HIDUPKATOLIK.COM – “AKU mau hidup seribu tahun lagi,” kata salah satu pujangga terkemuka Indonesia, Chairir Anwar. Keuskupan Pangkalpinang baru mencari usia 100 tahun. Artinya, masih jauh dari seribu tahun yang diimpikan Anwar atau bahkan lebih dari seribu tahun itu.
Puncak perayaan 100 tahun Keuskupan Pangkalpinang dirayakan persis pada pekan/hari terakhir Desember 2023, tepatnya, 31 Desember 2023 dengan Perayaan Ekaristi di di GOR Sahabudin, Pangkalpinang, Minggu. Perayaan dihadiri sekitar 300 umat dan dipimpin Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM.
Disebut puncak karena perayaan ini dirayakan selama satu tahun, dari Desember 2022 hingga Desember 2023. Dirayakan dalam pelbagai macam kegiatan dan refleksi bersama di Tingkat Komunitas Basis Gerejani (KBG), Paroki, dan Keuskupan sendiri. Setelah refleksi dan evaluasi, tentu memikirkan dan merencanakan arah baru, setidaknya, langkah-langkah atau prioritas pastoral lima tahun ke depan.
Keuskupan Pangkalpinang dikenal sebagai keuskupan “seribu pulau” di Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Riau. Menarik melihat bahwa sejarah misi pewartaan iman Kristiani (Katolik) sebetulnya telah dimulai di kawasan ini sertaus tahun sebelumnya, yaitu pada tanggal 5 September 1830. Pada tanggal itu seorang awam, Paulus Tjen On Ngie yang berasal dari Tiongkok mendarat di Pulau Bangka, tepatnya Kota Muntok.
Sebelum tiba di Pulau Bangka, Paulus Tjen On Ngie terlebih dulu mengunjungi Malaka dan dibaptis di Penang pada tahun 1827. Jadi, misionaris pertama adalah seorang awam yang berasal dari Tiongkok. Dia adalah seorang tabib yang bekerja mengobati para kuli parit di tambang-tambang timah sekaligus memperkenalkan iman Kristiani Katolik. Kisah historis ini ini dikemukakan Uskup Sunarko dalam homilinya pada Puncak Perayaan 100 Tahun.
Dengan kata lain, awam berperan penting dalam pewartaan misi Gereja Katolik di masa-masa awal. Hal itu pun masih berlangsung hingga saat ini mengingat jumlah imam yang masih terbatas. Selain itu, jarak tempuh satu paroki/stasi begitu jauh dan harus menempuh perjalanan darat dan laut yang tidak mudah. Pada masa-masa tertentu, di jalur laut, merupakan tantangan tersendiri soal pasang naik dan pasang surut.
Seratus tahun atau bahkan dua ratus tahun bila diakumulasi, tentu saja bukan waktu yang singkat. Sebagai sebuah keuskupan, Pangkalpinang telah memiliki pondasi yang kuat untuk melangkah lebih jauh ke depan. Para uskup terdahulu, dan kini Uskup Sunarko terus melakukan penguatan dan pembaharuan reksa pastoral. Tantangan saat ini dan ke depan tentu saja berbeda dengan seratus/duaratus tahun lalu. Dunia sudah sangat berubah.
Uskup Sunarko dalam wawancara khusus dengan majalah ini mengatakan akan memberi perhatian lebih banyak kepada kaum muda. Ini tentu sebuah pilihan untuk mempersiapkan para tunas pewarta ke depan. Mereka adalah pemilik dan pemeran Gereja masa kini dan masa depan.
Majalah HIDUP, Edisi No. 02, Tahun Ke-78, Minggu, 14 Januari 2024