Aktivis dan Musisi Rilis Lagu Bertema HAM 

91
Musisi tengah mempersiapkan diri (Dok. UATBS)

HIDUPKATOLIK.COM – “Keserakahan, kekuasaan, hilangkan paksamu, bahagiaku kau hempaskan, kemanakah aku harus mencari, dan di mana, di mana engkau kini.” 

Inilah penggalan syair lagu berjudul “Kemanakah” yang dirilis baru-baru ini oleh sejumlah aktivis dan musisi sebagai upaya untuk kembali mendesak pemerintah agar menuntaskan kasus penculikan dan penghilangan paksa para aktivis pro demokrasi pada 1997-1998. 

Lagu yang bercerita tentang keluarga korban dari para aktivis yang diculik dan hilang pada 1997-1998 tersebut ditulis oleh Direktur Eksekutif Amnesty International-Indonesia, Usman Hamid, dan Denny Setiawan serta diaransemen oleh Fajar Merah. Sementara beberapa lirik dinyanyikan oleh Elfonda “Once” Mekel.

Dalam sebuah kolaborasi, mereka – bersama kelompok musik The Blackstones – mempersembahkan lagu tersebut pada festival musik Amnesty International-Indonesia yang digelar di Pos Bloc, Gedung Filateli, Jakarta Pusat, pada Minggu (03/12/2023), atau seminggu menjelang peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia.

“Lagu ini ditulis ketika saya mendampingi Dyah Sujirah atau Sipon untuk mencari keberadaan dan kejelasan suaminya, Wiji Thukul. Tapi ini juga tentang Tuti Koto, ibunda Yani Afri, atau Paian Siahaan yang mencari kejelasan nasib anak-anaknya yang diculik dan belum ditemukan hingga kini,” ujar Usman.

“Kami mendesak agar pemerintah dan DPR-RI menuntaskan kasus ini. Apalagi sudah ada empat rekomendasi DPR-RI pada 2009. Pemerintah wajib membentuk pengadilan ad hoc HAM, mencari dan menemukan kejelasan nasib mereka, menyediakan reparasi untuk korban, serta meratifikasi konvensi PBB tentang orang hilang.”

Enam Lagu

Secara keseluruhan, ada enam lagu yang dinyanyikan secara live pada program tersebut. 

Pertama, “Sakongsa.” Lagu ini dibuat untuk menyuarakan penegakan hukum setelah kasus Ferdy Sambo muncul ke permukaan. 

Kedua, “Munir.” Pada program tersebut, lagu ini dinyanyikan oleh Once. Penggalan syair lagu ini berbunyi: “Perjuangan tak lekang sampai penghabisan, aku ada dan berlipat ganda.”

Ketiga, ‘Kemanakah.” Lagu ini dinyanyikan oleh Usman, Once, dan Fajar. 

Keempat, “Larung.” Lagu yang dinyanyikan oleh Usman ini menceritakan tentang keraguannya untuk memenuhi permintaan istrinya agar jasadnya dilarung di lautan ketika kematian tiba. 

Lagu kelima adalah sebuah lagu baru yang didedikasikan untuk para aktivis, seperti Haris Azhar dan Fatia Maulidyanti. Dan lagu keenam yang berjudul “Kanjuruhan” berisi kritik kepada Presiden Joko Widodo yang dianggap lupa menuntaskan kasus yang menelan 135 jiwa tersebut.

Respons Positif 

Once menyambut baik program tersebut. 

Orang muda menyaksikan Festival Musik Amnesty International Indonesia (Dok. UATBS)

“Senang sekali bisa tampil membawakan beberapa lagu bareng Usman Hamid dan the Blackstones di event yang penting ini. Khususnya di saat awan mendung sedang ada di atas demokrasi Indonesia. Tidak ada penghormatan atas hukum, moral dan etika. Adanya event ini bisa mencerahkan masyarakat bahwa apa yang benar tetap benar dan demikian juga sebaliknya,” ujarnya.

Menurutnya, program tersebut mengingatkan kembali isu HAM yang belum tuntas dan juga penegakan hukum di tanah air. 

“Dengan banyaknya anak muda yang terlibat sebagai penyelenggara dan penonton kita berharap obor estafet perjuangan hak masyarakat bisa terus dilanjutkan oleh generasi selanjutnya, agar semangat itu tidak akan padam,” imbuhnya.

Sementara Fajar menyebut kemanusiaan saat ini tengah diliputi kebencian dan kepalsuan. 

“Harapanku adalah dengan membaca (puisi) itu manusia tidak lupa cara menjadi manusia dan memanusiakan manusia, khususnya untuk diriku sendiri,” ungkapnya.

Katharina Reny Lestari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini