Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat: Pusat Kehidupan Kita

79

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu Biasa XIII, 2 Juli 2023, 2Raj.4:8-11, 14-16a; Mzm.89:2-3, 16-17, 18-19; Rm.6:3-4, 8-11; Mat.10:37-42

HARI ini kita memusatkan perhatian pada bacaan-bacaan suci yang mengajarkan kepada kita tentang pentingnya menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita. Bacaan Pertama dari Kitab 2 Raja-raja mengedepankan kisah seorang perempuan yang melayani dengan kasih dan kebaikan hati. Melalui kisah ini, kita dapat belajar tentang pentingnya mengasihi Tuhan melalui pelayanan kasih kepada sesama.

Bacaan ini menggambarkan seorang perempuan yang menyambut Nabi Elisa ke rumahnya (ayat 8-11). Meskipun dia dan suaminya tidak memiliki anak, mereka dengan sukarela memberikan tempat bagi nabi Elisa untuk tinggal saat berkunjung. Dia melayani dengan penuh kasih dan kebaikan, tanpa mengharapkan imbalan. Kebajikan perempuan ini adalah contoh yang luar biasa tentang keramahan dan kemurahan hati.

Elisa, yang merasa berhutang budi kepada perempuan itu, bertanya apakah dia bisa melakukan sesuatu untuknya sebagai tanda terima kasih (ayat 14-16a). Meskipun perempuan itu menolak pemberian hadiah, hamba Elisa menyadari bahwa perempuan itu tidak memiliki anak. Elisa memberikan kabar baik bahwa perempuan itu akan mempunyai seorang anak laki-laki. Meskipun awalnya tidak percaya, perempuan itu akhirnya melahirkan seorang anak seperti yang dijanjikan oleh Elisa. Kisah ini mengajarkan kepada kita pentingnya mengasihi Tuhan melalui pelayanan kasih kepada sesama. Perempuan itu tidak hanya menyambut Elisa dengan kerendahan hati, tetapi juga memberikan tempat tinggal dan pelayanan yang baik kepadanya.

Selanjutnya, Rasul Paulus dalam bacaan dari Surat Roma, mengajarkan kepada kita tentang arti penting baptisan dan bagaimana kita memperoleh hidup yang baru dalam Kristus.  Melalui baptisan, kita mati bersama Kristus dan juga dibangkitkan bersama-Nya (ayat 3-4). Ini bukan hanya tindakan fisik, tetapi perwujudan spiritual yang mengubah kita secara batin. Kita dilepaskan dari kuasa dosa dan hidup baru dalam Kristus yang bangkit.

Paulus mengingatkan kita tentang hidup dalam kesatuan dengan Kristus. Kematian dan kehidupan-Nya adalah bagian dari kehidupan kita (ayat 8-10). Kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan bangkit untuk kita. Hidup kita saat ini adalah hidup yang hidup oleh iman dalam Kristus. Kita dipanggil untuk hidup sebagai orang yang mati bagi dosa dan hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus (ayat 11). Hidup yang baru dalam Kristus menuntut perubahan sikap dan perbuatan kita. Kita harus mengesampingkan dosa dan menghidupi kebenaran. Roh Kristus yang tinggal dalam kita memberikan kekuatan untuk mengatasi godaan dan menghidupi kebangkitan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Bacaan Injil mengetengahkan kepada kita beberapa aspek utama berikut. Pertama, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa kita harus mengutamakan hubungan dengan-Nya di atas segala sesuatu yang lain (ayat 37). Ini adalah prioritas utama kita. Iman kita harus memimpin tindakan dan pilihan kita dalam kehidupan sehari-hari. Mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati berarti kita bersedia melepaskan ikatan-ikatan duniawi yang mungkin mengganggu persekutuan kita dengan-Nya.

Kedua, Yesus memanggil kita untuk mengambil salib kita dan mengikutinya. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam kekudusan, kebenaran, dan kasih. Ketika kita menempatkan Tuhan di pusat hidup kita, kita akan mengalami transformasi yang mendalam. Menanggalkan ego kita, kita akan menemukan kehidupan yang sejati di dalam Kristus (ayat 38-39). Ketiga, Yesus menekankan pentingnya menerima dan melayani sesama dalam nama-Nya (ayat 40-42). Ketika kita melayani orang lain dengan kasih yang tulus, kita juga melayani Tuhan. Sebaliknya, ketika kita menerima seseorang yang diutus oleh Tuhan, kita menerima-Nya sendiri. Dalam memberi dan menerima, kita menunjukkan iman kita kepada dunia.

Saudara-saudariku, bacaan hari ini mengingatkan kita untuk menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita. Ini adalah panggilan yang menantang, tetapi juga memberikan kehidupan yang sejati dan berarti. Dalam mengasihi Tuhan sepenuh hati, kita harus memprioritaskan hubungan kita dengan-Nya di atas segala sesuatu yang lain. Kita harus bersedia mengambil salib kita dan mengikuti-Nya dalam hidup yang kudus dan penuh kasih.

Dalam melayani dan menerima sesama, kita melayani dan menerima Tuhan sendiri. Marilah kita mengambil waktu untuk merenungkan bagaimana kita dapat lebih memprioritaskan Tuhan dalam hidup kita. Marilah kita mencari jalan untuk melayani dan menerima sesama dengan tulus. Semoga Tuhan memberkati kita dan memberi kita kekuatan untuk hidup dalam iman yang tulus dan kasih yang tulus. Amin.

Dalam mengasihi Tuhan sepenuh hati, kita harus memprioritaskan hubungan kita dengan-Nya di atas segala sesuatu yang lain.

HIDUP, Edisi No. 27, Tahun Ke-77, Minggu, 2 Juli 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini