Uskup Palangka Raya Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka MSF: Tiga Unsur Kehidupan

219
Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, MSF

HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu, 7 Mei 2023 Hari Minggu Paskah V: Kis.6:1-7; Mzm.33:1-2, 4-5, 18-19; 1Ptr.2:4-9; Yoh.14:1-12

PERISTIWA wafat dan kebangkitan Kristus membawa dampak yang besar untuk hidup keagamaan masyarakat Yahudi di Yerusalem. Dari Kisah Para Rasul kita mendapat keterangan tentang bagaimana perkembangan jemaat yaitu orang-orang yang percaya kepada Kristus. Mereka membentuk persekutuan yang dari hari ke hari dengan jumlah menjadi semakin banyak.

Tentu perkembangan jumlah pengikut Kristus ini menimbulkan persoalan tersendiri, antara lain tentang perlakuan terhadap kelompok-kelompok yang memiliki ciri khas masing-masing. Diceritakan adanya kelompok janda-janda yang merasa kurang mendapat pelayanan karena mereka berbahasa Yunani, yang lain berbahasa Ibrani.

Menanggapi perkembangan pelayanan yang bisa menjangkau semua pihak. Namun para Rasul merasa kewalahan untuk melayani semua bidang dan semua kelompok. Akhirnya, dengan bantuan dan dorongan Roh Kudus, terbentuklah pembagian yang memberi peluang untuk pelayanan yang lebih terinci, menjangkau semua pihak. Para Rasul memberi fokus pada pelayanan Sabda, dan perlu dipilih pemimpin yang memperhatikan persoalan sosial, pelayanan untuk kelompok para janda dan kelompok-kelompok kategorial lainnya (janda, orang asing dan yatim piatu).

Apa yang menjadi keperluan pelayanan ini pun ternyata bisa disikapi dengan baik dan bijaksana berkat bimbingan Roh Kudus. Para rasul meminta agar orang banyak itu “memilih tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, sehingga kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.

Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat. Lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, … Mereka itu dihadapkan kepada para rasul, lalu para rasul pun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak,  juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”. Inilah perkembangan Gereja Perdana di zaman para Rasul dan acuan untuk mengembangkan Gereja sampai sekarang ini.

Wajar bahwa ketika pengikut Yesus makin bertambah, timbul beberapa pertanyaan terlebih dari anggota baru yang belum begitu mengenal Yesus itu.  “Malu bertanya, sesat di jalan”, ungkapan yang mengandung kebijaksanaan hidup. “Jalan” dalam hal ini juga mengandung arti lebih luas dan mendalam, menyangkut seluruh kehidupan itu sendiri. Orang harus mencari tahu dan bertanya kepada orang yang sudah lebih mengenal Yesus. Namun ternyata, Yesus sendiri menjawab melalui sabda-Nya: “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup”.

Tidak hanya sampai pada keterangan tentang “jalan”; Yesus melengkapai pewahyuan Diri-Nya, baik sebagai “jalan, kebenaran dan hidup”. Ketiga kata kunci itu menjadi bahan permenungan yang sangat mendasar untuk dijadikan landasan hidup beriman kita, orang yang percaya pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat.

Dengan peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus, jalan dan tujuan hidup manusia diberi arah dan dimensi baru. Dalam hidup manusia pada umumnya, tujuan dan akhir kehidupan dibatasi pada kehidupan di dunia saja. Hidup kekal yang terjadi sesudah kematian belum mendapatkan pencerahan sebelum terjadinya kebangkitan Kristus. Yang menarik adalah bahwa Yesus mewahyukan diri sebagai tiga unsur kehidupan yang didasari pada tujuan akhir yang menjangkau keabadian. Sebagai “jalan”, orang beriman perlu melewati dan melaluinya agar bisa sampai pada tujuan akhir, yaitu kehidupan kekal itu. Sekaligus ditekankan bahwa selain jalan, Yesus juga merupakan “kebenaran”, yang tak perlu diragukan lagi. Yesus hanya perlu diikuti, maka orang beriman sampai hidup abadi, atau bersatunya dengan Allah, sumber kehidupan itu sendiri.

Pewahyuan itu dipuncaki dengan penegasan bahwa Yesus adalah “hidup” kekal itu, karena Yesus berasal dari dan kembali kepada Bapa. Dengan lain kata, Sabda Yesus itu sudah merangkum seluruh kepenuhan hidup manusia sampai pada tujuannya yang terakhir, yang tak lain adalah hidup kekal: bersatunya manusia dengan Allah, Sumber Kehidupan. Berbahagialah kita orang yang menemukan Yesus sebagai “jalan, kebenaran, dan hidup”, yang membawa kita kembali ke Rumah Bapa.

Dengan peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus, jalan dan tujuan hidup manusia diberi arah dan dimensi baru.”

HIDUP, Edisi No. 19, Tahun ke-77, Minggu, 7 Mei 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini