Pertemuan Jaringan Nasional Caritas Indonesia di Batam, Ada Isu Strategis!

162

HIDUPKATOLIK.COM – Pertemuan Jaringan Nasional Caritas Indonesia (Karina-KWI) 2023 berlangsung di Beverly Hotel Batam, Senin-Jumat, (22-26/2023). Pertemuan ini dihadiri Caritas Keuskupan, Komisi PSE keuskupan, dan perwakilan Caritas Luar Negeri serta para aktivis kemanusiaan, para mitra dan jaringan Caritas lainnya.

Dalam pidato pembukaan, Ketua Badan Pembina Cartas Indonesia, Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, MSF mengatakan misi utama dari Caritas Indonesia adalah Deus Caritas est (Allah adalah Kasih). Semboyan ini dari waktu ke waktu dimaknai dengan hal-hal positif dan tidak dihayati dalam kata-kata saja tetapi dalam perbuatan nyata, kerja nyata demi keutuhan ciptaan.

“Allah adalah kasih menandai semangat pelayanan Caritas Indonesia. Sebagaimana kasih Kristus kepada orang-orang kecil, demikian juga misi Caritas Indonesia. Harus berkontribusi memperhatikan persoalan sosial-kemanusiaan, orang miskin dan terlantar, dan mereka yang menderita,” ujarnya.

Hal yang sama disampaikan Ketua Badan Pengurus, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ. Ia mengatakan di HUT Caritas ke-17 ini, Caritas semakin hari memperluas pandangan soal masalah kemanusiaan. Terkhusus di Keuskupan Pangkal Pinang, Mgr. Sudarso mengatakan ada berbagai persoalan misalnya di Kota Batam beberap waktu terkahir ini isu human trafficking menjadi isu hangat dan persoalan lainnya.

“Maka Caritas perlu merancang program yang disemangati oleh semangat Sinode para uskup: persekutuan, partisipasi dan misi. Selebihnya Caritas harus merancang program yang merangkul, mengajak semakin banyak orang berjalan bersama memperhatikan mereka yang miskin, lemah, dan tak berdaya. Mereka yang mengalami ketidakadilan,” ujar Mgr. Sudarso.

Harapan yang sama disampaikan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC.  Saat memberi sambutan, ia mengutip artikel Gaudium et Spes art 1..”Kegembiraan dan harapan, duka dan kecernasan orang-orang zaman sekarang, terutarna kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.”

Sebutnya lagi, Caritas beberapa kali telah membantu orang yang menderita dan tertimpah musibah. Meski gerakan ini kadang kalai dicurigai sebagai gerakan keagamaan tetapi tak pernah mengubah komitmen kasih hadir melayani mereka yang menderita. “Ada biaya atau tidak, berangkat dulu baru berpikir biayanya dari mana,” kata Mgr. Subianto.

Dalam refleksinya, Mgr. Subianto mengatakan bahwa Caritas adalah perpanjangan tangan Allah untuk nilai-nilai kemanusiaan dan cinta kasih. Tanpa nilai-nilai ini Caritas tidak jauh berbeda dengan Lembaga Sosial Masyarakat lainnya.

Kegiatan hari pertama ini diisi dengan berbagai kegiatan, di antaranya mendengarkan presentasi tema Identitas Caritas sebagai Diakonia Gereja yang dibawakan oleh Dominic Verhoeven, Chair CI Catholic Identity Committee; dan Mgr. Pius Riana Prapdi.

Sementara sesi ketiga menghadirkan pembicara Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk dengan tema, “Arah Strategis Caritas Indonesia” yang sudah disetujui oleh Yayasan Karina-KWI.

Terkhusus kota Batam sebagai tempat pertemuan, Romo Fredy menjelaskan, Batam dipilih menjadi tempat pertemuan sebagai bentuk dukungan Gereja Katolik Indonesia terkait tema migran, pengungsi, dan anti perdagangan manusia.

“Secara khusus memberikan perhatian terhadap karya KKP-MP Keuskupan Pangkal Pinang dalam bidang migran dan anti human trafficking yang sudah berlangsung saat inil Batam juga menjadi “daerah transit dalam isu ini,” ujar Romo Fredy.

Yusti H. Wuarmanuk
Laporan dari Batam

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini