Homili pada Misa Krisma, Kardinal Suharyo: Usahakan Kebaikan Bersama

310
Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo (pegang tongkat), Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo (sebelah kanan Kardinal) dan para imam konselebran saat prosesi pembukaan Misa Krisma di Gereja Santa Perawan Maria Diankat Ke Surga, Katedral, Jakarta, Kamis, 6/4/2023 (Foto: HIDUP/Katharina Reny Lestari

HIDUPKATOLIK.COM – Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, mengajak para imam yang berkarya di wilayah Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) untuk mengusahakan kebaikan bersama sejalan dengan Arah Dasar KAJ 2022-2026.

“Salah satu tanda kita, para imam, adalah pribadi-pribadi yang diurapi Roh Kudus. Dan membiarkan Roh Kudus memimpin hidup kita adalah bahwa kita sebagai pribadi imam, sebagai imam yang diutus menjalankan pelayanan kepemimpinan di paroki atau lembaga-lembaga lain, sungguh mengusahakan kebaikan bersama dan menomorsekiankan yang lain-lain,” kata Kardinal Suharyo dalam homili saat Misa Krisma yang dirayakan pada Kamis (6/4/2023) di Katedral St. Perawan Maria Diagkat ke Surga di Jakarta.

Sekitar 250 imam yang berkarya di wilayah KAJ menghadiri Misa Krisma. (Foto: HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Sekitar 250 imam dari berbagai kongregasi yang berkarya di wilayah KAJ menghadiri Misa Krisma yang dirayakan secara konselebrasi tersebut. Selebran utama adalah Kardinal Suharyo, sementara konselebran Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo, Vikjen KAJ Romo Samuel Pangestu, Sekjen KAJ Romo Vincentius Adi Prasojo, Pastor Kepala Katedral Romo Albertus Hani Rudi Hartoko, SJ dan tiga imam lainnya.

Sekitar 100 biarawati dan ratusan umat awam turut hadir dalam Misa Krisma. (Foto: HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Menyinggung soal Tahun Kesejahteraan Bersama yang ditetapkan KAJ tahun ini, Kardinal Suharyo menekankan pesan khusus yang terkandung dalam Injil Lukas. Dalam Injil ini, Yesus yang dinaungi oleh Roh Kudus mewartakan bahwa Tahun Rahmat Tuhan telah datang. Sementara Injil Markus dan Matius menyebut Kerajaan Allah sudah dekat.

“Pertanyaan adalah pesan khusus apakah yang ingin disampaikan kepada kita lewat Injil Lukas yang menampilkan Yesus yang mewartakan Tahun Rahmat Tuhan telah datang, bukan Kerajaan Allah,” kata prelatus itu.

Ia menegaskan bahwa Tahun Rahmat Tuhan dimaklumkan ketika hidup bersama umat Allah tidak lagi mencerminkan cita-cita umat Allah yang asli. Umat Allah dibebaskan dari perbudakan dan dibawa masuk ke Tanah Terjanji untuk hidup damai dan sejahtera.

Namun seturut perkembangan zaman, lanjutnya, cita-cita itu jauh dari kenyataan. Ada banyak orang miskin, kesenjangan sosial, perbudakan dan ketidakadilan.

“Dalam keadaan seperti itulah Tahun Rahmat Tuhan dimaklumkan, yaitu agar ada permulaan baru untuk berjalan menuju damai dan sejahtera dengan berbagai macam gerakan,” tegasnya.

Gerakan Kreatif

Kardinal Suharyo mengingatkan bahwa Arah Dasar KAJ 2022-2026 ingin mewujudkan Tahun Rahmat Tuhan. Dan hal ini akan terwujud jika para imam, biarawan dan biarawati serta umat awam dapat menerjemahkan nilai-bilai dasar Ajaran Sosial Gereja ke berbagai gerakan kreatif.

“Gerakan kreatif itu dilakukan berulang-ulang (dan) akan membentuk habitus kita sebagai imam, sebagai religius, sebagai awam, sebagai warga Keuskupan Agung Jakarta dan sebagai warga negara Indonesia. Habitus untuk selalu berusaha mewujudkan kesejahteraan bersama,” katanya.

Dua Kata

Kardinal Suharyo juga mengatakan perhatian ini menjadi semakin mendesak. Hal ini lantaran pengamatan sederhana mengenai munculnya kosa kata dalam pergaulan masyarakat menjadi gambaran tentang apa yang tengah terjadi dalam masyarakat.

“Yang pertama adalah kata mafia. Kata ini semula tidak dikenal di dalam kosa kata Bahasa Indonesia. Tetapi sekarang sering dipakai, dan kita semua tahu masuknya kata itu ke dalam Bahasa Indonesia adalah tanda yang sangat jelas bahwa watak yang ada di balik kata itu juga masuk di dalam masyarakat kita,” katanya.

Kardinal Ignatius Suharyo menyalami umat seusai Misa Krisma. (Foto: HIDUP/Katharina Reny Lestari)

“Kata asing lain yang sering terdengar adalah flexing, pamer kekayaan, pamer kemewahan. Kata ini pun juga mencerminkan watak dan langsung berlawanan dengan semangat untuk membangun kesejahteraan bersama.”

Meski demikian, ia tetap bersyukur bahwa masih ada arus baik yang terungkap dalam berbagai gerakan, dan berharap gerakan ini menjadi benih yang ditaburkan di tanah yang subur.

Kesempatan Refleksi

Terkait Misa Krisma untuk para imam, Pastor Deken Dekenat Utara Romo Andre Delimarta, SDB menyebut hal ini sebagai salah satu ibadat liturgi yang penting dalam Pekan Suci.

“Karena salah satu keunikannya adalah semua imam di keuskupan berkumpul bersama di sekitar Bapak Uskup yang akan memberkati minyak yang akan digunakan dalam pelayanan imam memberikan Sakramen bagi umat sepanjang tahun mendatang,” katanya, seperti tertuang dalam Buku Panduan Misa Krisma.

Menurut Romo Andre, ada tiga minyak yang diberkati saat Misa Krisma, yakni minyak katekumen, minyak pengurapan orang sakit, dan minyak krisma suci.

“Misa Krisma memberikan kesempatan untuk refleksi mendalam tentang jabatan imamat. Setiap orang Katolik berdasarkan baptisan adalah seorang imam, tetapi ada beberapa orang yang menerima panggilan imamat khusus dan sakramental yang secara khusus terhubung dengan Kristus yang Imam Agung,” imbuhnya.

Katharina Reny Lestari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini