Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung Berkati Gereja Santo Petrus Puor, Camat Hadi Umar Hadir dan Berpesan Jangan Biarkan Gereja Kosong

319
Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung saat memimpin Misa Pemberian Sakramen Krisma di Gereja Stasi Santo Petrus Puor, Paroki Santu Yosef Boto di Gereja Stasi Puor, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, NTT, Rabu, 11 Oktober 2023.

HIDUPKATOLIK.COM – Uskup Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung, Rabu, mengunjungi Stasi Santo Petrus Puor, Paroki Santu Yosef Boto, Dekanat Lembata, Keuskupan Larantuka, Nusa Tenggara Timur, Rabu, 11/10/2023. Kunjungan di stasi di lereng gunung Labalekan, selatan Pulau Lembata, dalam rangkaian Misa Pemberkatan Gereja Stasi Puor dan Penerimaan Sakramen Krisma kepada 450 anak.

Dalam homilinya saat Misa Krisma, Mgr. Kopong Kung mengatakan, membangun basis, stasi, lingkungan dan paroki adalah bagian penting membangun hidup umat sebagai bait suci Allah dalam terang Roh Kudus. Karena itu, pemberkatan gereja dan penerimaan Sakramen Krisma memberi kekuatan dan semangat umat.

“Sakramen Krisma membawa anak-anak menjadi saksi kebaikan dan menjadi lebih dewasa secara iman. Mereka menerima tanda karunia Roh Kudus. Abu dan minyak boleh terhapus, tapi karunia Roh Kudus tetap terpari dalam hati kita,” ujar Uskup dalam Misa konselebrasi yang dihadiri umat dari berbagai stasi di bawah lereng gunung Labalekan.

Menurutnya, peran umat baik baik di lingkup rumah tangga, gereja maupun masyarakat sungguh harus membawa tanda kebaikan dan kasih Tuhan. Meski gereja Stasi Puor dibangun dalam kurun waktu lama, katanya, namun berkat kerja keras panitia dan umat akhirnya rampung hingga diberkati. Ia menitip pesan kepada umat agar menjadikan gereja stasi ini bait suci Allah untuk berdoa.

“Kita harus membagi cinta, berkorban dalam hidup untuk sesama dan masyarakat. Kita belajar bemberi maaf kepada sesama manusia sebagai ciri orang Katolik. Ketika kita berdoa ‘Bapa Kami’, di sana kita diingatkan bagaimana Tuhan mengampuni kita dan kita juga mengampuni sesama,” ujarnya.

Selain itu, melalui doa Bapa Kami, umat berdoa kepada Tuhan agar bebas dari bencana karena saat ini sangat berat. Namun dengan kekuatan Roh Kudus kita semakin kuat dan semangat menghadapi tantangan. Dengan kekuatan Roh Kudus anak-anak harus menjadi saksi iman di tengah tantangan dunia.

Usai Misa Krisma dan pemberkatan Gereja Stasi Puor, acara dilanjutkan dengan resepsi bersama. Uskup dalam kesempatan tersebut mengapresiasi panitia dan umat atas kerja keras yang memakan waktu selama 20 tahun merampungkan pembangunan fisik gereja.

“Kalau panitia dan umat putus asa dan berhenti, pasti gereja ini tidak rampung. Terima kasih juga untuk arsitek yang mendisain gereja dan para tukang. Romo Robert (Robertus Laga Manu Sakeng, kelahiran Puor) yang telah menyelesaikan pembangunan gereja ini dengan baik,” katanya.

Uskup menyampaikan proficiat kepada ratusan anak penerima Sakraman Krisma yang telah mengikuti Misa dengan tertib dan tidak ribut seperti di tempat lain. Ia memuji anak-anak telah mewariskan nilai-nilai kebaikan untuk gereja. Kalau di stasi ini ada Sekami, ia juga meminta terus dihidupkan kegiatannya.

Pesan Camat

Dalam sambutannya mewakili Penjabat Bupati Lembata Matheos Tan yang berhalangan hadir, Camat Wulandoni Hadi Umar mengatakan, gedung rampung berkat kerja sama harmonis antara pastor, panitia, umat stasi, dan umat wilayah lain serta para donator.

Camat Wulandoni Hadi Umar

“Gereja yang besar dan indah ini jangan dibiarkan kosong. Umat harus merawat dan memanfaatkan dengan baik sebagai tempat beribadah dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Terima kasih kepada Bapak Uskup Larantuka yang telah berkenan meresmikan dan memberkati gereja ini,” ujar Hadi, camat kelahiran kampung Muslim Lebala, Desa Leworaja, Wulandoni.

Hadi menambahkan, kadang gereja maupun masjid setelah dibangun dengan dana besar dan kerja keras umat dibiarkan kosong. Oleh karena itu, ia mengajak umat Katolik di stasi memanfaatkan gereja ini secara baik sebagai sarana beribadah dan berdoa.

“Saat ini kita masuk dalam era digital. Era di mana sangat dipengaruhi oleh pergeseran nilai dan budaya kita sendiri yang sangat memegang teguh persatuan, semangat kekeluargaan. Karena itu, anak-anak dan generasi muda kita mesti sejak awal ditanamkan akhlak bedi pekerti yang baik agar dapat membentengi diri dari terpaan arus global era digitalisasi,” ujar Hadi.

Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong Kung (tengah) saat acara ramah tamah.

Generasi muda era digital, kata Hadi, meski memiliki ilmu pengetahuan memadai dan berimbang tapi minus akhlak budi pekerti kuat. Generasi cerdas harus punya ilmu pengetahuan memadai ditopang iman dan akhlak yang kuat. Karena itu, untuk menghadapi tantangan global dan era digital kita mesti tetap membangun semangat persatuan, kekeluargaan, dan sikap toleransi hidup antar umat beragama di wilayah ini.

Menurut Hadi, saat ini di Wulandoni terdapat tiga desa Muslim berada di pesisir pantai yakni, Desa Pantai Harapan, Atakera, dan Leworaja. Sedangkan 12 desa lainnya berada di pedalaman. Namun, atas berkat Tuhan dan adat-istiadat yang terawat baik kehidupan masyarakat dan umat senantiasa dalam semangat persatuan, kekeluargaan, dan toleransi. Ini jadi modal perekat dan pemicu kemajuan pembangunan warga dan umat.

Romo Emanuel Kewa Ama

Pastor Paroki Boto, Romo Emanuel Kewa Ama mengungkapkan rasa syukur dan gembira kepada Tuhan atas kehadiran Mgr Kopong Kung memenuhi undangan paroki dan panitia serta seluruh umat untuk datang memberkati gereja sekaligus memberikan Sakramen Krisma kepada ratusan anak di wilayah Paroki Boto di Gereja Stasi Puor.

“Atas nama Dewan Pimpinan Paroki Santu Yosef Boto beserta umat saya juga menyampaikan terima kasih kepada panitia dan umat stasi yang telah bekerja keras dan bergotong-royong hingga merampungkan lembangunan gedung gereja ini kemudian diberkati oleh Yang Mulia Uskup Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung,” kata Romo Eman.

Ketua Panitia Pembangunan Gereja Stasi Puor Loli Yustinus Sakeng mengatakan, pembentukan panitia pembangunan gereja ini bermula awal 2001 dipimpin ketuanya, Doroteus Belajan Tapoona (Alm). Setelah Tapoona berpulang, atas inisiatif pemerintah desa dan umat, tahun 2002 Puor kepanitiaan selanjutnya dipercayakan kepada ketuanya, Aloysius Tana Botoor.

4. Ketua Panitia Pembangunan Gereja Stasi Puor Loli Yustinus Sakeng

“Di bawah ketuanya, Pak Aloysius Tana Botoor, sejak itu dimulai kegiatan pembangunan yang ditandai peletakan batu pertama oleh Bupati Lembata, Andreas Duli Manuk (Alm) dan pembangunan berjalan sampai pengatapan. Pembangunan sempat terhenti dan tidak berjalan sampai 2016 karena Pak Alo meninggal. Kemudian, 2016 terbentuk panitia ketiga yang saya pimpin hingga perampungan fisik bangunan dan diberkati Bapa Uskup Larantuka,” kata Yustinus.

Yustinus mengatakan, perampungan gereja menelan anggaran Rp 1.279.591.000. Jumlah tersebut bersumber dari swadaya umat stasi Puor sebesar Rp 177.517.000., donatur Rp 864.749.163, pekerja migran Indonesia (PMI) di luar negeri Rp 32.225.000, dan perantau dalam negeri Rp 54.300.000.

Kemudian bantuan Pemerintah Provinsi NTT Rp 60.000.000, Pemerintah Kabupaten Lembata sebesar Rp 30.000.000, Anggota DPRD NTT dan Lembata Rp 14.800.000. Lalu Pemerintah Desa Puor dan Puor B, Kecamatan Wulandoni sebesar Rp 39.000.000 serta dana solidaritas Keuskupan Larantuka sebesar Rp 25.000.000.

Misa berlangsung semarak. Hadir Sekretaris Keuskupan Larantuka Romo Fransiskus Kewaelaga; Dekan Dekanat Lembata, Romo Philipus Sinyo da Gomez; Romo lorianus Waor Wujon (kelahiran Stasi Boto dari Dekanat Lembata); Pastor Paroki Boto, Romo Emanuel Kewa Ama; dan Pastor Rekan Paroki Boto, Romo Anselmus Langowujo.

“Hari ini kita ikuti sebuah acara penting pemberkatan gereja dan penerimaan Sakramen Krisma. Gereja baru ini dibangun sejak 2003. Banyak suka duka. Namun kita semua tetap bersatu dan bekerja keras sampai gereja ini selesai,” kata Ketua Panitia Pemberkatan Gereja Stasi Puor Alexander Dua Liman.

Laporan Ansel Deri, Karolus Kia Burin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini