Bagaimana Menyembuhkan Luka Batin, Trauma, dan Kebencian

279

HIDUPKATOLIK.COM – Pastor GregorIus Hertanto yang baik, salam jumpa melalui halaman ini. Saya ingin minta nasihat dari Pastor tenang satu hal yang sudah lama saya simpan dalam hati. Jika seseorang mengalami luka batin yang cukup mendalam dan bahkan menyimpan kebencian dan trauma, apa yang seharusnya dia lakukan supaya ada kedamaian dan ketenangan di hati?

 Dewi, Surabaya

DEWI yang baik, untuk menyembuhkan luka batin mendalam kita bisa minta bantuan Tuhan, namun Tuhan menantikan keterbukaan kita pada-Nya, terutama keutamaan kesabaran untuk berpasrah dan berproses. Tergantung berapa dalam luka batin itu. Semakin dalam, tentu semakin membutuhkan kesetiaan.

Luka batin tertentu membutuhkan penyembuhan yang lebih menyeluruh, bukan hanya pikiran, tetapi juga hati. Kadang-kadang secara intelektual, kita sudah ingin mengampuni, tetapi perasaan hati kita belum nyaman, sehingga rasa sakit dan benci bisa tiba-tiba muncul lagi di permukaan.

Bahkan orang yang berpikir sudah sembuh, bisa tiba-tiba bergejolak lagi bila bertemu orang yang mirip dengan orang yang menyakitinya. Jadi nyatalah bahwa penyembuhan membutuhkan proses yang lebih panjang dan kompleks.

Kitab Suci sendiri banyak berkisah tentang pengalaman luka dan bagaimana orang bisa sembuh ketika memandang hidup dari kacamata Tuhan. Misalnya kisah Yusuf, yang dijual oleh saudara-saudaranya ke pedagang budak. Hidupnya merana, namun tangan Tuhan menyertainya sehingga ia bisa menjadi bendahara Kerajaan Mesir.

Pedih sekali lukanya, terlebih ketika melihat saudara-saudaranya datang kepadanya untuk membeli gandum, saat bencana kelaparan melanda. Daud hampir saja membalas dendam kesumatnya, namun niat itu diurungkannya karena melihat hidupnya dari kacamata Tuhan. “Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir,” katanya, “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu” (Kej. 45:4-5).

Yusuf bergantung pada Tuhan dalam deritanya, dan percaya bahwa Tuhan memelihara hidupnya selama ini. Ia menemukan bahwa Tuhan mempunyai rencana yang lebih besar, yang melampaui peristiwa yang menyakitkan hatinya. Karena menyatukan diri dengan kasih Tuhan, ia pun disembuhkan dan dapat mengampuni saudaranya dengan ikhlas.

Berikutnya Daud. Kedekatannya pada pengalaman terluka diungkapkannya dalam banyak Mazmur: “Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mzm. 34:19). Bukan hanya dekat, tetapi Tuhan juga menyelamatkan. “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” (Mzm. 147:3).

Patah hati adalah terjemahan untuk hati yang remuk redam, terdesintegrasi karena luka. Namun toh Tuhan mengutuhkannya kembali. Dalam pengalamannya, Daud terluka oleh Saul, raja yang pernah diabdinya dulu, namun malahan kemudian berusaha membunuhnya. Namun ia juga pernah terluka karena dosanya sendiri, memperistri Batseba, istri Uria yang kemudian dibunuhnya. Luka karena dosa membuatnya hancur. Tapi ia mengalami penyembuhan Tuhan.

Akhirnya kita harus lihat Yesus sendiri, yang menawarkan penyembuhan dari Hati-Nya. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu,” (Mat. 11:28). Yesus-lah penyembuh sejati. Nanti di salib Ia dilukai secara amat mengerikan, tetapi Ia dapat melampaui semuanya itu dan mengalirkan rahmat pengampunan.

Jadi bagaimana supaya kita bisa sembuh dari luka, trauma bahkan kebencian?

Kita harus pertama percaya pada Allah melalui Yesus ini. Datanglah pada-Nya. Bukalah sakit hati kita di depan salib, dan rasakan Anda dikasihi lebih dulu oleh Yesus. Ingatlah bahwa Yesus mengundang kita datang. Ia juga yang mencari yang sakit dan hilang.

Ia memahami dan merangkul setiap hati yang patah  ini dengan kasih-Nya. Dalam banyak latihan rohani dan penyembuhan batin, proses ini sering dibuat dalam meditasi di depan salib.

Sambil membayangkan gerakan Yesus yang penuh kasih, kita menimba kekuatan dari Dia. Kita merasakan rangkulan kasih-Nya. Dari sanalah perlahan-lahan mengalir aliran air hidup, yang mengantar kita pada pengampunan sejati.

Pengasuh: Pastor Gregorius Hertanto, Ketua STF Pineleng, Manado

Majalah HIDUP, Edisi No.48, Tahun Ke-77, Minggu, 19 November 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini