Cara Menghargai Pemberian Istri

152

HIDUPKATOLIK.COM – SALAM kenal dan salam sejahtera! Saya baru menikah 2 tahun dan pernikahan kami berjalan lancar dan aman-aman selalu. Hanya tiga bulan terakhir istri selalu antusias membeli beberapa pakaian untuk saya. Bukan sekali tetapi selalu belanja online tetapi pakaian yang dibeli jujur tidak sesuai minat dan model pakaian yang saya mau. Ada baju yang modelnya terlalu kekinian atau terlalu jadul sehingga saya tidak suka. Saya itu tidak sampai hati bila melarang istri membeli pakaian untuk saya. Bukan cuma pakaian tetapi sandal, dan beberapa perlengkapan pribadi lainnya. Terkait ini bagaimana cara saya menolak pemberian istri atau membatalkan niatnya untuk membeli tetapi tidak menyakiti hatinya.

 Christian Dwi
Jakarta

Salam kenal Christian dan terima kasih atas cerita dan pertanyaan yang dibagikan ya. Saya memahami apa yang sedang Anda rasakan pada saat ini. Di satu sisi, Anda ingin menghargai barang-barang yang dibeli oleh istri, namun di sisi lain ternyata barang yang dibeli tidak sesuai dengan keinginan Anda. Wajar jika kemudian Anda merasa bingung bagaimana mengutarakan hal ini tanpa menyakiti perasaan istri.

Pernikahan melibatkan komunikasi kedua belah pihak, baik dari istri maupun suami. Apa yang sedang Anda alami pada saat ini berkaitan erat dengan komunikasi dengan pasangan. Komunikasi yang baik tercipta ketika pasangan bisa saling terbuka dan jujur apa adanya. Namun demikian terkadang ada beberapa hal yang menghambat salah satu pihak untuk mengungkapkan secara terbuka karena khawatir akan dimaknai secara berbeda dan bisa berujung dengan konflik.

Pada konteks permasalahan Anda bisa dengan menggunakan pendekatan komunikasi terbuka tanpa menyalahkan salah satu pihak. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan teknik “I Message”. Teknik ini merupakan cara untuk menyampaikan pikiran dan perasaan kepada pasangan tanpa menyalahkan lawan bicara. Penggunaan “I Message” diawali dengan kata “Aku” dan diikuti pikiran dan perasaan yang sedang kita alami. Sebagai contoh, “Aku merasa kurang cocok dengan pakaian ini karena modelnya terlalu kekinian” atau bisa juga dengan “Aku senang kalau warna bajunya yang tampak kalem saja”. Bandingkan dengan kalimat yang diawali dengan penggunaan kata “Kamu”. Sebagai contoh,” Kamu ga usah beli baju buat aku lagi, soalnya ga cocok sama aku” atau “Kamu ga pernah ngerti model pakaian kesukaanku”.

Berdasarkan 2 ungkapan tersebut tampak ada perbedaan, bagaimana kalimat yang diawali dengan “Aku” cenderung lebih menekankan pada pikiran dan emosi secara subjektif, sedangkan penggunaan kata “Kamu” di awal kalimat cenderung menyalahkan, menuduh dan menyudutkan lawan bicara. Hal ini dapat kemudian dapat menimbulkan sikap defensif hingga kemarahan pada lawan bicara.

Menyampaikan pikiran dan perasaan diri kita adalah sesuatu hal yang valid. Dengan menggunakan “I Message”, Anda bisa lebih memperjelas perasaan dan pikiran diri sendiri tanpa menyalahkan atau menyudutkan istri Anda. Setelah mengungkapkan pikiran dan perasaan, bisa diikuti juga dengan sesuatu hal yang Anda inginkan dari konteks permasalahan tersebut. Misalkan, “Aku merasa baju ini kurang cocok untukku karena modelnya terlalu kekinian. Aku lebih suka yang desainnya minimalis dan tampak elegan”. Menyatakan apa yang kita inginkan dapat menginisiasi proses diskusi dengan istri Anda terhadap masalah yang sedang dihadapi. Dengan demikian Anda bisa jujur pada pikiran dan perasaan Anda dan istri juga bisa lebih memahami dengan preferensi pakaian Anda.

Penggunaan teknik “I-Message” ini sering digunakan pada konseling dan terapi keluarga. Manfaat dengan menggunakan “I-Message” adalah bisa lebih meningkatkan komunikasi dengan pasangan, bisa saling terbuka satu sama lain dan mengurangi sikap saling menyalahkan ketika terjadi konflik. Bisa dibayangkan jika terjadi konflik dengan pasangan dan masing-masing menggunakan kata “Kamu” dan diikuti dengan pernyataan yang mengarah ke permasalahan, tentu hal ini akan semakin membuat permasalahan semakin runyam dan tidak akan terselesaikan dengan lebih adaptif.

Jadi yang bisa disimpulkan adalah, jika Anda merasa bingung dengan cara menyampaikan perasaan dan pikiran tanpa menyakiti perasaan istri, maka Anda bisa memulai komunikasi dengan teknik “I-Message” seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Bagi beberapa orang mungkin cara ini masih dirasa baru karena menganggap bahwa mengungkapkan penolakan adalah hal yang tabu untuk dilakukan. Namun ingat bahwa apa yang kita pikirkan dan kita rasakan adalah sesuatu hal yang valid. Kita berhak untuk mengakui dan menerima apa yang kita rasakan dan pikirkan.

Laurentius Sandi Witarso/
Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini