Melaporkan Migrasi dengan Cara Katolik

83
aus Fransiskus bersama beberapa migran dan pengungsi muda Afrika

HIDUPKATOLIK.COM – Lokakarya SIGNIS Afrika untuk organisasi media Katolik Afrika dibuka Selasa (11/7) pagi di Kampala, Uganda. Diselenggarakan bekerja sama dengan Dikasteri Vatikan untuk mempromosikan Pembangunan Integral, lokakarya itu menyatukan sekitar 50 jurnalis dari berbagai negara Afrika untuk mencari cara unik Afrika berbicara tentang migran di media Katolik Afrika yang berfokus pada pelaporan ‘penuh kasih’ yang menjaga martabat migran dan pengungsi.

Konferensi praktisi media Katolik Afrika selama seminggu yang diadakan di Kampala, Uganda, dibuka pada Selasa dengan pesan utama dari Prefek Dikasteri Komunikasi Vatikan, Dr Paulo Ruffini. Dalam pesannya yang dibacakan kepada para peserta, Dr Ruffini yang tidak dapat hadir secara langsung mendesak media Katolik Afrika untuk membantu membangun jembatan dan bukan tembok. Dia memuji Uganda atas keramahtamahannya yang unik kepada para pengungsi dan migran Afrika.

Berbicara pada pertemuan yang sama, Uskup Joseph Anthony Zziwa yang merupakan Presiden Konferensi Waligereja Uganda dan Uskup Keuskupan Kiyinda-Mityana mengatakan kepada para peserta bahwa migrasi bukanlah fenomena baru. Dia berbicara tentang bagaimana orang Israel tinggal di Mesir sebagai pendatang dan budak sampai mereka dibebaskan oleh Tuhan melalui Musa. Uskup Zziwa mendorong media Katolik Afrika untuk memainkan peran konstruktif dalam perdamaian dan rekonsiliasi dalam masyarakat.

Menteri Urusan Teso Uganda, Mr Kenneth Ogalo Obote berbicara tentang sejarah panjang keramahtamahan Uganda yang dimulai antara tahun 1942 dan 1944 ketika 7000 pengungsi Polandia terutama wanita dan anak-anak menemukan perlindungan di Uganda selama Perang Dunia Kedua.

Pembicara lain dalam upacara pembukaan adalah Prof Walter IHEJIRIKA, Presiden SIGNIS-Afrika serta Presiden Dunia SIGNIS, Ibu Helen Osman.

Uganda adalah negara tuan rumah pengungsi terbesar di Afrika dan negara keempat yang paling ramah di dunia. Ini karena kebijakannya yang progresif terhadap pengungsi. **

Paul Samasumo (Vatican News)/Frans de Sales

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini