Uskup Agung Merauke, Mgr. P.C. Mandagi, MSC Ajak Anak-anak dan Orang Tua Meneladan Beato Carlo Acutis Mencintai Ekaristi: Jalan Tol Menuju Surga

280
Uskup Agung Merauke, Mgr. P. C. Mandagi, MSC memimpin Perayaan Ekaristi penerimaan Komuni Pertama di Paroki St. Fransiskus  Xaverius Katedral Merauke, Minggu 11/6/2023. Uskup didampingi oleh Pastor Samuel Yanem, MSC (kanan) dan Diakon Simon Petrus Laian.(HIDUP/Helen Yovita Tel-Komsos KAMe)

HIDUPKATOLIK.COM – AJAKAN itu disampaikan oleh Uskup Mandagi khotbah pada Perayaan Ekaristi Komuni Pertama di Paroki St. Fransiskus  Xaverius Katedral Merauke, Papua Selatan, Minggu 11/6/2023 bertepatan dengan perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Ada 138 anak penerima Komuni Pertama.

Uskup Mandagi mengajak anak-anak dan orang tua bersyukur karena untuk pertama kalinya anak-anak mau bersatu dengan Yesus.

Mengambil contoh Beato Carlo Acutis, keteladanan seorang remaja milenial dari Italia yang beberapa tahun lalu dibeatifikasi oleh Paus Fransiskus, Uskup Mandagi mengatakan bahwa orang tua Acutis pemalas ke gereja  sama seperti orang tua sekarang ini, mungkin ke gereja karena anaknya  menerima Komuni Pertama.

Mama Bertobat tetapi Papa Tidak Bertobat

“Namun akhirnya mamanya Carlo bertobat, sama seperti orang tua  di zaman sekarang, mama bertobat tetapi papa tidak bertobat. Mengapa mamanya bertobat karena Acutis setiap kali  bertanya kepada mamanya,  apa arti ekaristi, apa arti jalan salib. Dia bertanya semua yang berkenan dengan kakatolikan akhirnya mamanya belajar lagi dan kembali lagi kegereja,” ujar Uskup Mandagi.

Mgr. Mandagi menerimakan Komuni Pertama kepada seorang anak didampingi kedua orang tuanya. (HIDUP/Helen Yovita Tael-Komsos KAMe)

Lebih lanjut Uskup Mandagi mengatakan bahwa, Carlo Acutis  seorang milenial seperti anak remaja yang lain. Pandai di bidang tekonologi informasi, seorang programer, juga suka bola kaki. Ia seperti kebanyakan anak zaman sekarang, sederhana dalam berpakaian, tetapi yang luar biasa Acutis setiap hari ke gereja merayakan ekaristi, sembayang rosario dan imannya kepada Tuhan sangat  luar biasa.

Kata Uskup Mandagi, Acutis meninggal karena penyakit leukemia, tetapi yang luar biasa ia rela mempersembahkan  penderitaannya, penyakitnya untuk Tuhan. Acutis  tidak mengeluh atas penyakit yang dideritanya.

Tetapi mengapa demikian karena Acutis begitu rajin merayakan ekaristi dan  pasti dalam ekaristi ia berjumpa dengan Yesus dalam menyambut tubuh dan darah Krsitus ia bersatu dengan Kristus.

Uskup Mandagi menegaskan kepada orang tua dan anak-anak bahwa anak-anak membuat orang tua bertobat. Anak-anak berharga, dipanggil membuat mama papa kembali ke jalan yang benar kepada Tuhan.

Lanjut Uskup Mandagi, ekaristi adalah jalan tol menuju surga. Siapa yang rajin merayakan ekaristi pasti ada jaminan menuju surga. Rajin ke gereja, rajin merayakan  ekaristi, orang tua dikuatkan untuk hidup dalam kasih bukan hidup dalam kekerasan. Melalui ekaristi,  makan Tubuh dan darah Kristus anak-anak dipersatukan dengan Yesus seperti Carlo Acutis bersengsara dan tidak takut memmpersembahkan penderitaannya kepada Tuhan.

“Syukur bahwa Yesus memberikan ekaristi,sehingga setiap kali kita merayakan ekaristi kita makan tubuh  dan darah-Nya. Kita bersatu dengan Yesus karena itu rajinlah kegereja karena orang yang setia merayakan  ekarsiti hidup keluarganya kuat,” ujarnya.

Orang tua, kata Uskup Mandagi, hendaknya memberikan contoh kepada anak-anak, hari Minggu ke gereja, menerima komuni. Dengan demikian keluarga menjadi kuat, bila ada serangan dosa tetap berdiri tegak. Anak-anak yang rajin kegereja, pasti menghormati orang tua karena menerima Kristus.

Saat khotbah, Uskup Mandagi ajak orang tua bertobat. (HIDUP/Helen Yovita Tael-Komsos KAMe)

Sebaliknya, kata Uskup Mandagi anak-anak yang malas ke gereja akan membuat orang tua sengsara. “Karena tidak punya kekuatan Kristus. Berbahagialah orang tua yang anak-anaknya rajin kegereja karena dengan itu anda berhasil mendidik anak-anak,” kata Uskup.

Uskup Mandagi mencontohkan keluarganya yang bukan orang kaya dan pejabat, tetapi ia merasakan ikatan cinta dalam keluarga karena orang tua rajin berdoa bersama dalam keluarga, mengikuti misa harian dan hari minggu bersama dengan anak-anaknya sehingga kelima anaknya rela masuk biara. Itu semua karena contoh dari orang tua yang merayakan ekaristi.

Di akhir perayaan, Uskup Mandagi mengatakan, “Karena saya sayang kepada anak-anak, tadi walaupun berdiri dan memberikan komuni mengalami kelelahan namun  karena cinta kepada anak-anak penderitaan tidak menghancurkan pelayanan saya kepada anak-anak. Biar kaki sudah keram, cinta mengalahkan segala-galanya.”

Dalam Perayaan Ekaristin ini, Uskup didampingi oleh Pastor Samuel Yanem, MSC dan Diakon Simon Petrus Laian.

Helen Yovita Tael (Kontributor, Merauke, Papua Selatan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini