Sebuah Taman Bermain yang Menginspirasi

246

HIDUPKATOLIK.COM – Sekitar pukul lima sore itu, langit bersih dan terang, udara terasa sejuk bahkan bisa dibilang dingin, karena aplikasi cuaca di hape memberi informasi suhu 16 derajat.

Kami berjalan kaki menuju sebuah taman bermain dekat apartemen tempat anak kami tinggal, selang 6 menit kami tiba. Mata langsung menyaksikan pemandangan “menyejukkan” hati.

Di taman yang tidak terlalu besar ini ramai anak-anak bermain didampingi ayah dan ibu mereka. Usia anak-anak beragam, ada anak batita yang masih tertatih-tatih berjalannya. Namun kebanyakan anak-anak di kisaran usia 5-7 tahun. Semua didampingi oleh orang-orang masing-masing.

Taman bermain ini ternyata sudah lama ada, karena teman anak kami sewaktu kecil sudah bermain di sini. Paling tidak sudah 25 tahun lalu.

Di salah satu sudut, ada lapangan mini untuk bermain sepak bola. Area ini diberi kerangkeng tinggi, untuk mencegah bola terbang kemana-mana. Sore itu, nampak seorang ayah sedang melatih putra kecilnya menendang bola ke arah gawang.

Di sisi luar lapangan bola, dijumpai sebuah ring basket. Sepasang anak muda sedang asyik bermain bola basket. Juga nampak seorang ayah sedang menemani anaknya bermain basket dengan bola mini. Beberapa kali sang ayah mengangkat anaknya tinggi-tinggi agar bisa memasukkan bola ke keranjang. Ketika bola berhasil masuk, si anak tertawa bahagia.

Tak jauh dari ring basket, bergerombol anak-anak usia 5-7 tahun sedang asyik menyaksikan mobil mainan yang dikendalikan seorang anak dengan remote. Mereka berlarian ke sana kemari mengejar mobil tersebut dengan tawa riang.

Pada sisi lain taman terdapat meja pingpong. Meja yang pasti tahan cuaca, karena dibuat dari beton dan pada permukaan dilapisi marmer. Net pun terbuat dari plat besi yang diberi banyak lingkaran lubang. Meja pingpong ini memang bukan untuk anak-anak, namun diminati oleh pasangan-pasangan muda dan juga beberapa orang usia lanjut. Mereka bermain bersama walau awalnya belum saling kenal. Suasana akrab seketika tercipta di antara mereka.

Bagian tengah taman dengan kontur lebih tinggi, sengaja diberi alas pasir yang tebal. Di sinilah surga bagi anak-anak. Ada berbagai mainan, seperti perosotan, ayunan, bahkan kerangka tempat anak-anak bermain panjat memanjat berbentuk kerangka pesawat terbang.

Di sini, puluhan anak dengan penuh tawa berlarian, bermain, bercengkerama dengan teman dan orang tua mereka. Seorang ayah dengan wajahnya yang selalu tersenyum, sedang mengayun-ayun anaknya di salah satu ayunan.

Ayah lainnya di mainan kerangka pesawat nampak mengawasi dan memberi semangat putrinya yang sedang berusaha “berjalan” dalam pesawat. Seorang ibu muda nampak ngobrol dan canda tawa dengan temannya, sementara putri kecilnya di pasir, asyik bermain botol dan mencoba mengisinya dengan pasir.

Taman bermain ini memiliki mainan ikonik berupa “pohon” bak pohon Natal. Sebuah tiang pipa baja setinggi tujuh meter berdiri kokoh. Rangkaian tambang nan lentur mengelilingi tiang tersebut, dari atas dan makin membesar sampai ke lantai yang juga beralas pasir. Pohon ini ramai dipenuhi pengunjung.

Tidak saja disukai anak-anak namun juga orang tua mereka yang sudah dewasa. Mereka memanjat, melentur-lentur di atas tambang. Beberapa dari mereka menguji nyali dan melatih keberanian dengan mencoba naik menuju puncak. Seru dan menyenangkan melihat mereka bermain di pohon ini.

Banyak juga anak-anak datang membawa sepeda mini mereka. Selain bermain dengan mainan yang tersedia, mereka juga mengayun pedal sepeda keliling taman, dengan tetap didampingi orang tua. Seorang ayah yang nampak baru pulang kerja dan belum sempat berganti pakaian, dengan riang mendampingi putri kecilnya bermain sepeda.

Semua pemandangan menyejukkan hati ini terjadi di salah satu sudut Kota Dusseldorf Jerman. Di area tempat anak kami tinggal, sepertinya semua orang tinggal di apartemen lima lantai. Bagian bawah dimanfaatkan untuk tempat usaha, berupa toko atau kantor. Sedangkan empat lantai lainnya dibagi menjadi unit-unit tempat tinggal. Menurut cerita anak kami, ada banyak taman bermain di kawasan ini dan setiap sore selalu ramai.

Saya sungguh iri menyaksikan bagaimana di kota ini, banyak keluarga secara lengkap, ayah, ibu, dan anak-anak bisa bermain, bercengkrama. Tidak saja di antara mereka satu keluarga, namun juga mereka akrab dengan keluarga lain. Anak dengan anak bermain bersama. Sedangkan para orang tua, juga dapat bersosialisasi satu dengan yang lain. Mereka sepertinya memprioritaskan dan meluangkan waktu untuk merajut dan memelihara kualitas hubungan yang baik antara orang tua dan anak. Semua dilakukan di alam terbuka, di taman kota.

Semoga kisah ini dapat memberi inspirasi bagi kita, sehingga keluarga sebagai Gereja inti dapat bertumbuh baik. Semua anggota, ayah, ibu, dan anak-anak selalu terlibat bersama meraih kebahagiaan. Semoga juga menjadi inspirasi bagi lingkungan-lingkungan sebagai Gereja kecil, untuk dapat mengadakan kegiatan bersama yang rutin dan saling meneguhkan, misal dengan sering olahraga bersama, bermain dan beribadat bersama di taman terdekat, dan kegiatan lainnya.

Fidensius Gunawan, Kontributor, Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini