ASAL DIBERI KESEMPATAN, MEREKA MAMPU

369
Lucy sebagai Juru Bahasa Isyarat

HIDUPKATOLIK.COM – Kamis lalu, 18/5/2023, adalah Hari Raya Kenaikan Tuhan. Pada pukul 8.30 WIB ada Misa bersama UBK (umat berkebutuhan khusus) di Gereja St. Laurensius, Paroki Alam Sutera, Tangerang Selatan.

Walau hari itu adalah hari libur dan merupakan awal liburan akhir pekan yang panjang, namun banyak umat tetap antusias ikut Misa. Terbukti gereja penuh, demikian pula semua kursi di aula serta GKP  terisi umat. Romo Hadi Suryono didampingi Diakon Yudi memimpin Misa. Romo  sungguh menghargai umat yang tidak melewatkan Misa walau sedang menikmati hari libur.

Melibatkan UBK sebagai Juru Bahasa Isyarat dalam Misa.

Sejak tahun lalu Paroki Alam Sutera memang rutin sebulan sekali mengadakan Misa bersama UBK.  Bahkan pertama kali diadakan saat masih Misa online, karena pandemi covid belum berlalu. Misa bersama UBK adalah  salah satu upaya Paroki Alam Sutera mewujudkan Arah Dasar KAJ 2022 – Penghormatan martabat manusia. Biasanya diadakan pada Minggu kedua  pukul 08.30, kecuali ada Hari Raya maka Misa UBK diadakan bertepatan dengan Hari Raya tersebut.

Setiap kali mengikuti Misa bersama UBK di Gereja Laurensius Paroki Alam Sutera, selalu dapat dijumpai hal-hal luar biasa. Bila tidak ada kendala dan pertimbangan khusus, maka petugas liturgi, seperti lektor dan pemazmur, pasti ditunjuk dari teman-teman difabel. Kadang dari teman tunanetra, kadang dari anak dengan pertumbuhan fisik terganggu. Bergantian mereka diberi kesempatan untuk melayani. Walau dengan kondisi  keterbatasan, mereka sungguh menjalankan tugas dengan sangat baik. Tidak kalah dengan lektor dan pemazmur lainnya.

Juru Bahasa Isyarat

Yang juga menarik adalah hadirnya sekelompok rekan tuna rungu di sayap kiri gereja. Di depan patung Bunda Maria, terdapat empat deret kursi panjang yang dapat menampung sekitar 32 umat. Di area inilah panitia menyediakan tempat khusus untuk rekan tuna rungu. Di sebelah patung Bunda Maria, hadir Lucy berperan sebagai Juru Bahasa Isyarat  (JBI). Ia diberi panggung kecil sehingga ketika duduk, umat tuna rungu dapat melihatnya dengan jelas karena posisi lebih tinggi. Tanpa kehadiran JBI, maka umat tuna rungu akan sangat kesulitan mengikuti Misa. Jarak tempat duduk dan altar yang cukup jauh, membuat mereka sulit membaca gerak bibir Romo dan Lektor – Pemazmur. Kehadiran JBI sungguh berarti bagi para tuna rungu baik yang hadir di gereja maupun yang mengikuti Misa secara online di rumah.

Rekan tuna rungu ada sekitar 20-30 orang, setia hadir dalam setiap Misa bersama UBK. Rupanya mereka berasal dari beberapa paroki dan membentuk komunitas yang kompak. Mereka juga rajin menghadiri Misa bersama UBK yang diadakan oleh paroki lain, seperti paroki Tangerang atau paroki Karawaci.  Sepertinya sudah terjadi koordinasi antar ketiga paroki, sehingga Misa bersama UBK tidak berlangsung di hari yang sama.

Dalam Misa yang disiarkan secara online semisal Misa Minggu pukul 11.00 dari Gereja Katedral Jakarta yang disiarkan oleh TVRI, kita dapat saksikan ada satu petugas JBI yang bertugas dari awal hingga akhir Misa. Namun ada  hal luar biasa di Misa bersama UBK Gereja Laurensius. Tidak hanya satu, tapi ada banyak petugas JBI yang naik panggung secara bergantian. Bila diperhatikan dengan saksama, baru kita sadari ternyata semua JBI adalah juga tuna rungu, kecuali Lucy. Rupanya Lucy mempercayakan tugas JBI pada beberapa bagian Misa kepada rekan tuna rungu secara bergantian dan bergilir.  Menurut  Lucy, ide ini sungguh disambut antusias oleh rekan tuna rungu.

Tentu saja tidak semua bagian Misa, tugas JBI dapat diberikan kepada rekan tuna rungu. Tugas JBI yang dapat diserahkan kepada rekan tuna rungu, hanya bagian Misa yang sudah ada teks tertulis, seperti lagu-lagu dan doa-doa. Selain itu tetap diperankan sendiri oleh Lucy.

Upaya menghargai martabat manusia khususnya pada rekan difabel, melalui Misa bersama UBK tentunya merupakan langkah positif. Melalui langkah-langkah ini kita akan terbiasa berdampingan dengan UBK dan dapat menghargai keberadaan rekan-rekan difabel. Apalagi ternyata mereka punya talenta-talenta luar biasa. Sungguh patut dihargai. Namun yang terutama, fakta bahwa mereka berasal dan dikasihi dari Allah Bapa. Sehingga sudah selayaknya kita pun menghargai.

Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah” (Yoh 5:8). Yesus menyembuhkan orang lumpuh di tepi kolam Betesda. Kita sepertinya tidak punya kuasa menyembuhkan seperti Yesus, tapi dengan memberi kesempatan dan kepercayaan kepada rekan UBK, sedikit banyak telah terjadi kesembuhan kepada rekan UBK. Pun kepada diri kita sendiri, karena kelumpuhan yang disebabkan rasa tak peduli telah disembuhkan.

Fidensius Gunawan (Kontributor, Tangerang Selatan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini