Donor Darah Kok Gaya Hidup?

228
Adrianus Roy (Ketua AAJI)

HIDUPKATOLIK.COM – Setelah disosialisasikan beberapa waktu lalu, akhirnya kegiatan donor darah Asosiasi Alumni Jesuit Indonesia (AAJI) pun mulai dilaksanakan serentak. Acara launching dilaksanakan di kampur Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada hari Sabtu 4/11/2023 pagi. Hadir dalam kesempatan launching ini antara lain Romo Bagus Laksono, SJ (Rektor USD), Adrianus Roy (Ketua AAJI), dan beberapa pengurus Ikatan Alumni, dan peserta donor darah lainnya.

Ketua Panitia donor darah AAJI, Bavo mengatakan, rasa terima kasih atas kehadiran dan partisipasi dalam kegiatan donor darah AAJI. Kegiatan donor darah ini dilaksanakan sebagai tahun ke-3. Pemilihan waktu dikaitkan dengan upaya ikut memperingati Hari Pahlawan. Dikatakannya, “Tahun ini hostnya Ikasadha, sekaligus peringatan HUT ke-68. Sementara target perolehannya secara nasional sebanyak 2000 pendonor. Kegiatan dilaksanakan serentak pada tanggal 4-5-11-12-18-19 November 2023,” paparnya.

Pemukulan gong oleh Ketua AAJI Adrianus Roy menandai pelaksanaan donor darah serentak.

Kegiatan pembukaan dilakasanakan di Yogya, namun di berbagai kota lain juga relay pelaksanaannya. Saat ini sudah terdaftar sebanyak 50 kota yang akan menjadi lokasi donor darah di berbagai kota. Pelaksanaannya akan secara serentak di 25 tempat dari seluruh Indonesia. Sedangkan pelaksanaan donor secara mandiri ada di hampir 25 tempat.

Setetes Darah Memupuk Kehidupan

Romo Bagus Laksana, SJ selaku Rektor USD menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan gerakan kehidupan. Di sisi lain ada gerakan kematian yang bertujuan membunuh, berkonflik, sehingga banyak darah tercurah di Gaza, Ukraina, dll. Darah yang sia-sia yang tertumpah di tengah konflik, kekerdilan politik dunia yang tak ada habisnya. Namun, ada gerakan sebaliknya, yang mengusung kehidupan (eros, melawan tanatos). Gerakan ini memupuk kehidupan. Dengan tetesan darah, memupuk kehidupan.

Solidaritas bersama dalam aksi ini merupakan kali ke-3. Gerakan besar yang disatukan dengan alumni berbagai kolese di banyak tempat, dari banyak tempat sekolah atau kuliah. “Kita mengambil pilihan untuk mendukung kehidupan dengan segala cara. Mungkin darah kita tak akan sampai pada korban perang, tapi gerakan ini signifikan. Tidak hanya simbolis. Kita bersyukur dengan rahmat bisa memupuk kehidupan dengan semangat besar. Di tengah kuasa kematian, kita mau mendukung daya-daya kehidupan agar kita terus Lestari. Kita memupuk daya-daya kehidupan agar kita terus lestari,” papar Romo Bagus menegaskan.

Situasi donor darah di kampus USD Yogyakarta

Sementara itu, Adrianus Roy, mewakili pengurus AAJI 2023 menyatakan, “Kegiatan ini disiapkan sejak Juli, setelah ada pertemuan 9 perhimpunan di bulan Maret. Kegiatan ini bagi AAJI paling sulit, paling berat, karena lintas kota, lintas perhimpunan. Saat pertama kali gerakan donor darah serentak dilakukan, ada 30 kota yang menjalankan, termasuk Atambua, Maumere, Balikpapan, dan Samarinda. Semua bertujuan mendukung kehidupan”. Ia juga mengharapkan agar gerakan ini menjadi momentum bersama, untuk bisa menyapa teman-teman alumni di berbagai daerah. Selain itu, menjadi bentuk karya nyata yang berkoneksi, berkolaborasi, dan pedulli terhadap orang lain. Dengan begitu, sungguh mengamalkan man and woman for others, bagi Ad Maiorem Dei Gloriam. Semua hanya bagi kemuliaan Allah yang lebih besar.

Hal menarik dari kegiatan donor darah ini karena serentak dilakukan di beberapa tempat. Setidaknya perhimpunan alumni dari 9 lembaga pendidikan yaitu IKASADHA (Ikatan Alumni Sanata Dharma – Yogyakarta); IKAGONA (Ikatan Alumni Gonzaga – Jakarta); KAPIKA (Keluarga Alumni PIKA – Semarang); PAKKJ (Perkumpulan Alumni Kolese Kanisius Jakarta – Jakarta); IASM (Ikatan Alumni Seminari Mertoyudan – Mertoyudan); PAKDB (Perkumpulan Alumni Kolese De Brito – Yogyakarta); KEKL (Keluarga Eks Kolese Loyola – Semarang); IKAAL (Ikatan Alumni Adhi Luhur – Nabire, Papua); dan IKAMI (Ikatan Keluarga Alumni Kolese Mikael – Solo & Cikarang) terlibat nyata di wilayah terdekatnya. Beberapa tempat yang sempat terpantau selain di Universitas Sanata Dharma, misalnya di Kolese Kanisius Jakarta, dan sebagainya. Semboyannya, “Kita tak sama, tapi kita kerja sama”. Saat kesadaran peduli sesama meningkat, di sisi lain ada bagian gaya hidup yang mengikat. Donor darah merupakan aksi nyata yang mewujudkan kepedulian sekaligus gaya hidup itu.

Veronika Naning (Kontributor Yogyakarta)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini