Menjaga Kontinuitas Pendampingan Semangat Misioner Anak dan Anak Remaja

134
Mgr. Antonius Subianto menyematkan name tag kepada salah satu peserta JAMNAS 2023. (Foto: Sr. M. Maria Fransiska, FSGM)

HIDUPKATOLIK.COM – DUA event yang tak boleh dibiarkan berlalu begitu saja di Jawa Tengah awal Juli. Event pertama adalah Teens School of Mission (TSoM) di Muntilan di Susteran OSF Muntilian tanggal 1-3 Juli. Event kedua adalah Jambore Nasional Serikat Karya Kepausan Indonesia (Jamnas Sekami) yang mengambil tempat di Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius, Mertoyudan, Megelang, tanggal 4-7 Juli.

Event pertama diikuti para remaja dari 14 keuskupan. Selama tiga hari ini, peserta diajak mengenal Kristus secara lebih mendalam dalam dinamika kelompok dan refleksi pribadi. Umat Katolik Indonesia tentu paham, Muntilan mendapat tempat khusus sebagai salah satu tonggak sejarah misi Katolik di Jawa dan Indonesia. Muntilan dijuluki sebagai Bethlehem of Jawa. Tokoh sentralnya adalah Pater Fransiscus van Lith, SJ. TSoM ini merupakan program dari Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia (BN KKI). Peserta dihantar untuk mengalami dan merasakan semangat misioner yang digelorakan oleh Pater van Lith. Secara ringkas, para remaja itu digodok dalam waktu yang relatif singkat untuk siap diutus untuk bersaksi tentang Kristus Sang Guru.

Romo M. Nur Widipranoto Pr memberikan potongan tumpeng kepada salah seorang peserta JAMNAS 2023. (Foto: HIDUP/Sr. M. Fransiska, FSGM)

 

Jamnas, sebagai event kedua, masih ‘kelajutan’ dari TSoM. Seluruh peserta TSoM langsung dikerahkan untuk menghadiri Jamnas. Sekitar seribu anak mengikuti acara ini, kecuali dari Kupang dan Manokwari-Sorong. Secara sengaja, panitia penyelengara mengambil tempat di Seminari Mertoyudan. Di sini, seluruh peserta merasakan seperti apa para seminari — saat Jamnas sedang libur — manjalani kehidupan mereka sehari-hari sebagai pelajar (siswa setara SMU) dan seminaris yang mencoba menjawab panggilan Tuhan sebagai calon-calon imam (bruder). Sebutan-sebutan yang lazim di Seminari ini pun dipakai seperti pembagian kelompok dan lain-alin. Singkatnya, peserta merasakan bagaimana para seminaris dididik untuk semakin mengenal panggilan khusus Tuhan.

Begitu pentingnya Jamnas ini di mata Gereja, Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC; Ketua Komisi Kepemudaan KWI, Mgr. Pius Riana Prapdi; Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko; dan Uskup Padang, Mgr. Vitus Ribianto Solichin, SX dan puluhan imam hadir. Kendati tak sepenuhnya para uskup mengikuti seluruh rangkaian acara. Anak-anak dan anak remaja ini adalah Gereja masa kini dan Gereja masa depan. Sebagai Gereja masa kini, mereka perlu digembalakan sebagaimana domba-domba yang lain. Mereka juga perlu dilibatkan dalam dinamika menggereja sesuai dengan kapasitas mereka.

Pertanyaan yang mengemuka, bagaimana menjaga kontinuitas pendampingan anak-anak dan anak remaja ini ketika mereka kembali ke keuskupan mereka masing-masing. Dikuatirkan, begitu mereka selesai mengikuti TSoM dan Jamnas, semua pengalaman, perjumpaan dengan rekan-rekannya dari keuskupan lain, kunjungan misioner ke pelbagai komunitas berbeda agama, dan lain-lain akan hilang. Segala upaya dan biaya yang ditempuh agar Jamnas dan TSoM terselenggara dengan baik, tidaklah sedikit. Sebelum ke Jamnas dan TSoM, para peserta pun diharapkan sudah melalui proses atau dinamika di keuskupannya masing-masing.

HIDUP, Edisi No. 32, Tahun Ke-77, Minggu, 6 Agustus 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini