Kardinal Suharyo Dorong Legioner Menuju Kesempurnaan Kasih

1376
Kardinal Ignatius Suharyo (nomor tiga dari kiri) dan beberapa imam. (Dok. Pribadi)

HIDUPKATOLIK.COM – Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, mendorong para legioner, sebutan bagi para anggota Legio Maria, untuk menuju kesempurnaan kasih, yakni memiliki kemampuan untuk mengampuni sesama.

Kardinal Suharyo menyampaikan pernyataan tersebut dalam homili saat Misa Tahunan Senatus yang dirayakan secara konselebrasi untuk memperingati Hari Ulang Tahun Legio Maria Ke-102 pada Sabtu (16/09/2023) di Paroki Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Turut mendampingi prelatus adalah 18 imam pemimpin rohani Legio Maria.

Sekitar 3.500 legioner menghadiri Perayaan Ekaristi konselebrasi yang diawali dengan pendarasan Doa Tessera dan Doa Rosario tersebut. Tema yang dipilih adalah “Legio Maria Turut Mewujudkan Kesejahteraan Bersama.”

“Para legioner yang berbahagia, bersama-sama dengan para Bapak Uskup di mana Legio (Maria) berada, saya ingin mengucapkan selamat atas ulang tahun yang ke-102. Terima kasih kepada para legioner semua atas kehadiran, atas kerasulan yang setia dan tekun. Kerasulan di dalam doa, kerasulan di dalam karya-karya perutusan yang sederhana. Kehadiran dan pelayanan Legio (Maria) dan para legioner di keuskupan-keuskupan ikut mewarnai sejarah Gereja,” ujar Kardinal Suharyo.

“Kita semua berharap semoga dengan doa Bunda Maria dan seturut teladan Bunda Maria, para legioner masing-masing bertumbuh menuju kesempurnaan kasih. Saya garis bawahi lagi, harapannya semoga dengan doa-doa Bunda Maria dan dengan teladan Bunda Maria, para legioner melalui keanggotaaannya di dalam Legio (Maria) terus bertumbuh menuju kesempurnaan kasih.”

Kardinal Suharyo mengungkapkan harapan tersebut berdasarkan pada pesan Injil yang dibacakan saat Perayaan Ekaristi tersebut. Intinya adalah upaya untuk mengampuni sesama tanpa batas.

Para prajurit Maria membawa vandel dewan masing-masing saat perarakan Misa Tahunan Senatus. (Dok. Pribadi)

“Mengapa kita murid-murid Kristus harus terus mengampuni? Jawabannya begini. Kita semua dipanggil untuk meniuju kesempurnaan kasih. Tetapi di dalam Kitab Suci, yang namanya kasih itu ada dua macam artinya. Yang pertama adalah kasih manusiawi yang dianugerahkan kepada kita. Dan kasih manusiawi itu tidak ada yang sempurna. Kasih manusiawi selalu terbatas. Kasih yang kedua adalah kasih Kristus. Dan kasih Kristus adalah kasih yang tak terbatas,” tegasnya.

“Kita semua sebagai murid-murid Yesus, seperti Simon, dipanggil untuk bertumbuh dari kasih kita yang terbatas itu. Pelan-pelan bertumbuh menuju kasih yang tak terbatas. Karena kasih kita terbatas, maka kita sering membuat kesalahan. Mau tidak mau. Kalau merasa tidak pernah membuat kesalahan, itu namanya sombong, itu namanya bohong. Oleh karena itu, kita pasti membuat kesalahan. Yang namanya pengampunan itu menjadi mutlak.”

Kardinal Suharyo kemudian mengutip refrein lagu berjudul “Kasih Pasti Lemah Lembut,” bunyinya “ajarilah kami ini saling mengasihi, ajarilah kami ini saling mengampuni.” Mengampuni sesama adalah ajaran Gereja Katolik. Dan mengampuni dapat dilakukan lewat berbagai cara, termasuk hal-hal sederhana. Misalnya, pekerjaan sehari-hari.   

Ia juga menyinggung pesan Paus Fransiskus.

“Apakah Anda seorang anggota hidup bakti? Anggota hidup bakti itu ya suster, bruder dan imam-imam tarekat. Paus mengatakan: ‘Jadilah sempurna dalam kasih dengan menghayati pilihan hidup Anda dengan sukacita.’ … Apakah Anda seorang pekerja? Jadilah sempurna di dalam kasih dengan menjalankan tugas Anda dengan jujur dan semangat pelayanan. Apakah Anda seorang pejabat? Jadilah sempurna di dalam kasih dengan menjalankan jabatan Anda dalam rangka berjuang bagi kesejahteraan bersama dan tidak di dalam kepentingan sendiri,” ujarnya.

“Pertanyaannya bisa kita tambah. Apakah Anda seorang legioner? Silakan menjawab menurut keyakinan masing-masing. Jawabannya adalah ‘jadilah sempurna di dalam kasih dengan menjalankan keanggotaan Anda sebagai legioner dengan tekun dan setia dan memandangnya sebagai jalan menuju kesempurnaan kasih itu.’”

Dalam berjalan menuju kesempurnaan kasih, katanya, umat manusia membutuhkan doa Bunda Maria sebagai teladan yang sempurna.

“Moga-moga kita, para legioner dan murid-murid Kristus pada umumnya, sadar bahwa kita mempunyai panggilan untuk menuju kesempurnaan kasih. Jalannya tidak usah cari yang sulit-sulit. Kehidupan sehari-hari kalau kita jalankan dengan penuh syukur dan diyakini sebagai rahmat Tuhan. Itulah jalan menuju kesempurnaan kasih. Dan salah satu jalan, jalan yang lurus menuju kesempurnaan kasih adalah kemampuan untuk mengampuni,” tuturnya.

Mulai Bertumbuh

Dalam sambutan penutup, Ketua Senatus Jakarta Bejana Rohani, Erwin Rinaldi, mengatakan tentara-tentara Maria mengalami banyak kekalahan beberapa tahun lalu ketika masa pandemi Covid-19. 

“Sekarang izinkan hamba melaporkan kepada para pimpinan Legio dan Gereja, Senatus mulai bertumbuh dengan dinamis. Komisium Palembang telah membangkitkan kembali Legio Maria di Jambi dan Bengkulu. Komisium Palangkaraya mulai rapat kembali. Kuria Dahor dan Kuria Banjarmasin melahirkan presidium-presidium baru di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Di Kalimantan Barat, presidium-presidium bertumbuh. Dan ada dua kuria baru yang terbentuk di Kalimantan Barat. Sementara di Jakarta, kita akan menaikkan seluruh Dewan Kuria Jakarta Utara 1, 2, 3 ke tingkat Komisium, Komisium Jakarta Utara,” ungkapnya. 

Erwin Rinaldi (Dok. Pribadi)

Ketika dihubungi HIDUPKATOLIK.COM via telepon, ia mengatakan Misa Tahunan Senatus merupakan tradisi suci yang digelar setiap September. Pertimbangannya, Legio Maria dibentuk pada 7 September, tepatnya pada tahun 1921.

“Pertama, tentu merayakan ulang tahun Legio Maria ke-102 bersama-sama Bapak Kardinal dan pembimbing rohani. Kedua, mengonsolidasikan diri seluruh tentara Maria supaya lebih bersatu lagi, lebih kenal lagi. Ketiga, tentu menerima pesan-pesan dari pemimpin kami, Bapak Kardinal. Biasanya setiap tahun beliau memberikan pesan dan petuah untuk kami,” ujarnya.

“Dan kebetulan kemarin tentang pengampunan. Jadi beliau memberi pesan (agar) legioner mampu berjalan dalam kesempurnaan kasih. Untuk mencapai itu semua, peneguhan dari Bapak Kardinal, maka legioner harus menuju ke kesempurnaan kasih. Memang kami tidak sempurna sebagai manusia. Walaupun kami tahu bahwa kami tidak sempurna, tetapi arah kami akan ke sana, menjadi sempurna dalam hal kasih. Ini sebenarnya sama dengan tujuan Legio Maria, menguduskan diri anggota walaupun kami tidak sempurna.”

Ia berharap para legioner mengembangkan sayap mereka berlandaskan kasih dan pengampunan.

“Karena dalam berbagai organisasi kami juga pasti mempunyai berbagai gesekan dengan para anggota, masyarakat, orang yang kami kunjungi. Jadi kami harus mempunyai hati yang luas seperti samudera untuk mengampuni orang,” imbuhnya.

Kegembiraan

Romo Antonius Yuni Wimarta, CM, salah satu konselebran dan juga pemimpin rohani Legio Maria Presidium Ratu Para Malaikat Tanjung Priok, menyebut Misa Tahunan Senatus sebagai sesuatu yang menggembirakan.

“Bukan karena banyaknya yang datang, tetapi karena antusiasme para legioner, yaitu orang-orang awam yang menanggapi panggilan Maria. Jadi ternyata Bunda Maria menjadi figur yang hidup di kalangan para awam. Jadi awam Katolik yang mereka menanggapi undangan untuk datang kepada Bunda Maria untuk menjadi rasul-rasul awam menurut potensinya masing-masing. Mereka melihat bahwa mereka mempersembahkan hidup dan waktunya untuk menjadi tangan panjang Bunda Maria,” ujarnya.

“Kedua, mereka ini, terutama yang saya bantu di Paroki Tanjung Priok – ada 30-an anggota, kebanyakan ibu-ibu. Yang saya lihat di pertemuan kemarin juga banyak ibu-ibu. Bagi saya ini sebuah potensi dari masing-masing paroki yang ada Legio Maria. Sebuah berkat, karena mereka itu menyuarakan suara Gereja yang tekun berdoa, berkunjung, tekun berpartisipasi dalam menggereja. Bagi saya ini sebuah power dari Gereja Katolik bersama dengan pastor paroki.”

Pembawa vandel mengenakan pakaian adat. (Dok. Pribadi)

Ia pun mengungkapkan kekagumannya kepada para legioner karena mereka tekun berdoa dan siap bertempur melawan kuasa kejahatan. 

“Mereka legioner yang gembira, shiny and bright. Bagi saya ini menunjukkan bahwa Gereja ke depan itu Gereja yang gembira, siap bertempur,” ungkapnya.

Ia berharap para legioner semakin memiliki komitmen untuk menjadi berkat bagi sesama melalui hal-hal sederhana lewat kehadiran mereka.

“Ayo berupaya menggiatkan presidium kaum muda sehingga menjadi estafet. Ada tunas-tunas muda yang menjadi penerus Gereja ke depan,” pungkasnya.

 

Katharina Reny Lestari   

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini