Merawat Keberagaman

96
Mgr. Ino Ngutra di tengah ibu-ibu berhijab dalam sajtu kunjungan pastoral.

HIDUPKATOLIK.COM – SEJAK ditahbiskan menjadi Uskup Amboina pada April 2022, Mgr. Inno Ngutra menghadirkan sebuah gaya penggembalaan yang agak ‘berbeda’ dari pendahulunya, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC. Selain meneruskan dan menguatkan ‘warisan’ pendahulunya, dalam kunjungan pastoral (kanonik), Uskup Inno selalu mengikutsertakan pucuk pimpinan agama-agama yang ada di Maluku. Tak mengherankan, masyarakat dari pelbagai kalangan keyakinan yang berbeda selalu menyambutnya. Tak jarang, ibu-ibu yang mengenakan hijab mengalungkan bunga kepadanya dan rombongan. Kehangatan dan keakraban mengalir natural. Tampak tak ada sekat yang membedakan atau memisahkan dia sebagai pucuk pimpinan Gereja Keuskupan Amboina dan sebagai tokoh agama. Dia sendiri pun mengaku, begitu dekat relasinya dengan para pimpinan agama-agama di Maluku. Julukan bahwa Maluku merupakan laboratorium kerukunan antarumat beragama tak terbantahkan lagi. Bahkan, tak berlebihan jika Maluku telah maju beberapa langkah di depan dalam mengokohkan, merawat, dan mengedepankan semangat persaudaraan sejati sebagai panglimanya. Adagium, katong samua basudara  tak sekadar slogan kosong.

Selain warna di atas, Uskup Inno juga terus melakukan kunjungan ke paroki dan stasi terluar, tertinggal, dan termiskis di Maluku. Karena jaluar transportasi yang masih jauh dari harapan, dia tak sungkan berjalan kaki berkilo-kilo meter demi menjangkau umatnya. Terbaru, ia mengunjungi umat Katolik yang tergolong dalam kawanan kecil di pelosok Maluku Barat Daya.

Dalam kesempatan ini, lagi-lagi Uskup Inno meminta umatnya untuk benar-benar berdampak bagi masyarakat setempat walau hanya kawanan kecil. Masyarakat sekitar yang dia maksud tentu orang-orang non-Katolik. Dia pun mendorong umat untuk menjalin kerja sama, membangun silaturhami dengan semua pihak. Lagi-lagi dia menunjukkan teladan. Dalam kunjungan ini, lagi-lagi dia menggandeng para pimpinan agama, TNI-POLRI.

Ketika Uskup Inno masih imam muda, konflik horizontal sempat membelah masyarakt, Ambon/Maluku. Pastor Inno saat itu merasakan betapa anak-cucu Abraham saling bermusuhan (baca: saling ingin meniadakan). Pengalaman pahit yang tak boleh terulang lagi dalam sejarah Maluku ke depan.

Terobosan pastoral yang diperlihatkan Uskup Inno di dua tahun masa espiskopalnya ini pantas diapresasi. Kita berharap, pastoral dengan gaya penggembalaan seperi ini menjadi strategi kepemimpinan untuk merawat dan kian merekatkan persaudaraan insani umat dari mana saja.

Bangsa ini perlu semakin bergandengan tangan untuk mengikis benih-benih intoleransi, radikalisme, bahkan terorisme yang tumbuh di tengah bangsa kita belakangan ini. Apalagi pemerintah pun terus menggemakan semangat moderasi beragama sebagai program utama.

Kita berharap, Maluku akan terus bergerak ke arah ‘mercusuar’ kerukunan antarumat beragama di seluruh penjuru Nusantraa ini. Runtang-rantungnya bersama pimpinan umat beragama-TNI-POLRI akan menjadi obor yang hidup dan mememberi semangat kepada semua kalangan kini dan ke depan. Terutama, untuk kalangan muda, generasi kekinian dan masa depan.

Majalah HIDUP, Edisi No. 35, Minggu, 27 Agustus 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini