Paus di Mongolia: Gereja Harus Terus-Menerus Mewartakan Yesus

165
Paus Fransiskus memberkati seorang Suster Misinaris Caritas

HIDUPKATOLIK.COM – Berbicara dengan para imam Katolik di Katedral St Petrus dan Paulus, Paus Fransiskus mengingatkan bahwa Yesus adalah Kabar Baik yang harus diwartakan Gereja kepada semua orang, dengan mengatakan bahwa Allah sering kali berbicara kepada kita dengan “bisikan pelan yang membutuhkan waktu.”

Dalam pertemuan pertamanya dengan para anggota Gereja lokal di Mongolia, Paus Fransiskus mengundang para imam pastoral untuk “mengecap dan melihat bahwa Tuhan itu baik”, mengingatkan mereka bahwa sukacita dan kebaikan Tuhan tetap bersama kita, membantu kita untuk melihat segala sesuatunya dengan cara yang benar dan baru.

Beliau mengundang para uskup, imam, misionaris, religius wanita dan pria, serta pekerja pastoral awam yang berkumpul di Katedral St Petrus dan Paulus untuk menghabiskan hidup mereka demi Injil, yang ia gambarkan sebagai “cara yang indah untuk mendefinisikan panggilan misioner umat Kristiani,” khususnya di Mongolia.

Menghabiskan hidup kita untuk Injil

Setelah mengenang sejarah Gereja di Mongolia, Bapa Suci melihat ke masa kini dan bertanya, “Mengapa seseorang harus menghabiskan hidupnya demi Injil?”

Jawabannya, katanya, adalah karena “Allah telah membuat diri-Nya terlihat, dapat dijamah dan ditemui di dalam Yesus.”

Yesus, tegasnya, “adalah Kabar Baik, yang diperuntukkan bagi semua orang, pesan yang harus terus-menerus diwartakan oleh Gereja, diwujudkan dalam kehidupannya, dan ‘dibisikkan’ ke dalam hati setiap individu dan semua budaya.”

Beliau mencatat banyaknya inisiatif amal yang dilakukan oleh Gereja di Mongolia, yang berfungsi sebagai “kartu panggil” bagi umat Kristiani dan telah membuat mereka dihormati dan dihargai oleh rekan senegaranya. Beliau juga mendorong mereka untuk “terus melanjutkan jalur ini, yang telah terbukti bermanfaat bagi rakyat Mongolia tercinta.”

Melihat Yesus dalam diri mereka yang kita layani

Paus Fransiskus menunjuk sumber pelayanan Gereja, mengingatkan para pekerja pastoral di Mongolia untuk selalu kembali kepada Yesus. Tetap dekat dengan Tuhan, katanya, menuntun kita “melihat Dia di wajah mereka yang kita layani.”

Pelayanan ini, lanjutnya, adalah apa yang dibutuhkan di Mongolia, di mana masyarakatnya memiliki rasa sakral dan mencari kesaksian yang tulus. Ia mencatat bahwa umat Kristiani tidak diutus untuk menyebarkan teori-teori politik, namun untuk menjadi saksi “kebaruan hubungan Yesus dengan Bapa-Nya, yang kini menjadi ‘Bapa Kami’.”

Komunio dalam Gereja

Merefleksikan sifat Gereja, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa Gereja miskin dalam arti duniawi, hanya ditopang oleh iman dan kuasa Tuhan yang bangkit, dan dipanggil untuk menyampaikan “pesan belas kasihan dan kebenaran yang dimaksudkan untuk memajukan Gereja bagi semuanya.”

Paus menekankan keharmonisan yang harus ada dalam Gereja, di bawah kepemimpinan Kristus, menekankan peran para imam dalam membimbing umat dan membangun persaudaraan dalam Tubuh Mistik. Pada saat yang sama, beliau mengingatkan masyarakat Mongolia bahwa mereka dekat dengan hatinya, “hati Petrus,” dan bahwa Gereja Universal, pada gilirannya, juga dekat dengan Mongolia, “dalam curahan persekutuan gerejawi yang besar.”

Dalam hal ini, Paus Fransiskus menekankan peran uskup, dengan mengatakan bahwa “penting bagi semua elemen gerejawi untuk tetap bersatu di sekitar uskup, yang mewakili Kristus hidup di tengah umat-Nya, dan untuk membangun persekutuan sinodal yang kita khotbahkan dan itu sangat membantu inkulturasi iman.”

Memberikan kesaksian tentang Yesus di Mongolia

Bapa Suci mendorong para imam Gereja, dan semua umat Kristiani di Mongolia, untuk mengakui “sebagai anugerah” dan keindahan memberikan diri kepada Kristus, yang memanggil mereka untuk memberikan kesaksian di Mongolia tentang kasih-Nya. Mereka akan melakukan hal ini, kata Paus Fransiskus, dengan memupuk persekutuan dan kesederhanaan hidup, dengan menjadi dekat dengan masyarakat dan peduli terhadap mereka, dan dengan membawa Yesus kepada masyarakat melalui teladan hidup mereka.

Terakhir, Paus Fransiskus mendorong komunitas Katolik di Mongolia untuk mempercayakan diri mereka kepada Maria, “meminta semangat baru dan cinta yang membara yang tanpa kenal lelah dan penuh sukacita menjadi saksi Injil.”

“Maju!” dia melanjutkan. “Tuhan menyayangimu; Dia telah memilihmu dan percaya padamu.”

Dan Paus berkata, “Saya dekat dengan Anda, dan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya” atas kesaksian mereka dan atas hidup mereka yang dicurahkan demi Injil.

Dan dalam nasihat terakhirnya, beliau mendorong mereka untuk “bertekun, terus-menerus dalam doa dan kreatif dalam kasih, teguh dalam persekutuan, bersukacita dan lemah lembut dalam segala hal dan dengan semua orang.” **

Christopher Wells (Vatican News)/Frans de Sales

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini