Luar Biasa, Tuhan Memberi Dua Kesempatan Indah Ini

557
Katedral Pontianak (Foto: Fidensius Gunawan)

HIDUPKATOLIK.COM – Saat terbangun, saya lirik jam tangan, waktu menunjukkan pukul 02.15 WIB. Terdengar ramai suara berbagai serangga di luar sana, juga suara tetes air yang jatuh dari atap mengiringi gerimis.

Selesai dari kamar mandi, saya kembali ke kamar tidur, berusaha melanjutkan istirahat malam. Namun mendadak rasa panik menyerang, ketika mengingat beberapa jam ke depan saya akan berangkat kembali ke Jakarta. Udara kamar menjadi terasa pengap. Saya memutuskan bangkit untuk membuka jendela. Udara segar menyeruak masuk. Sedikit melegakan, tapi tak dapat sepenuhnya mengusir rasa panik.

Patung kayu khas Dayak (Foto: Fidensius Gunawan)

Saya duduk di tepi tempat tidur, mengambil sikap doa lalu mencoba berbincang dengan Bapa. Tepatnya berusaha memperoleh kekuatan dari-Nya. Sedikit tenang, namun tetap sulit untuk melanjutkan tidur. Akhirnya saya putuskan sepenuhnya bangun dan menulis kisah ini.

Dalam rangka menemani putri yang ingin sedikit berbagi dengan anak-anak di pedalaman Kalimantan, maka pada Jumat 31 Maret kami terbang menuju Pontianak. Dengan menggunakan penerbangan pagi, pukul 09.09 kami mendarat di bandara Supadio.  

Inilah pertama kali kami menginjak kaki di Kalimantan. Tidak banyak opsi transportasi dari bandara menuju kota. Tidak ada bus, tidak ada kereta. Hanya taksi. Taksi online pun menjalin kerjasama dengan bandara, sehingga tarifnya relatif tinggi.

Interior Katedral Pontianak (Foto: Fidensius Gunawan)

Selesai mencicipi mie kepiting di pusat kota, kami langsung menuju Katedral Pontianak yang terkenal indah. Beberapa ratus meter sebelum tiba, sudah terlihat kubah katedral yang besar. Tidak hanya satu, melainkan dua kubah lengkap dengan salib di atasnya.  Makin dekat, makin nampak kemegahan Gedung Katedral St.Yoseph ini, yang telah diresmikan  sekitar delapan tahun lalu, tepatnya pada 19 Desember 2014 oleh Gubernur Kalimantan Barat dan diberkati pada hari Raya St Yoseph, 19 Maret 2015 oleh Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus bersama Nuntius Apostolik.

Stasi Jalan Salib dan Petunjuk Ruang Pengakuan Dosa (Foto: Fidensius Gunawan)

Kemegahan makin tersaji di dalam gedung. Terutama area panti imam. Letaknya sangat tinggi, butuh menapak 16 anak tangga. Kubah besar  menjulang tinggi menaungi panti imam. Di samping kiri dan kanan Yesus tersalib, terpasang kaca patri penuh warna menggambarkan 12 rasul.  Kaca patri yang sangat tinggi ini, saat siang hari menjadi sumber cahaya yang menerangi dalam katedral.

Tidak mudah menggambarkan kemegahan katedral ini, hampir semua serba wah. Pintu utama terbuat dari kayu yang diberi ornamen ukiran, sangat tinggi nan megah.  Kiri dan kanan pintu utama masing-masing terpampang dua kaca patri yang menggambarkan orang kudus. Ada balkon besar yang menambah kemegahan. Bahkan penanda ruang pengakuan dosa pun sangat mewah.

“Gua” Maria (Foto: Fidensius Gunawan)

Selain kubah utama, ada kubah kedua yang lebih kecil namun lebih tinggi. Di bawah kubah terdapat patung Bunda Maria dengan ukuran besar. Tangan terbuka Bunda seolah mengundang siapa pun untuk datang kepadanya. Inilah “gua” Maria yang juga harus diakui megah.

Di tengah kemegahan katedral ini masih dapat kita jumpai satu patung berupa sepasang tiang kayu berukir khas Dayak dengan burung rangkong (burung keramat bagi suku Dayak) bertengger di atasnya. Patung ini diletakkan di dekat gerbang masuk seolah menyambut siapa pun yang datang.

Selesai berdoa dan menikmati keindahan Katedral, kami melanjutkan perjalanan menggunakan travel. Desa yang dituju adalah desa Simpang Dua, sekitar 5-6 jam perjalanan darat dari Pontianak. Inilah desa tempat putri kami akan menjalani pelayanan selama kurang lebih tiga bulan. Jalan raya lintas  Kalimantan ini cukup baik, tapi meliuk-liuk turun dan naik. Ada banyak dijumpai perkebunan kelapa sawit selain hutan tentunya. Juga kami menemukan cukup banyak gereja-gereja kecil terutama gereja katolik. Belakangan kami baru sadar, selama menempuh perjalanan ini, kami melintas tiga keuskupan, yakni Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Sanggau, dan Keuskupan Ketapang.  Desa Simpang Dua termasuk dalam Keuskupan Ketapang.

Hari sudah gelap saat kami tiba di susteran Sang Timur, padahal waktu baru menunjukkan pukul 18.30. Tiga suster PIJ, Suster Beata, Suster Christina, dan Suster Ida dengan hangat menyambut kami. Seketika rasa lelah menguap berganti rasa syukur.

Kami langsung diajak menuju meja makan untuk menyantap hidangan yang telah suster siapkan. Tentu saja sambil makan, kami saling bercerita banyak hal. Memang  telah belasan tahun kami menjalin hubungan yang cukup dekat dengan suster-suster PIJ. Apalagi ketiga putri-putra kami adalah anak didik SD Sang Timur. Sehingga suasana langsung akrab, walau baru pertama bertemu.

Keesokan paginya, pukul 05.45 kami mengikuti Misa pagi di kapel susteran. Selesai Misa, suster mengajak romo makan pagi. Romo Budi sangat bersahabat, banyak berkisah bagaimana pelayanan mengunjungi stasi-stasi dengan medan yang serba sulit. Tapi tampak beliau sangat menikmati pelayanannya dan tetap bersemangat di usianya menjelang 63 tahun. Saya memanfaat kesempatan baik ini untuk minta waktu Romo guna mengaku dosa, syukur Romo bersedia.

Penulis (kaos biru) berfoto bersama Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi (tompi hitam), romo dan para suster PIJ. (Foto: Fidensius Gunawan)

Pagi itu kami mendapat info, Uskup Ketapang Mgr. Pius Rana Prapdi merencanakan kunjungan ke paroki tetangga, Balai Semandang. Dengan berharap dapat berjumpa dengan Mgr. Pius,  siang hari pukul 14.10 kami berangkat. Sekitar 30 menit kemudian kami tiba di pastoran yang terletak di pinggir jalan raya ini.

Ternyata Tuhan berkenan, Uskup sedang santap siang bersama seorang romo, tiga suster, dan dua tamu dosen dari Universitas Sanata Darma Yogyakarta. Kami diperkenalkan dan dengan sangat ramah, Uskp mengajak kami ikut makan. Jadilah kami duduk bersama di meja makan sambil ngobrol dan bersenda gurau. Sungguh kesempatan langka, dapat bertemu dan duduk bersama di meja makan bersama seorang uskup.

Dua hari pertama di Kalimantan yang sungguh berkesan. Dapat berkunjung dan berdoa di Katedral Pontianak dan bertemu Uskup Ketapang. Luar biasa Tuhan beri kesempatan indah ini. Terima kasih Allahku.

Hari sudah pagi sudah pukul 05.30, sudah terdengar suara para suster mulai mendaraskan doa ibadat pagi. Saatnya tulisan ini diakhiri dan bersiap mengikuti  Misa Minggu Palma di Gereja St Mikael Simpang Dua.

Fidensius Gunawan dari Pontianak, Kalimantan Barat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini