Uskup Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi: Dari Sanggup Menjadi Tangguh

180
Mgr. Pius Riana Prapdi

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 25 Juni 2023 Minggu Biasa XII. Yer.20:10-13; Mzm.69:8-10, 13, 17, 33-35; Rm.5:12-15; Mat.10:26-33

KALAU burung pipit saja diperhatikan oleh Allah begitu rupa, apalagi orang yang dipanggil dan diutusnya. Santo Paulus berkata: “Kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah” (2 Kor. 3:5). Yang membuat kita sanggup melaksanakan panggilan dan perutusan adalah Allah sendiri sebab Roh itu menghidupkan, bukan mematikan. Para murid sanggup menjalani panggilan dan perutusan yang bagaikan domba diutus ke tengah-tengah serigala. Barangkali akan tampak bahwa semua seakan membenci dan mengancam bahkan akan membunuh namun tidak perlu takut dan khawatir terhadap semua ancaman karena Allah tidak pernah meninggalkan orang yang diutusnya.

Nabi Yeremia telah dipanggil dan diutus oleh Allah maka penyertaan dan kasih Allah terhadap Yeremia begitu nyata. Namun semua itu tidak menghindarkan Yeremia mengalami pergulatan batin Yeremia yang luar biasa. Di satu sisi, Yeremia mengakui dan menyadari panggilan Tuhan yang sangat kuat dan tak terbantahkan. Yeremia tidak bisa berdiam diri sebab kalau berdiam diri dan tidak menyampaikan pesan Allah seperti ada sesuatu yang mau meledak dalam dirinya.

Di sisi lain, Yeremia berhadapan dengan orang banyak yang menentang dia, mulai orang-orang yang ada di dekatnya (sahabat karib) hingga orang-orang yang berpengaruh baik secara nasional maupun secara religius seperti Imam Kepala, Pasyhur, yang pada waktu itu memasung Yeremia. Di tengah kebejatan hidup bangsanya Yeremia berani menyuarakan kebenaran. Pesan dan nubuat yang disampaikannya justru berbalik menjadi olok-olokan orang sebangsanya. Dia pun menerima tentangan, penolakan dan fitnahan. Dirasakan oleh Yeremia seakan Tuhan meninggalkan dan tidak membelanya. Puncak pergumulan batin Yeremia terungkap dalam keluhan pilu ingin mati. “Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan. Biarlah jangan diberkati hari ketika ibuku melahirkan aku!” (Yer. 20:14).

Puncak pergulatan Yeremia membuka tabir kehidupan batinnya. “Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah” (Yer. 20:11). Kelemahan kita dapat menjadi jalan Allah menampakkan penyertaan kasih-Nya. Allah tidak pernah lelah menyertai kita. Puncak pergumulan batin juga dialami Yesus ketika merasa seperti ditinggalkan Allah. Yesus mengajarkan kepada para muridNya untuk tidak takut dan khawatir menghadapi berbagai kesulitan, ancaman, tentangan dan bahkan pembunuhan sekali pun. Yesus akan menganugerahkan kesanggupan dan ketangguhan. Yesus menganugerahkan kekuatan, kemampuan dan perlindungan karena kita sangat berharga di mata-Nya.

Pesan Yesus sangat jelas, pertama, kebenaran akan menunjukkan jalan kepada kehidupan sebab kejahatan sebejat apa pun akan terbongkar dan orang benar akan mendapat kebahagiaan. Korupsi yang masih merajalela, kecenderungan mengeruk alam tanpa batas dan sikap intoleransi harus dihentikan tanpa kompromi juga bila beresiko tinggi untuk melawannya.

Kedua, pemeliharaan jiwa-jiwa jauh lebih utama daripada pembangunan fisik semata, apalagi sampai mengorbankan martabat manusia. Gejala pamer kekayaan, unjuk kekuasaan dan gila hormat bagaikan ancaman serigala berbulu domba yang dapat menyergap kita dalam pusaran kekosongan jiwa.

Ketiga, Allah Mahacinta hingga tak seorang pun dibiarkan binasa karena semua sangat berharga di mataNya. Mengabaikan yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel sama dengan menolak Allah sebab “segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40).

Kita mulai dari mana supaya dapat melaksanakan pesan Yesus? Keluarga! Mengapa? Karena dari sanalah kita menemukan kesanggupan kita untuk menjadi pelayan Tuhan dan mewartakan kasihNya. Dalam keluarga kita menemukan kesanggupan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi sesama. Adam telah menerima kesanggupan untuk mengembangkan kemanusiaan sejati dari keluarga asali. Adam jatuh dalam dosa akibat kesombongan. Allah tidak menghentikan kasihNya tetapi tetap melakukan segalanya agar manusia selamat. Dalam kelemahan manusia tetap dan selalu hadir kesanggupan Allah dalam Yesus Kristus.

Yesus Kristus, Adam Baru, yang lahir dalam Keluarga Kudus menguduskan setiap keluarga manusia sehingga keluarga menjadi rumah kekudusan. Dalam keluarga kita menemukan ketangguhan untuk menjadi kudus. Dalam keluarga kita menemukan jalan kekudusan. Keluarga kudus, Gereja tangguh, bangsa utuh.

“Kelemahan kita dapat menjadi jalan Allah menampakkan penyertaan kasih-Nya.”

HIDUP, Edisi No.26, Tahun Ke-77, Minggu, 25 Juni 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini