HIDUPKATOLIK.COM – SEBAGAI skolastikat Serikat Misionaris Xaverian baru-baru ini, saya diutus untuk mengalami live in di komunitas pastoral Paroki Labuh Baru, Pekanbaru, Riau selama kurang lebih sebulan. Live in itu apa sih? Secara sederhana tinggal bersama, mengalami dan mengikuti rutinitas harian orang-orang di tempat dimana kita tinggal.
Paroki Labuh Baru masuk dalam wilayah Keuskupan Padang. Paroki ini merupakan pemekaran dari Paroki Pekanbaru. Mengapa saya diutus ke paroki ini, tak lain dan tak bukan karena paroki ini dipegang oleh misionaris Xaverian.
Saat ini ada tiga pastor yang berkarya di paroki dengan 17 stasi ini. Pastor Julius Tangke Bandaso sebagai Kepala Paroki, Pastor Edgar dan pastor Pancani sebagai pastor rekan. Ketiganya berasal dari tiga negara yang berbeda Indonesia, Mexico, dan Italia.
Salah satu kegiatan yang saya ikuti ialah animasi misioner dan panggilan. Kegiatan ini dibuat untuk semua stasi dalam rangka pentahbisan imam Xaverian yang akan dilangsungkan pada 30 Agustus 2024. Mereka adalah Diakon Jony Morgani dan Diakon Ardin Jemanu. Pada Desember 2022, keduanya menerima tahbisan diakonat di Italia, tempat mereka menempuh studi teologi selama 5 tahun.
Saya menemani Diakon Jony yang menjadi animator utama dalam animasi misioner dan panggilan ini. Memimpin lagu sembari memetik gitar, games, dan ice breaking adalah tugas saya supaya suasana menjadi cair dan penuh sukacita.
Peserta animasi kebanyakan anak-anak TK, SD, SMP, dan beberapa orang muda yang juga ambil bagian. Mereka antusias dan penuh semangat mendengar, bertanya, menyanyi, berjoged. Saat ditanya apa yang kalian ketahui ketika mendengar pastor? Beragam jawaban muncul. Ada yang mengatakan: orang yang mempunyai iman yang tinggi, perayaan ekaristi, tidak menikah, dan jawaban-jawaban unik lainnya.
Bagi saya antusiasme mereka adalah harapan khususnya bagi Gereja yang semakin menghadapi tantangan-tantangan pelik dengan kemajuan yang ada.
Saat ditanya apakah ada yang berkeinginan jadi pastor atau suster, beberapa di antaranya mengacungkan tangannya.
Kelancaran kegiatan ini juga didukung secara penuh oleh tim animasi dan panggilan. Mereka bersedia memberikan diri di tengah kesibukan pekerjaannya untuk menemani kami dalam perjalanan menuju stasi-stasi dan menyediakan fasilitas penunjang sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik. Relasi dengan umat sebagai partner saya kira sangat penting agar pelayanan gereja dapat menampakkan kasih Allah yang setia.
Bagi saya kegiatan ini adalah perwujudan dari menabur benih-benih panggilan di dalam diri anak-anak dan juga kaum muda. Benih itu perlu disiram, dipupuk, dan dirawat agar dapat bertumbuh dan berbuah. Maka gereja khususnya para pastor paroki, seksi panggilan, dan orang tua perlu bekerja sama untuk memberikan perhatian bagi mereka yang punya ketertarikan akan hidup membiara dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjangnya. Tak kalah pentingnya, karya Roh Kuduslah yang paling utama bekerja dalam diri setiap orang.
Fr. Erick Ndeto, SX