Terkait Peristiwa Kekerasan di Papua, Uskup Mandagi: Yang Harus Dilakukan Adalah Pendekatan Kemanusiaan, Kalau Ada Masalah, Ada Jalur Hukum

407
Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Kanisius Mandagi, MSC (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan di Merauke, Papua Selatan.

HIDUPKATOLIK.COM – Sejumlah wartawan media cetak dan elektronik secara tiba-tiba datang menemui Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC di Wisma Keuskupan Jln.Raya Mandala 30, Merauke-Papua Selatan Jumat, 24/2/2023

Kedatangan sejumlah wartawan tersebut perihal kekerasan yang dilakukan oleh oknum aparat keamanan terhadap orang asli Papua (OAP) yang  kembali terjadi lagi beberapa hari belakangan ini.

Peristiwa tersebut mengakibatkan jatuhnya korban  hingga meningga dunia Albertus Kaize, seorang Anak Buah Kapal (ABK) yang berasal dari distrik Okaba yang dianiaya oleh anggota TNI Angkatan Laut (AL) di Kampung Wogikel, Distrik Ilwayab,Kabupaten Merauke, Propinsi Papua Selatan.

Ketika dimintai pendapat tentang kejadian tersebut oleh awak media, Uskup Mandagi didampingi Vikjen Merauke, Pastor Hendrikus Kariwop MSC, secara keras dan tegas mengutuk  aparat keamanan yang semena-mena melaksanakan kekerasan secara biadab karena melawan kemanusiaan.

“Kalau ada masalah, ada jalur hukum. Ditangkap,diadili serta diproses hukum. Bukan diperlakukan seperti ini. Kalau benar ini sungguh terjadi, ini merupakan sebuah tindakan biadab yang dilaksanakan oleh aparat, maka pelaku-pelaku harus ditangkap dan diadili seberat-beratnya,” tegas Uskup Mandagi.

Menurut Uskup Mandagi, kejadian seperti ini sudah sering terjadi. “Mengapa orang mabuk diperlakukan kasar oleh aparat? Aparat keamanan seharusnya mengamankan bukan merusak manusia,walaupun mereka berbuat salah,” ujarnya.

Uskup Mandagi mengatakan bahwa peristiwa ini sudah di sampaikan kepada Kapolres Merauke Sandi Sultan, dan sudah bicara langsung dengan John Gluba Gebze, tokoh masyarakat Papua Selatan dan kemungkinan sudah disampaikan  kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAL) dan Kapolri agar cepat ditangani.

“Hal ini bisa meresahkan masyarakat, bukan hanya masyarakat Papua tetapi semua yang ada di sini. Karena tindakan aparat yang seenaknya membuat kekerasan sampai terbunuh, atau cacat, tidak dibenarkan perlakuan aparat seperti itu. Semoga ini yang terakhir dan tidak akan terulang lagi,” himbau Uskup Mandagi.

“Saya minta  setiap aparat dan kepolisian ketika bertugas seharusnya  telah diajarkan tentang  etika dan moral. Jangan perlakukan karena punya senjata, bisa pukul orang lain. Tidak diperbolehkan. Yang harus dilakukan adalah pendekatan kemanusiaan, pendekatan humanis. Jangan ada “Sambo-sambo” baru di Papua,Kalau masih ada seperti itu sebaiknya dihukum mati saja,” tegasnya.

“Pernyataan keras saya ini, sebagai rasa cinta saya kepada masyarakat Papua dan non-Papua, terkhusus orang Papua. Mengapa sampai orang Papua ada rasa kebencian terhadap  aparat? Lantas berjuang untuk merdeka karena kebodohan terjadi karena aparat,” ujarnya.

“Saya dengan terang-terangan katakan, Presiden Jokowi sudah berubah, pimpinan TNI/POLRI sudah berubah tetapi yang nakal adalah anak buahnya dengan kesombongan senjata sehingga merusak kemanusiaan di tanah Papua,” imbuhnya.

Helen Yovita Tael (Merauke, Papua Selatan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini