan Agung Malta), 22 Desember 1906.

Serikat Baru

Sebagai imam muda, Pastor Ġorġ ditugaskan melayani anak-anak muda di Malta. Saat itu, ia menyaksikan begitu banyak anak muda yang hidup dalam kekerasan, terlibat pembunuhan, dan pemerkosaan. Kekacauan yang banyak terjadi di Malta ditenggarai bersumber dari kaum muda. Bagi kawan-kawannya, tugas ini amat mudah karena hanya butuh kemampuan untuk bisa bergaul dengan orang muda. Tapi bagi Pastor Ġorġ, tugas ini terasa sulit karena ia harus berhadapan dengan berbagai karakter orang muda. Ewgenju Borg, Ketua Pemuda Malta kadang menolak kehadiran sang pastor, bahkan berniat membunuhnya.

Meski begitu, Pastor Ġorġ tak patah arang. Ia terus memberi pengaruh baik kepada mereka. Dari puluhan anak, lambat laun berkembang menjadi ratusan, bahkan ribuan anak Malta mulai setia mendengarkan khotbahnya. Dalam pelayanannya, ia mendapat dukungan dari otoritas keuskupan yang ia layani. Ia diminta segera membuat sebuah komunitas bagi kaum muda agar lebih mudah menanamkan prinsip-prinsip moralitas kepada mereka.

Awalnya, usulan ini ditanggapi datar. Tapi kemudian, kehidupan yang baik tak kunjung dialami anak-anak. Mereka datang mendengarkan nasihat dan ketika pulang ke komunitasnya, mereka kembali berbuat kejahatan. Situasi runyam ini membuat Pastor Ġorġ mendirikan serikat baru yang bernama Society of Christian Doctrine, yang kemudian dikenal dengan sebutan Magister, Utinam Sequatur Evangelium Universus Mundus (SDC-MUSEUM), “Tuhan, seandainya seluruh dunia mengikuti Injil”.

Pastor Ġorġ lalu mengirim peraturan-peraturan Serikat SDC-MUSEUM dalam bahasa Latin kepada Paus Pius X (1835-1914) untuk mendapat persetujuan. Bapa Suci pun merestui serikat ini dan mengizinkannya untuk terus melayani. Sejak itu, Pastor Ġorġ mulai rajin berkhotbah dan mengajarkan Kitab Suci kepada anak-anak muda. Bahkan tahun 1957, ia menyusun lima misteri baru Rosario, yang ia sebut sebagai “Misteri Terang”.

Sebagai imam, Pastor Ġorġ tak cukup puas dengan semangat serikatnya. Ia pun bertemu Superior Karmelit dan meminta agar serikatnya dapat menimba inspirasi dari Ordo Karmelit. Izin diterima dan Pastor Ġorġ diterima masuk ke dalam Ordo Ketiga Karmelit pada 21 Juli 1918. Ia mengikrarkan kaul kekalnya pada 26 September 1919, dengan nama Fransiskus dari Siena, orang kudus Karmelit.

Rasul Kaum Muda

Beberapa bulan setelah tahbisannya, Pastor Ġorġ hampir meninggal karena penyakit serius. Tapi lewat perantaraan St. Joseph, dirinya berhasil diselamatkan, meski paru-paru kirinya mengalami kerusakan permanen. Ia terus melayani dan mempersiapkan Ewgenju dengan memberi kursus Kitab Suci, sejarah Gereja dan ilmu-ilmu teologi agar kelak bisa menggantikannya sebagai superior Serikat MUSEUM.

Pastor Ġorġ mampu bertahan hidup dengan penyakit paru-paru akut. Ia menghembuskan nafas terakhir pada 26 Juli 1962. Kehadiran dan semangatnya masih terasa di antara anak-anak muda Malta. Serikatnya kini berkarya di berbagai negara di Eropa, Oceania, Afrika, dan Amerika Latin. Ia telah menjadi putra Karmel yang benar-benar berspiritualitas Sabda Allah dan Bunda Maria. Ia menjadi bapak yang disegani, sekaligus dicintai anak-anak muda Malta.

Kesucian hidupnya berbuah manis. Paus Paulus VI (1897-1978) membuka proses penggelaran kudusnya pada 13 Maret 1975. Bapa Suci Yohanes Paulus II (1920-2005) memberinya gelar venerabilis pada 28 Juni 1999. Rasul bagi kaum muda Malta ini dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 9 Mei 2001 saat kunjungan apostolik ke Malta. Dalam khotbahnya kala itu, Bapa Suci menyebutnya “Rasul Kedua Malta”. Pada 3 Juni 2007, Beato Ġorġ dikanonisasi oleh Paus Benediktus VXI. Ia dikenang oleh Gereja Katolik tiap 9 Mei.

Yusti H. Wuarmanuk

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini