Deklarasi “Fiducia Supplicans”: Pastoral Belas Kasih bagi Pasangan Sejenis dan Homoseksual

253

HIDUPKATOLIK.COM – DILANSIRNYA Deklarasi “Fiducia Supplicans” oleh Dikasteri Ajaran Iman Vatikan pada Senin, 18 Desember 2023 menimbulkan pelbagai tanggapan yang luas dari pelbagai pihak dan dari pelbagai penjuru dunia, baik yang pro, yang kontra, pun yang berada di garis tengah. Dengan Deklarasi ini, seolah-olah Gereja dibawah penggembalaan Paus Fransiskus mengizinkan pemberkatan perkawinan pasangan sejenis dan homoseksual yang selama ini menjadi salah satu tantangan pastoral yang tidak mudah bagi Gereja. Mengapa? Mengingat fenomena pasangan sejenis dan homoseksual semakin terbuka. Sejumlah negara bahkan telah membuka pintu bagi pengesahan perkawinan sejenis dan homoseksual.

Bila membaca Deklarasi secara menyeluruh, kita tidak menemukan sepatah kata pun yang mengindikasikan bahwa Gereja menyetujui pemberkatan pasangan sejenis dan homoseksual sebagaimana lazimnya pemberkatan perkawinan dalam arti Sakramen Pernikahan. Pemberkatan dalam Sakramen Pernikahan sangat berbeda pengertiannya dengan pemberkatan dalam Deklarasi. Perbincangan atau perdebatan yang luas muncul atas kata pemberkatan yang dimengerti sebagai suatu persetujuan atau dalam bahasa Indonesia merestui. Padahal sesungguhnya tidak. Ajaran Gereja Katolik tentang perkawinan tidak berubah sama sekali. Paus Fransiskus pun berkali-kali menegaskan hal tersebut. Bahwa perkawinan dalam Gereja Katolik hanya dapat dilangsungkan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sehat jasmani dan rohani, hubungan seksual diantara mereka terbuka pada kehadiran/kelahiran anak dan seterusnya. Doktrin ini sedikit pun tidak berubah dengan hadirnya Deklarasi.

Adalah harkat dan martabah kaum pasangan sejenis dan homoseksual itulah yang ingin diangkat, dihormati, dan dihargai sebagai sesama ciptaan Allah. Mereka, yang masuk dalam ‘komunitas’ ini, menghadapi kompleksikatas hidup yang tidak mudah alias problematis. Bagi Paus Fransiskus, Gereja terbuka dan hadir bagi setiap orang. Dalam Amoris Laetitia, mantan Provinsial Serikat Jesus di Argentina ini mengatakan, “Jalan Gereja tidaklah menghukum siapa pun selamanya; tetapi mencurahkan rahmat Allah bagi semua orang yang memintanya dengan hati tulus”.

Deklarasi tidak hanya menyampaikan pandangan baru Gereja terhadap saudara-saudari tersebut tapi juga membuka cakrawala yang lebih mendasar terhadap betapa berartinya setiap orang dengan segala keterbatasannya bagi Gereja dan Allah. Sebagai sesama ciptaan yang beriman kepada Yesus Kristus sebagai Rahmat Allah terbesar bagi dunia, maka para kaum yang tergolong dalam pasangan sejenis dan homoseksual perlu mendapat bimbingan, pendampingan, pelayanan pastoral yang memadai. Belaskasih Allah juga harus sampai atas mereka dan mereka rasakan dalam kehidupan mereka menuju kepada perubahan atau pertobatan.

Sekali lagi, fenomena pasangan sejenis dan homoseksual ini kian mengemuka, kian terbuka dengan segala problematikanya di tengah hidup modern ini terutama di sejumlah negara. Sudah waktunya Gereja memberikan katekese terukur tentang hal ini kepada semula lapisan umat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Majalah HIDUP, Edisi No.04, Tahun Ke-77, Minggu, 28 Januari 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini