Kado Istimewa untuk Keuskupan Agung Makassar

1512
Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada (kanan) dan Uskup Agung Koajutor Terpilih, Mgr. Fransiskus Nipa. (Foto: Dok KAMS)

HIDUPKATOLIK.COM – UMAT KAMS dengan penuh sukacita akan menyambut dan sekaligus merayakan tahbisan Uskup Agung Koajutor Terpilih Mgr. Fransiskus Nipa pada hari Kamis, 1 Februari 2024. Paus Fransiskus secara resmi telah menunjuk Pastor Fransiskus Nipa sebagai Uskup Koajutor pada hari Sabtu, 21 Oktober 2023, untuk menggantikan penggembalaan Uskup Agung Makassar saat ini, Mgr. John Liku-Ada’, yang akan memasuki masa purnabakti. Berita ini menjadi sukacita tersendiri bagi umat dan masyarakat, mengingat Takhta Suci langsung menjawab kebutuhan serta kesinambungan kepemimpinan dan penggembalaan bagi umat di KAMS.

Dengan penuh rasa syukur dan terima kasih disampaikan kepada Tuhan, juga limpah terima kasih, rasa bangga dan hormat kepada Mgr. John Liku Ada’, yang selama lebih kurang 32 tahun telah menggembalakan umat dan kami para imam KAMS dengan penuh perhatian, kebijaksanaan dan kasih yang tulus.

Peletakan Alkitab di atas kepala Mgr. John Liku Ada’ saat tahbisan episkopat pada 2 Februari 1992.
(Foto: Dok Keuskupan Agung Makassar)

Tiga puluh dua tahun menjadi Uskup Agung Makassar, bukan waktu yang singkat dan mudah. Namun dengan pertolongan Tuhan, serta kebijaksanaan dan spiritualitas yang penuh, Mgr. John Liku- Ada’ telah membawa Gereja Lokal KAMS sampai pada masa kini.

Ada begitu banyak berkat dan rahmat, pencapaian, terobosan dan perkembangan yang sangat signifikan bagi kehidupan Gereja Lokal KAMS, baik secara internal maupun eksternal. Di bawah penggembalaan Mgr. John Liku-Ada,’ sebagai gembala utama di KAMS, Gereja lokal KAMS terus berbenah, bertumbuh, mengakar, dan berkembang dalam terang dan bimbingan Roh Kudus.

Dalam terang dan bimbingan Roh yang sama, Mgr. Fransiskus Nipa, yang memiliki moto tahbisan uskup,“ “Misericordiam Volo” (Yang Kukehendaki ialah Belas Kasih), yang diambil dari Injil Matius 12.17, akan melanjutkan kepemimpinan dan penggembalaan Gereja Lokal KAMS. Adapun harapan, Gereja tetap bertumbuh dan berkembang serta menjadi berkat bagi masyarakat, Gereja dan bangsa, seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

Secara geografi dan demografi, KAMS meliputi tiga provinsi pemerintahan: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, dengan luas keseluruhan wilayah sekitar 100.623 km2. Berdasarkan statistik 2021, jumlah umat Katolik berada pada kisaran 170.903 jiwa, yang tersebar di 49 paroki, 5 kuasi-paroki dan 548 stasi. Artinya, populasi umat Katolik di KAMS (di tiga provinsi), hanya merupakan sebuah kawanan kecil dan tersebar, bila dibandingkan total populasi masyarakat secara keseluruhan di tiga provinsi tersebut. Ini menggambarkan sebuah tantangan tersendiri dalam reksa pastoral Gereja Lokal, tetapi sekaligus merupakan peluang dan kesempatan besar bagi Gereja untuk bertumbuh dan berkembang secara lebih maksimal di tengah-tengah saudara-saudari kita yang tidak seiman.

Berdasarkan gambaran tersebut di atas, maka pelayanan dan perutusan Gereja ad extra atau sering disebut diaconia ex-fide, sejatinya harus mendapat perhatian khusus. Diaconia ex-fide adalah pelayan dan perutusan Gereja ke luar, misalnya dalam bidang sosial, keadilan dan perdamaian, kerja sama lintas agama, pelayanan kepada yang miskin dan tersingkir, masalah kemasyarakatan, dan bahkan pelayanan dalam bidang sosial politik. Sebab sudah merupakan keniscayaan, Gereja hadir, bertumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yang nota bene majemuk dengan berbagai latar belakang suku, agama, dan budaya yang berbeda. Terlebih umat KAMS, yang merupakan kawanan kecil dan tersebar di antara saudara-saudari yang tidak seiman.

Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada (keempat dari kiri), Ketua Umum PB NU, K.H. Said Aqil Siradj (ketiga dari kanan) berfoto bersama para korban bom bunuh diri di gerbang Katedral Makassar, 28/3/2021.

Tugas perutusan Gereja ke luar ini (ad extra), sejalan dengan amanat Mgr. Albertus Soegijapranata, Uskup Agung Semarang dan putra pribumi pertama yang ditahbiskan uskup (1940), yang mengatakan “Jadilah orang Katolik 100% dan warga negara Indonesia 100%”. Semboyan ini bermaksud bahwa menjadi orang Katolik yang baik, tidak bertentangan dengan menjadi warga negara Indonesia yang baik. Demikian pun sebaliknya. Bagi kita, semboyan ini harus menjadi pegangan dan pedoman dalam bersikap dan bertindak sebagai warga negara Indonesia yang hidup di bumi Nusantara

Demikian pun Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia dewasa ini menegaskan, bahwa “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang- orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga” (GS. 1). Artinya, Gereja ikut dan menjadi bagian dari setiap keprihatinan, gejolak dan derap langkah yang dialami masyarakat, dan bahkan menjadi bagian dari denyut nadi kehidupan, perkembangan dan pembangunan masyarakat dan bangsa Indonesia seutuhnya.

Akhirnya, kehadiran Gereja di tengah masyarakat bisa sungguh diperhitungkan, menjadi terang dan sekaligus garam, yang dibangun melalui kerja sama yang baik, komunikasi yang positif, dan pergaulan yang setara sebagai sesama anak bangsa yang pada gilirannya dapat menciptakan kesejukan dan harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Membangun komunikasi dengan semua pihak, sikap toleran dan kerja sama yang baik, menjadi pintu masuk pada kedamaian, persatuan dan kerukunan. Di sinilah kita boleh merajut kebhinekaan dalam menjaga dan merawat NKRI.

Mgr. John Liku Ada’, Uskup Agung Makassar saat berkhotbah di Gereja Makale, Tana Toraja dalam rangka Hari Komsos Sedunia tahun 2018. (Foto: HIDUP/F. Hasiholan Siagian)

Bagaikan gayung bersambut, dalam rangka peringatan 100 tahun KWI, yang jatuh pada tahun 2024 ini, KWI mengambil tema, “Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa”. Gereja Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa tugas perutusan Gereja di dunia ini, tidak bisa dipisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu, Gereja Indonesia mengajak seluruh anak bangsa, terlebih umat Katolik untuk berpartisipasi secara aktif membangun negeri dengan tetap menjaga kedamaian, toleransi dan sikap saling pengertian. Maka para tokoh lintas agama, majelis-majelis agama, tokoh adat dan masyarakat, pemerintah, tokoh pemuda, dan seluruh lapisan masyarakat menjadi tokoh kunci dan mitra kerja sama yang baik dalam gerak dan berjalan bersama membangun Gereja dan bangsa.

Mgr. Fransiskus Nipa, yang lahir di Tana Toraja tanggal 29 Januari 1964, kiranya dapat membawa angin segar bagi pertumbuhan umat, terutama memperkuat silaturahmi dan kerja sama dengan para tokoh lintas agama, tokoh masyarakat, pemerintah serta masyarakat luas pada umumnya.

Proficiat dan sukses selalu Mgr. Fransiskus Nipa atas tahbisan Uskup Agung Koajutor KAMS. Misericordiam Volo!

Pastor Albert Arina, Ketua Komisi Kerawam-HAK KAMS

Majalah HIDUP, Edisi No. 3, Tahun Ke-78, Minggu, 21 Januari 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini