Peringati HPS, Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik KAJ Peduli Soal Stunting

701
Umat Paroki Cikarang berebut sayur dan buah-buahan dalam rangka Hari Pangan Sedunia di halaman Gereja Ibu Teresa. Minggu (20/10). (FOTO DOK. KOMSOS PCGIT/YEYEN)

HIDUPKATOLIK.COM – Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, mengajak umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) untuk peduli terhadap masalah stunting dan mencari jalan-jalan baru untuk mewujudkan kepedulian ini.

Ia menyampaikan ajakan ini dalam Surat Gembala Hari Pangan Sedunia (HPS) 2023. Bertema “Solidaritas Pangan Sehat untuk Generasi Bebas Stunting,” Surat Gembala ini akan disampaikan secara serentak di semua paroki sebagai pengganti khotbah pada Perayaan Ekaristi Sabtu dan Minggu, 14 dan 15 Oktober.

HPS diperingati setiap tanggal 16 Oktober. Namun tahun ini, tanpa bermaksud untuk mengurangi maknanya, KAJ memperingati HPS pada hari Minggu terdekat dengan peringatan HPS, yakni tanggal 15 Oktober. Dengan demikian, menurut Kardinal Suharyo, umat Katolik memperingati HPS sambil menghayati misteri penebusan Allah dalam Perayaan Ekaristi dan memaknai peringatan tersebut dengan inspirasi Sabda Tuhan.

Kardinal Suharyo memilih tema tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa skala krisis kelaparan dan malnutrisi dunia saat ini tinggi. Program Pangan Dunia (WFP, World Food Programme) memperkirakan 345 juta lebih penduduk dunia mengalami tingkat kerawanan pangan yang tinggi tahun ini. Sementara situasi di Indonesia juga tidak baik-baik saja. Menurut Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO, Food and Agriculture Organization), angka kelaparan di Indonesia tahun 2022 sebesar 5,9 persen dari total penduduk atau sekitar 16,2 juta orang. 

Kardinal Ignatius Suharyo (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Dibandingkan dengan delapan negara Asia Tenggara, persentase penduduk yang kelaparan di Indonesia tertinggi kedua. Akhir-akhir ini, Presiden Joko Widodo mengingatkan adanya ancaman krisis pangan global yang berdampak juga di Indonesia. Ini dipicu oleh adanya kenaikan suhu serta fenomena cuaca El Nino (pemanasan suhu permukaan air laut) yang menyebabkan kekeringan panjang dan penurunan produksi pangan. Krisis politik dunia dan meningkatnya jumlah penduduk ikut juga menghantui berkembangnya krisis ini,” katanya, seraya mengutip data dari beberapa media.

“Kelaparan dan krisis pangan dapat mengancam status kesehatan masyarakat. Angka prevalensi stunting (tengkes atau balita kerdil) anak-anak usia bawah lima tahun (balita) di Indonesia – menurut data survei Status Gizi Nasional – masih tinggi, yakni 21,6 persen di tahun 2022. Masalah stunting pada anak-anak balita ini akan mempengaruhi pada kualitas sumber daya generasi masa depan bangsa.”

Mengutip penelitian World Population Review 2022, Kardinal Suharyo mengatakan bahwa angka rata-rata kecerdasan (IQ, Intelligence Quotient) masyarakat Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, yakni 78,49. Angka ini lebih rendah dari rata-rata IQ masyarakat dunia sebesar 82. Indonesia menempati posisi ke-130 dari total 199 negara yang diuji dan urutan ke-10 dari 11 negara di Asia Tenggara. Faktor asupan gizi dan status kesehatan, selain faktor-faktor lainnya, sangat besar pengaruhnya bagi tinggi rendahnya angka kecerdasan. 

“Kita menghargai upaya-upaya pemerintah untuk mencegah dan menurunkan angka stunting. Presiden Joko Widodo meminta jajaran pemerintahannya untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024. Untuk melaksanakan perintah presiden tersebut, Kementerian Kesehatan RI mencanangkan program 11 Intervensi Spesifik Atasi Stunting. Menyadari bahwa masalah stunting menjadi masalah kita bersama, maka kita umat Katolik KAJ – yang sedang berdinamika dalam semboyan ‘Semakin Mengasihi, Semakin Peduli, Semakin Bersaksi’ – terpanggil untuk peduli terhadap masalah ini dan mencari jalan-jalan baru untuk mewujudkan kepeduliaan itu,” imbuhnya.

Pesan Sabda

Kardinal Suharyo juga menggarisbawahi pesan Sabda Tuhan pada Perayaan Ekaristi Sabtu dan Minggu tersebut. 

Nabi Yesaya, katanya, berbicara mengenai perjamuan mewah yang disediakan Tuhan untuk segala bangsa sebagai gambaran keselamatan. Keselamatan yang digambarkan sebagai perjamuan mewah itu adalah kesejahteraan bersama yang berhasil diwujudkan, untuk semua orang tanpa kecuali. Perjamuan seperti itu tidak dapat dibayangkan terjadi tanpa keterlibatan banyak orang. Sementara Injil Matius menggambarkan Kerajaan Allah sebagai perjamuan nikah yang diadakan oleh seorang raja dan menyebarkan undangan agar para undangan ikut terlibat dalam memeriahkan perjamuan itu. Tetapi sekian banyak yang diundang, sekian banyak pula yang mengabaikan undangan itu. 

“Kisah ini menyadarkan kita untuk tidak mengikuti sikap para undangan yang tidak menghadiri pesta, artinya tidak mau melibatkan diri dalam kemeriahan pesta. Sebaliknya kita diharapkan menerima undangan untuk menjadikan pesta itu sungguh meriah. Konkretnya, kita diundang untuk ikut melibatkan diri dalam gerakan HPS internasional, maupun bagian khusus yang dipilih di KAJ,” tegasnya.

Aksi Konkret

Untuk itu, Kardinal Suharyo mendorong umat Katolik KAJ agar dapat meneruskan kebiasaan menghargai pangan dengan mengupayakan pola makan secukupnya dan sehat serta tidak membuang makanan. Paus Fransiskus mengecam budaya membuang makanan di tengah dunia yang kian konsumeristis ini: “Membuang makanan sama dengan mencuri dari meja mereka yang miskin dan kelaparan.”

“Komunitas umat beriman di paroki, lingkungan, komunitas religius dan komunitas kategorial dapat mengadakan gerakan aksi untuk mencegah anak-anak stunting di lingkungan masing-masing. Penyadaran pola makan sehat dan pemberian makanan bergizi pada remaja putri dan ibu hamil dapat menurunkan resiko anak yang akan mereka lahirkan mengalami stunting. Koordinasi dan kerja sama dengan Puskesmas, Posyandu dan tenaga kesehatan penting agar aksi-aksi yang dilakukan dapat berdampak. Kita hendaknya tidak hanya melakukan aksi sekali dua kali saat memperingati HPS saja. Aksi ini mesti diupayakan secara berkelanjutan,” tuturnya.

“Sekolah-sekolah Katolik, khususnya SMP, SMA dan SMK, secara berkala dapat mengadakan kegiatan penyadaran gizi dan tambahan asupan gizi atau vitamin yang sesuai untuk siswi-siswi yang akan melahirkan generasi masa depan bangsa.”

Terkait kebutuhan air, ia menekankan pentingnya penanaman kesadaran akan sikap hemat air sejak dini dalam diri dan keluarga. Dapat dipikirkan pula kemungkinan keluarga-keluarga atau lembaga-lembaga Katolik yang mempunyai air melimpah, mencari cara-cara sederhana untuk berbagi air dengan masyarakat yang tidak mempunyai sumber air di lingkungan masing-masing. Bahkan sangat mungkin dan ada banyak cara paroki dan lembaga- lembaga Katolik membantu masyarakat yang mengalami kekeringan itu dengan dana.

“Semoga kita, umat Keuskupan Agung Jakarta, terus berjalan bersama dengan semangat semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi dan tidak lelah mencari jalan-jalan baru untuk mewujudkannya dalam hidup kita. Salam sehat berlimpah berkat untuk Anda, keluarga dan komunitas Anda,” pungkasnya.

Tema HPS yang diusung oleh FAO untuk tahun ini adalah “Air adalah Kehidupan, Air adalah Makanan. Jangan Tinggalkan Seorang pun.” Tema HPS internasional ini mengajak umat manusia untuk menyadari pentingnya mengelola air secara berkeadilan demi kesejahteraan bersama, seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk, pembangunan ekonomi, urbanisasi dan perubahan iklim yang mengancam ketersediaan air. 

Menurut Kardinal Suharyo, air dan makanan adalah kebutuhan dasar setiap orang agar dapat mencapai kepenuhan hidup sebagai manusia yang bermartabat. Karena itu tidak boleh ada seorang pun yang tidak mendapatkan akses kebutuhan dasar ini. Tema HPS ini sejalan dengan semangat dan upaya kita untuk mengamalkan Ajaran Sosial Gereja (ASG).

 

Katharina Reny Lestari 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini