Ke Monokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega Datang

228
Mgr Hilarion Datus Lega. [HIDUP/Hasiholan Siagian]

HIDUPKATOLIK.COM – YA! Ke Monokwari-Sorong, Papua Barat Daya, seorang putra asal Ruteng, datang. Datangnya bukan atas kehendak sendiri. Tapi, karena ia dipilih. Yang memilihnya bukan sembarang. Paus Yohanes Paulus II selaku pemegang tampuk primus inter pares para uskup sedunia. 20 tahun lalu, Paus mengangkat Romo Hilarion Datus Lega menjadi uskup Manokwari-Sorong. Saat itu, Romo Datus bekerja di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sebagai salah satu sekretaris komisi.

Dalam wawancara dengan HIDUP di kantornya beberapa waktu lalu, ia mengaku, awalnya ia menolak pengangkatannya ini. Ia menyampaikan keberatan ketika Duta Besar Vatikan untuk Indonesia saat itu, Mgr. Renzo Fratini memanggilnya ke Nunsiatura untuk menyampaikan Bulla (SK) tertanggal 12 Juni 2003. Mencoba memberi argumentasi, akhirnya ia tak bisa berkutik demi ketaatan kepada Paus.

Dalam pikiran Romo Datus saat itu tak pernah terlintas akan menjadi seorang uskup, apalagi menjadi uskup di luar keuskupannya, Ruteng. Di benaknya, setelah tak lagi ditugaskan di KWI, ia ingin kembali ke Ruteng untuk mengabdikan diri sepenuhnya sebagai imam Diosis Reteng yang telah menyekolahkannya di Irlandia dan Jerman.

Kini setelah 20 tahun menjadi Uskup Manokwari-Sorong, tampaknya ia merasakan betapa Tuhan sangat membutuhkan kehadirannya untuk meneruskan karya yang telah dimulai para pendahulunya, Mgr. Petrus van Diepen, OSA dan Mgr. F. X. Hadisoemarta, OCarm.

Tentu, ia tak sekadar meneruskan. Ia harus membenahi begitu banyak hal yang perlu dimulai. Salah satunya, menyiapkan imam-imam lokal yang akan menggembalakan umat yang terus bertumbuh baik dari segi kuantitas dan kualitas. Sekolah pendidikan bagi para calon imam (seminari) segera dibuka dan meletakkan fondasi yang kuat bagi tata kelola Keuskupan baik dari sisi reksa pastoral pun ekonomi (finansial atau manajemen keuskupan).

Waktu 20 tahun tampaknya sudah sangat panjang. Tapi rasanya masih seperti hari kemarin Mgr. Datus diangkat. Namun, bukan untuk membusungkan dada, perkembangan Keuskupan secara kasat mata tampak bertumbuh dan berkembang. Lihat saja jumlah paroki, dari 16 menjadi 30, dan karya-karya lain.

Mgr. Datus mengatakan, tak tertutup kemungkinan Keuskupan dimekarkan menjadi Keuskupan Sorong dan Keuskupan Manokwari. Selain karena medan yang berat dan sangat luas, umat perlu mendapat pelayanan yang maksimal dari seorang uskup yang dibantu oleh para imam-imamnya yang tangguh.

Kepada Mgr. Datus, kita sampaikan selamat merayakan HUT ke-20 pengangkatan sebagai Uskup Manokwari-Sorong. Pencapaian-pencapaian yang telah diperoleh selama 20 tahun ini kiranya menjadi batu penjuru untuk meneruskan pelayanan Keuskupan ini ke depan.

Perhatian besar Mgr. Datus kepada putra-putri Papua merupakan bentuk penghargaan terhadap harkat dan martabat putra-putri Papua kini dan di masa-masa yang akan datang. Problematika yang masih melilit Papua secara keseluruhan – pendidikan, kesehatan, sosial-ekonomi, politik, pelangaran HAM dll. –  adalah bagian dari perutusan Mgr. Datus ke Manokwari-Sorong.

HIDUP, Edisi No. 25, Tahun Ke-77, Minggu, 18 Juni 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini