Kematian Bukan Omega tapi Alpha

125

HIDUPKATOLIK.COM – SURGA, neraka dan api pensucian (purgatorium) merupakan paham kunci bagi kehidupan manusia, terutama di kalangan umat kristiani, khususnya Katolik. Semua agama mengajarkan, dengan kematian bukannya kehidupan habis-selesai-sudah, tetapi kematian hanya memindahkan manusia dari kehidupan sementara ke kehidupan abadi.

Agama-agama Abraham (Yahudi, Kristen, Islam), mengajarkan dalam kematian manusia secara individual akan berhadapan dengan Sang Pencipta dan masuk dalam alam keabadian. Bisa berwujud surga, bisa juga neraka, atau masa “antara” di purgatorium. Begitu yang dijelaskan tentang arti kematian badani dan kehidupan abadi dalam setiap mengantar kematian seseorang, tema  kematian dan kebangkitan di sekitar masa Paskah bagi umat kristiani. Yesus itu mati tekset (mati beneran), dan dibangkitkan (hidup kembali beneran) oleh Allah dan dengan demikian digelari Yesus Kristus (Yang Terurapi). Inti iman kristiani.

Alih-alih tulisan ini menyampaikan pemikiran baru teologi tentang kematian, neraka dan api pensucian — dalam iman kristiani — yang berkembang sejak tahun 60-an abad yang lalu (Franz Magnis-Suseno, Iman dalam Tantangan, Penerbit Buku Kompas: 2023). Melainkan cara merefleksikan kematian, yang melengkapi dan memperkaya apa yang selama ini hidup di kalangan Kristen Protestan dan Katolik. Bahwa kematian bukan akhir segalanya, tetapi awal kehidupan baru.

Adalah Paul Ricoeur (1913-2005), filsuf Kristen Protestan berkebangsaan Perancis yang memperkenalkan teori hermeneutika. Teori hermeneutikanya memang bukanlah yang pertama. Sebelumnya sudah ada nama-nama seperti William Dilthey, Edmud Husserl  atau Martin Heidegger, tetapi Ricoeur mengembangkannya untuk cakupan lebih luas dalam eksistensi manusia terutama etika keutamaan. Ricoeur mengembangkan teori narasi dan etika keutamaan sebagai penanda pengembangan teori hermeneutika-hermeunetika sebelumnya.

Dikenal sebagai filsuf yang menjembatani sistem-sistem filsafat yang berkembang, dalam teori hermeneutika Ricoeur memakainya untuk menafsirkan teks-teks Kitab Suci (Kristiani). Para teolog mengakui sumbangan besar hermeunetika Ricoeur dalam studi teologi. Senyampang menulis banyak buku filsafat, mendalami teks-teks Kitab Suci, dia merasa bukan ekseget (ahli tafsir KS), tetapi toh ia  diakui memberikan sumbangan besar bagi ilmu eksegese (tafsir KS).

Salah satu sumbangan itu dia sampaikan lewat bukunya Living Up of Death. Ia mengangkat kembali kata-kata  sejarawan Hannah Arendt, bahwa manusia tidak dilahirkan untuk mati tetapi untuk mulai lagi (Dr. A. Bagus Laksana, SJ, Jalan Melingkar, Kanisius: 2023, hlm. 43). Dari sisi tradisi filsafat, pernyataan tentang kematian-kehidupan, terkenal adagium Martin Heidegger: life being untho death.

Sesuai dengan ciri khas filsafat Ricoeur –menjembatani sistem filsafat yang ada — dia menerapkannya untuk berbagai persoalan. Misalnya, tindakan menulis memasukkan seorang pengarang dalam waktu yang historis terbatas oleh kematiannya, tetapi begitu dipublikasikan karya itu memasuki waktu yang tidak kenal mati. Lewat karyanya, Ricoeur tidak mati, tetapi selalu “mulai lagi”. Setiap karya adalah closure (penghentian), tetapi closure ini justru diperlukan agar sesuatu yang baru dimulai, yaitu penafsiran atas karya itu (ibidem).

Dalam tafsir sekitar peristiwa Paskah — terkait kematian dan kebangkitan Yesus Kristus — teori hermeneutika menggarisbawahi dan memperkaya pengajaran tentang kematian dan kebangkitan sebagai satu kesatuan. Diktum Heidegger life being untho death memang kenyataan eksistensial manusia, tetapi men are not born to die but in order to begin pun dengan teori hermeneutika Ricoeur, memperoleh pembenaran sekaligus penegasan. Abjad Yunani, alpha dan omega (awal dan akhir) pun dibaca menjadi omega dan alpha. Dengan kematian, barulah dimulai hidup yang tidak kenal waktu; sementara dalam iman Kristiani, redaksinya “dari kematian beralih ke kehidupan kekal”.

Sementara dalam iman Kristiani, redaksinya “dari kematian beralih ke kehidupan kekal”.

St. Sularto, Wartawan Kompas 1977-2017

Majalah HIDUP, Edisi No. 53, Tahun Ke-77, Minggu, 31 Desember 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini