HIDUPKATOLIK.COM – PATUTLAH kita memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada penyelenggara Indonesian Youth Day (IYD) 2023 Palembang, 26-29 Juni 2023. Penyelenggara itu adalah Keuskupan Agung Palembang dan Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). IYD Ke-3 ini sempat tertunda karena pandemi. IYD Pertama di Sintang tahun 2012 dan IYD Kedua di Manado tahun 2016. IYD 2023 merupakan puncak Pra-IYD yang diselenggarakan di tingkat keuskupan.
IYD 2023, selain sebagai selebrasi perjumpaan, diwarnai dengan pelbagai kegiatan. Ada yang massa, ada yang per kelompok, dan ada kelompok lebih kecil-kecil. Peserta berbagi pengalaman dan mencoba merumuskan aksi ke depan. Peserta juga diberi kesempatan merasakan hangatnya semangat toleransi di Kota “Wong Koto” ini.
Perjumpaan demi perjumpaan dengan orang muda dari agama lain menjadi pengayaan pengalaman peserta akan keindahan kemajemukan. Perlu diberi catatan juga, ada beberapa orang muda dari kalangan Muslim yang terlibat dalam IYD ini. Kehadiran mereka tentu membawa warna tersendiri. Bisa-bisa jadi kejutan bagi peserta.
Nah, ada satu hal menarik lagi. Panitia menyelengarakan survei Pra-IYD. Hasilnya dipaparkan pada event ini. Survei fokus pada tiga hal: pengetahuan iman, keterlibatan peribadatan, dan implementasi iman Katolik dalam kehidupan sehari-hari. Dan, salah satu tujuan survei ini adalah agar Gereja dapat mengetahui dan menentukan pola pendampingan yang tepat serta memadai bagi OMK Indonesia.
Hal menarik dan patut menjadi bahan refleksi dari hasil survei adalah fakta bahwa ada 30,8% (1.743 responden) yang mempunyai teman atau anggota keluarga yang meninggalkan Gereja Katolik dalam setahun terakhir. Ada pula 6,4% (482 responden) yang pernah berkeinginan keluar dari Agama Katolik dengan alasan pengaruh lingkungan, diajak teman, diajak keluarga, diajak calon suami atau istri, dan rasa ingin tahu. Hasil survei menyatakan bahwa alasan meninggalkan Gereja Katolik adalah karena kurang menemukan kebahagiaan, tidak membentuk jati diri, rasa bosan, dan kurang diterima di lingkungan internal umat Katolik sendiri.
Hasil survei juga menyajikan jawaban atas metode dan bentuk pendampingan bagi OMK: program kegiatan yang menarik, informasi yang terbuka, katekese melalui media sosial online dan offline, khotbah para imam yang menarik, dan kesempatan untuk mengekspresikan iman dalam aneka bentuk seni sesuai liturgi. Dan, untuk meningkatkan militansi iman, responden juga menyatakan pentingnya peran dan kehadiran pendamping, ketersediaan sarana dan prasarana, kreatifitas kegiatan dan materi pendampingan, seperti tentang politik dan isu lingkungan hidup.
Sekali lagi kita ucapkan terima kasih kepada panitia. Survei ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang dunia orang muda Katolik saat ini. Harapan kita, pihak-pihak terkait (stakeholders) dengan pendampingan orang muda akan mengambil langkah-langkah yang tepat dan terukur ke depan. Kita yakin, semua selebrasi, pencapaian, Surat Cinta OMK, sembilan komitmen di Palembang akan menjadi “kertas kerja” bagi perjalanan pendampingan OMK di setiap keuskupan menuju IYD 2028 di Keuskupan Sorong.
HIDUP, Edisi No. 29, Tahun Ke-77, Minggu, 16 Juli 2023