Uskup Purwokerto, Mgr. Ch. Tri Harsono: Dosa Itu seperti Gunung Es

243
Mgr. Ch. Tri Harsono

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 10 September 2023 Minggu Biasa XXIII, Yeh.33:7-9; Mzm.95:1-2,6-7,8-9; Rm.13:8-10; Mat.18:15-20.

PADA masa Prapaskah tiga tahun lalu, Paus Fransiskus berpesan agar jangan bergosip. Gosip adalah dosa berantai seperti gunung es, lama-lama akan menghancurkan sesama yang tidak salah sekali pun. Terlebih lagi seandainya yang digosipkan terbukti tidak bersalah, maka tidak ada kata ‘maaf’ dan ‘niat baik’ untuk memperbaiki namanya yang sudah hancur.

Gosip hanya dapat dilakukan oleh para penganggur rohani, para pesaing tidak sehat, dan penggila popularitas diri yang akan mengarah ke saksi dusta, dan bermuara di pembunuhan karakter, nama baik, dan menjadi fitnah yang keji.

Bacaan-bacaan hari ini, Injil khsusnya, mengingatkan kita untuk tidak menegur sesama kita dengan cara yang salah. Misalnya, dengan cara bergosip, memviralkan, mempermalukan, menjatuhkan dahulu, baru ditegur! Kita diingatkan untuk tidak menghakimi dan menganggap kita tidak pernah punya kesalahan yang sama, tetapi lebih harus mengingatkan dengan santun dan pantas, serta wajib berbicara empat mata untuk menjaga nama baik baik dalam komunikasi persaudaraan dan keselamatan bersama sebagai anak-anak Allah.

Dewasa Rohani

Bagi orang tertentu yang kurang dewasa iman dan rohaninya, sering sulit membedakan antara nasihat dengan mengajari, ajakan dengan mengatur, tawaran dengan perintah, dan  masukan dengan teguran/ kritik. Sehingga ini juga merupakan kendala dan takut disalah artikan untuk langsung berbicara kepada orang yang memiliki permasalahan.

Mirisnya, kita sering lebih takut berbicara tentang kebenaran daripada menjelek-jelekan orang lain yang ada di sekitar kita. Ada pepatah yang mengatakan “Perbaiki dirimu dahulu, baru orang lain.”  Selain itu, jangan terlalu sibuk dengan menegur orang lain. Sehingga kita pun sempat dan punya waktu merenungkan dan membenahi kesalahan kita sendiri. Acap kali persaudaraan atau kesungkanan akan menutup dan menyembunyikan kebenaran itu sendiri.

Kristus menasihatkan kita dalam Injil saat ini, supaya kita berbicara dan menasihati sesama kita secara langsung dan tertutup, kalau mereka bersalah. Memang sedikit kesulitan untuk menyatakan secara terus terang mengenai kesalahan sesama kita secara langsung di hadapannya. Karena ada ketakutan dan bahaya, ia akan tersinggung, dianggap sok suci, sok benar, dan tidak diterima dengan baik, bahkan terjadi permusuhan dengan kemarahan. Namun ini adalah sifat orang Kristen sejati yang berniat mengikuti nasihat Injil. Lebih baik menyatakan terus terang dan bijaksana langsung kepadanya, daripadaa kita mengadu kesalahannya kepada pihak yang ketiga atau kepada banyak orang yang tidak ada kepentingannya sama sekali.

Saling menegur sesama harus menjadi sifat dari semua pengikut Kristus. Kita sebaiknya bertanya terlebih dahulu, bukan langsung menegur pada titik persoalan, karena bertanya sebenarnya adalah menegur secara halus (empat mata adalah saran terbaik dari Injil). Kalau kita mulai mempersalahkan sesama saudara pada orang lain, atau forum yang lain, kita sudah mulai keluar dari kehidupan persaudaraan dan menciptakan perpecahan cukup serius. Maka kita telah menyingkirkan Allah dari hidup kita.

Dalam perpecahan Allah tidak mungkin ada, hadir, dan bekerja. Allah hanya hadir ketika kita berkumpul, sehati sejiwa, saling meneguhkan, dan saling mengasihi. Inilah saran, ajakan, dan tawaran, untuk kita bersama sebagai umat kristiani sejati:

Pertama, posisikanlah diri dengan orang yang salah dan berdosa, sehingga kita tidak pada posisi menghakimi atau menganggap diri paling benar. Karena itu, kita tidak mudah untuk menyebarkan kesalahan orang lain. Bagaimana kalau itu juga terjadi pada kita?

Kedua, milikilah sifat persaudaraan, kepedulian, serta kasih demi keselamatan jiwa sesama, ini yang paling penting, sebab Kristus telah memberikannya juga kepada kita secara cuma-cuma dengan cinta. (Keselamatan kita bersama adalah lebih membahagiakan untuk kita nantinya, semakin banyak yang diselamatkan jiwanya, maka kita semakin bahagia).

Ketiga, Correctio Fraterna itu baik, tetapi, ini hanya untuk kelompok, keluarga, seminari, atau dalam retret-retret khusus, dan ini juga memang benar-benar mendesak/terpaksa. Ini hanya diambil untuk persoalan terakhir bukan di awal mula. Terlebih lagi, Correctio Fraterna ini selayaknya tidak hanya mengungkapkan kesalahan/kelemahan sesama saja, tetapi akan lebih baik kalau diungkapkan kelebihan dan kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh sesama kita tersebut.

Marilah kita bersama-sama menjadi pelaku Sabda Allah dalam Kitab Suci, sehingga penyelamatan dan teladan sempurna dari Tuhan kita Yesus Kristus yang secara cuma-Cuma dengan penuh kasih, serta pengampunan, sungguh dapat dinikmati dan diteladani bukan hanya orang-orang Kristiani, namun oleh semua orang di dunia ini.

 Dalam perpecahan Allah tidak mungkin ada, hadir, dan bekerja.”

Majalah HIDUP, Edisi No.37, Tahun Ke-77, Minggu, 10 September 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini