Jasa Besar Benediktus XVI: Lahirnya Katekismus Gereja Katolik

171
Paus Benediktus XVI

HIDUPKATOLIK.COM – Baru saja kita mengenang 40 hari wafatnya Paus Emeritus Benediktus XVI. Joseph Kardinal Ratzinger, namanya sebelum terpilih menjadi Pengganti Takhta Santo Petrus, dikenal sebagai palang pintu atau penjaga ajaran iman Katolik. Baik sejak ia masih imam muda (teolog kelas dunia) hingga menjadi Kardianl, di kemudian hari menggantikan Paus Yohanes Paulus II di Vatikan.

Katekismus Gereja Katolik sebagai Kompendium (intisari)

Semasih menjadi Kardinal, ia dijuluki sebagai “Karinal Panzer” karena kekokohannya menjaga benteng pertahanan Gereja Katolik dari segala serangan, termasuk dari kalangan dalam Gereja sendiri, sesama kardinal/uskup/teolog (imam) yang tak sepaham dengannya.

Tak jarang ia dituduh sebagai seorang konservatif karena ia begitu gigih mempertahankan tradisi Gereja. Pada saat doa khusus untuknya (1 Januari 2023 dipimpin Paus), setelah kematiannya pada tanggal 31 Desemer 2022, Paus Fransiskus menyebutnya sebagai katekismus Gereja Katolik.

Ya, Benediktus XVI memang disebut dan akan dikenang sebagai Bapak Katekismus Gereja Katolik. Di dan dari tangannyalah, buku setebal sekitar 800 halaman ini lahir bersama para kardinal/uskup/teolog lain. Enam tahun ia dan tim mempersiapkan “buku babon” Gereja Katolik sedunia itu. Penggunaannya disetujui oleh Paus Yohanes Paulu II.

Kini Katekismus ini telah berusia 30 tahun. Sudah diterjemahkan ke dalam pelbagai bahasa di dunia, termasuk dalam Bahasa Indonesia. Sejak diberlakukan, Katekismus ini menjadi rujukan, panduan seluruh umat Katolik di seantero jagad ini. Kendati tak sepenuhnya mampu menjawab semua persoalan kehidupan umat dan Gereja, harus diakui, Katekismus ini sangat berperan dalam kehidupan dan keberlangsungan Gereja Katolik dalam 30 tahun terakhir ini. Tentu saja, Ketekismus ini bukanlah satu-satunya sumber ajaran iman Katolik. Sekali lagi, jasa Paus Benediktus XVI amatlah besar dalam keberadaan Katekismus ini.

Ke depan bagaimana? Katekismus ini akan terus dijaga dan barangkali juga perlu diperbarui terus-menerus (reformanda) dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan, perubahan, tantangan zaman. Era perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sedemikian pesat ini akan melahirkan masalah dan problematika baru yang tak terpikirkan sebelumnya.

Saat kita berbicara mengenai kehidupan orang muda (generasi zaman now), kita bisa mengajukan pertanyaan, sejauh manakah Katekismus ini dipahami? Pelbagai upaya yang dilakukan untuk ‘’membunyikan” Katekismus ini di kalangan orang muda, patut diapresiasi seperti YoutCat (katekismus untuk orang muda)dan DoCat (pengajaran iman tentang Ajaran Sosial Gereja).

Bagaimana dengan anak-anak, remaja, dan orang dewasa, lansia? Mereka pun perlu mendapat pengajaran dan penyajian iman (magisterium) Gereja secara terus menerus dengan bahasa yang mudah dimengeri dan diimplementasikan dalam kehidupan praktis. Penyajian kepada umat di perkotaan, kota besar/metropotolin pun berbeda dengan umat yang tinggal di kota kecil, pedesaan, bahkan ke pelosok pedalaman. Semua perlu disesuaikan agar esensi ajaran iman dapat dipahami dengan baik.

HIDUP, Edisi No. 05, Tahun ke-77, Minggu, 29 Januari 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini