Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC Ajak Umatnya Menjauhi “Suanggi Modern”

389
Uskup Mandagi bersama para imam Kevikepan Muting berfoto dengan para peserta Krisma Paroki St Arnoldus Janssen Sota. (Foto: Helen Yovita Tael-Komsos KAMe)

HIDUPKATOLIK.COM – Pada setiap  kunjungan kanoniknya, Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC selalu mengangkat hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan umat dan masyarakat setempat. Hal ini dilakukannya untuk menyadarkan umat akan penyimpangan kehidupan bermasyarakat dan dalam keluarga yang kadang  tidak sejalan dengan ajaran Gereja Katolik.

Saat Uskup Mandagi memberikan Sakramen Krisma kepada salah satu peserta Krisma. (Foto: Helen Yovita Tael-Komsos KAMe)

Seperti belum lama ini, selama tiga hari, Sabtu-Senin, 17-19 Juni 2023  Uskup Mandagi melakukan kunjungan dengan memberi pelayanan Sakramen Krisma kepada 184 orang di Paroki St Petrus Erom dan 218 orang di Paroki St. Arnoldus Janssen Sota, juga memberkati Gereja Stasi St.Yohanes Rasul Kamno Sari di wilayah Paroki Erom;  dan malam harinya melakukan wawan hati bersama dewan paroki, dewan stasi , tokoh agama, tokoh masyarakat .

“Suanggi atau ilmu hitam ada di Papua. Biasanya orang membawa ilmu hitam dari kampung asalnya. Orang-orang yang memilki ilmu hitam biasa disebut suanggi. Banyak orang takut dengan suanggi, karena akibat dari ilmu hitam orang ketakutan dan mati, tetapi  suanggi pada umumnya takut dengan uskup dan pastor,’’ ungkapnya.

“Selain suanggi, ada juga kekuatan magic modern yaitu para pemabuk, dan penjudi yang juga bisa disebut suanggi moderen. Suanggi moderen terjadi dalam keluarga dan saling menakutkan. Karena biasanya suanggi modern mabok-mabokan dan  bermain judi, ada juga judi online. Sehingga banyak orang menghabiskan uang untuk berjudi yang mengakibatkan keributan dan kekacauan dalam rumah tangga dan keluarga,” katanya.

Uskup Mandagi membuka selubung papan nama Gereja Stasi St.Yohanes Rasul Kamnosari. (Foto: Helen Yovita Tael-Komsos KAMe)

“Juga ada kekuatan-kekuatan partai politik. Saling menakutkan antara satu dengan yang lain, apalagi dalam rangka pemilu legislatif dan pilpres kekuatan-kekuatan ini saling menghancurkan dan saling merendahkan. Seharusnya pemilu menjadi pesta demokrasi tetapi berubah menjadi pesta setan karena terjadi  peretantangan di mana-mana dalam keluarga karena perbedaan partai politik.,” katanya lagi.

“Inilah kekuatan jahat yang  seringkali merasuki manusia modern. Kekuatan ini hanya bisa dikalahkan asal kita percaya pada Kristus. Karena Kristus mengirim kekuatan dashyat  yakni Roh Kudus yang diterimakan kepada  peserta krisma, dan sudah kita terima juga ketika  kita dipermandikan,’’ imbuh Uskup Mandagi.

“Seringkali umat di zaman modern mencari damai sejahtera bukan didalam Yesus. Tetapi mencari damai sejahtera yang palsu. Minum sopi sebagai sumber damai sejahtera padahal minum sopi mata merah dan mata setan. Sehingga  banyak setan berkeliaran di kampung didalam keluarga-keluarga, seolah-olah sopi memberikan damai sejahtera  padahal akibat dari sopi membawa kematian,” ujarnya.

Penandatanganan Prasasti Gereja St.Yohanes Rasul. (Foto: Helen Yovita Tael-Komsos KAMe)

Uskup Mandagi mengajak para peserta Krisma untuk senantiasa menjaga kedamaian dan belajar dari Yesus yang selalu membawa damai sejahtera dan menghembuskan Roh Kudus.

Saat melakukan pemberkatan dan peresmian Gereja Stasi St.Yohanes Rasul Kamno Sari,  Uskup Mandagi mengatakan bahwa, Gereja bukan hanya indah ketika diberkati. “Dengan hadirnya gedung gereja, utamakan perkara Tuhan. Datang dengarkan suara-Nya. Hidup benar dan hidup suci. Jangan takut bukalah pintu bagi Kristus karena Kristus hadir dalam gedung gereja,” katanya.

Krismawan-Krismawati Paroki St. Petrus Erom. (Foto: Helen Yovita Tael-Komsos KAMe)

Gereja yang dibangun  dari swadaya umat, dan juga  mendapat bantuan  pemerintah dan dari donatur Yayasan Viana Dei ini menghabiskan dana 960 juta. Panitia dan umat stasi berterima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan Uskup Mandagi dan para pastor yang telah  memberkati gedung gereja ini.

Helen Yovita Tael (Merauke)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini