Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC: Bersukacita, Berdoa, dan Bersyukur Senantiasa

219
Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 17 Desember 2023 Hari Minggu Adven III Yes.61:1-2a, 10-11; MT Luk.1:46-48, 49-50, 53-54; 1Tes.5:16-24; Yoh.1:6-8, 19-28

ADVEN III disebut Gaudete, yaitu ‘minggu sukacita’ karena kedatangan Tuhan makin nyata, terlihat mata dan dekat di hati kita. Apakah hati kita juga bertambah sukacita dengan makin dekatnya Natal? Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk bersukacita bukan hanya sebagai ajakan dan harapan saja, tetapi juga merupakan kenyataan dan kehendak Allah.

Kedatangan Tuhan sungguh membawa warta gembira dan menyebabkan realita bahagia. Sayangnya, ada orang belum mengalami sukacita Gaudete Adven III karena Tuhan tetap tak dikenalnya walau hadir di tengah-tengahnya; Tuhan tak diandalkannya sekalipun diakui keberadaan-Nya. Natal serasa jauh walau sudah di dekat mata.

Dua puluh lima tahun yang lalu kalau kita mengikuti rekoleksi (retret) yang menginap, begitu masuk kamar, kita mencari Kitab Suci, buku doa, atau buku nyanyian. Namun, kini begitu masuk kamar kita cari stop kontak untuk charger telepon genggam. Bayangkan kalau satu kamar ditinggali lebih dari dua orang, berapa stop kontak yang dibutuhkan apalagi kalau ada orang yang menggunakan lebih dari satu charger.

Stop kontak dibutuhkan agar baterai tetap berfungsi (tidak habis). Kalau habis, hp mati. Memang kita bisa pakai power bank. Kalau tak dicharger, power bank pun akan habis. Bayangkanlah kalau kita sedang akan naik (boarding) kereta api atau pesawat dengan menggunakan boarding pass elektronik yang tersimpan di hp sementara hp kita mati dan kita tidak membawa power bank.

Mesias yang dinantikan umat terpilih hidup dengan diurapi Roh Kudus yang tak pernah padam seperti digambarkan nabi Yesaya sebagai pribadi yang akan menyatakan kebenaran, yaitu menyampaikan kabar baik pada orang sengsara, pembebasan pada tawanan, pemberitaan Tahun Rahmat, yaitu tahun pembebasan dari segala kesusahan dan penderitaan: yang salah diampuni, yang hutang dibebaskan, yang lapar mendapat makan, yang sakit disembuhkan, bahkan yang mati dibangkitkan.

Yohanes Pembaptis yang penuh semangat membawa kabar gembira tentang kedatangan Mesias malah dikira sebagai Mesias. Yohanes dengan tegas menyatakan bahwa ia bukanlah Mesias, tetapi orang yang diutus menyiapkan kedatangan Mesias. Ia membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Dia, yang ada di tengah-tengah mereka dan tidak mereka kenal, akan membaptis dengan Roh Kudus; mengubah hidup manusia, dari orientasi hidup berdasarkan daging menjadi hidup digerakkan Roh Kudus.

Hidup dalam Roh inilah yang ditekankan Paulus dalam Bacaan II yang membuat orang selalu bersukacita, berdoa, dan bersyukur. Ini bukanlah sekadar harapan Paulus, tetapi juga apa yang dikehendaki Allah. Roh yang telah dikaruniakan Allah harus diberi tempat VVIP di hati kita hingga kita mau dan mampu memberi ruang VVIP pada Yesus. Sayangnya, masih ada orang yang memadamkan Roh dengan mengikuti kehendak daging dan menuruti nafsu naluri. Itulah yang menyebabkan orang tidak mengalami sukacita meski Tuhan hadir di depannya karena Tuhan tidak dikenalnya. Tuhan ada ditengah-tengahnya, tetapi tidak diindahkannya. Tuhan ada didekatnya, tetapi tidak dirasakannya. Tuhan dinanti dan dicari, tetapi Natal dilewatkan begitu saja, tanpa persiapan memadai.

Kita tak mengenali kehadiran Tuhan jika kita memadamkan Roh yang telah dikarunikan Allah lewat sakramen pembaptisan dan atau penguatan. Maka, janganlah padamkan Roh kudus dengan berbuat dosa agar kita selalu bersukacita, berdoa, dan bersyukur. Kita selalu meminta sesuatu kepada Tuhan, tetapi kalau Tuhan meminta kita bertobat apakah kita mengabulkannya? Jangan tunda waktu untuk bertobat.

Minggu Adven III mengajak kita untuk bersukacita dengan cara mengenali Yesus yang datang dan menghidupkan Roh yang telah dikaruniakan pada kita hingga kita bukan hanya mengalami sukacita yang juga tampak dalam berdoa dan bersyukur, tetapi juga menjadi pembawa sukacita bagi sesama.

Kegiatan rohani adalah power bank sementara sakramen-sakramen bagai daya rohani adalah charger untuk hidup kristiani agar Roh Kudus tetap menyala; semangat kristiani tetap bersinar dalam hidup kita. Di situlah kita akan bersukacita, berdoa, dan bersyukur menyambut Natal.

 Roh yang telah dikaruniakan Allah harus diberi tempat VVIP di hati kita hingga kita mau dan mampu memberi ruang VVIP pada Yesus.”

Majalah HIDUP, Edisi No. 51, Tahun Ke-77, Minggu, 17 Desember 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini