Kekatolikan Mulai Hidup Sejak Tahun 174, Ada Gejala Jumlah Umat Katolik di Austria Terus Menurun

483
Suasana Misa di Katedral Stephan, Wina Austria (Foto: Dok Bene Xavier)

HIDUPKATOLIK.COM – Per 31 Desember 2022 tercatat 4,73 juta umat Katolik di Austria dari keseluruhan jumlah penduduk 8,5 juta jiwa. Angka ini terus nenurun setiap tahunnya, terhitung selama 2022 terdapat 90.808 orang yang melepaskan keanggotaannya dari Gereja Katolik. Data ini baru saja dirilis oleh Konferensi Wali Gereja Austria pada Rabu, 11 Januari 2023. Jumlah ini memang mengalami penurunan, namun secara keseluruhan dapat dikatakan tetap stabil.

Hal ini tercatat dengan jelas secara statistik di Austria dengan adanya sistem pajak Gereja. Setiap penduduk atau orang asing yang tinggal di Austria ketika mendaftarkan diri di kantor kependudukan akan tercatat agamanya. Bagi mereka yang mendaftarkan diri sebagai Kristen (baik Katolik maupun Protestan) akan diberlakukan pajak Gereja. Dengan membayar pajak, seseorang tercatat sebagai umat (keanggotaannya) di suatu paroki dan berhak mendapat layanan sakramen. Sebaliknya apabila ia mengundurkan diri sebagai anggota Gereja dan tidak lagi membayar pajak Gereja, maka ia tidak lagi berhak atas berbagai layanan sakramen.

Gereja di Döbling, Wina Austria yang masih selalu dipenuhi umat saat misa harian. (Foto: Bene Xavier)

Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Wina, Nikolaus Krasa menyatakan rasa syukurnya atas kesetiaan 98% umat yang tetap memilih sebagai persatuannya dalam Gereja Katolik. Selama 2022 tercatat 23.986 umat di Keuskupan Agung Wina yang menyatakan pengunduran diri mereka. Artinya, dalam satu tahun penuh ketidakpastian dalam tekanan luar biasa untuk menyelamatkan, hanya 2% umat yang meninggalkan Gereja. Beliau menambahkan bahwa Gereja bersyukur dan berterima kasih atas kesetiaan umat, bahkan jika seringkali melibatkan pengorbanan yang cukup besar bagi mereka, sebagaimana diketahui dari banyak dialog yang terjadi.

Di sisi lain, ini adalah jumlah pengunduran diri tertinggi kedua dalam beberapa tahun terakhir. Tahun 2010 tercatat angka paling tinggi di Keuskupan Agung Wina sejumlah 25.314 pengunduran diri dengan alasan mayoritas yaitu pelecehan seksual. Gelombang pengunduran diri seperti itu tentu saja berdampak pada finansial dan efektivitas layanan keuskupan bagi umat dan masyarakat umum. Diketahui Keuskupan Agung Wina memiliki pelayanan pada 630 paroki, rumah sakit, panti jompo, sekolah, penjara, hingga karya amal dan komitmen untuk pelestarian dan perawatan berbagai monumen bersejarah.

Penulis bersama Uskup Agung Wina, Christoph Cardinal Schönborn (Foto: Bene Xavier)

Mengenai hal ini Vikjen Nikolaus Krasa mengatakan bahwa Keuskupan Agung Wina telah menurunkan pajak kontribusi Gereja di seluruh wilayah keuskupan Austria pada angka yang jauh lebih rendah akibat terjadinya inflasi ini, mengingat situasi keuangan yang sulit bagi banyak orang. Tentu saja konsekuensinya adalah terjadinya kesulitan untuk menjalankan tugas pelayanan seperti biasa. Namun demikian, ia berterima kasih atas kesetiaan umat yang tetap berkontribusi dalam pembayaran pajak Gereja terutama di masa-masa sulit seperti sekarang ini.

Fenomena yang Terjadi 

Sebagaimana diketahui bahwa Austria merupakan negara di Eropa dengan agama Katolik sebagai mayoritas. Kekatolikan di Austria sudah mulai hidup sejak tahun 174 (bahkan sebelum Edik Milano 313). Dua negara yang hingga saat ini dikenal masih mengenakan sistem kontribusi pajak Gereja adalah Austria dan Jerman, sebagai salah satu pengaruh Nazi yang masih terbawa hingga saat ini. Di satu sisi terkesan bahwa kontribusi pajak Gereja seolah membebani umat, namun di sisi lain dana tersebut juga telah „berjasa“ membantu pertumbuhan Gereja Katolik di wilayah Asia dan Afrika.

Dalam beberapa tahun terakhir, kasus pelecehan seksual oleh oknum klerus sempat mencuat di wilayah Jerman dan Austria. Keterbukaan dalam berpikir dan kebebasan berpendapat tampaknya turut mempengaruhi banyak dan cepat terungkapnya kasus pelecehan seksual di dalam tubuh Gereja. Hal ini tidak dipungkiri menjadi salah satu alasan utama banyaknya umat yang memilih mengundurkan diri dari keanggotaanya sebagai Gereja Katolik. Terhadap hal ini, Gereja dan pemerintah berani mengambil tindakan tegas terhadap para oknum klerus yang melakukan pelecehan seksual. Diharapkan ketegasan dalam bertindak juga dapat menumbuhkan kembali kepercayaan umat pada institusi Gereja.

Fenomena lainnya yang muncul adalah ketika terjadi pandemi dan disusul dengan perang Rusia-Ukraina, di mana semua itu berdampak pada perekonomian setiap negara dan setiap orang, kontribusi pajak Gereja dirasa oleh beberapa orang sangat memberatkan. Walaupun Gereja juga telah memberi keringanan, namun tetap saja ada sebagian orang yang tetap memilih keluar dari Gereja.

Statistik boleh saja mengalami penurunan, namun semoga saja hal tersebut tidak membuat Gereja berkecil hati. Sebaliknya menjadi pendorong kita untuk meningkatkan kualitas diri sebagai pengikut Kristus yang baik. Kita perlu mengingat soal iman, harapan dan kasih yang tidak mungkin diukur secara kuantitas. Hal itulah yang perlu terus disebarkan kepada sesama setiap harinya. Hingga kita tidaklah mengutuk kegelapan, melainkan menjadi terang dalam kegelapan itu sendiri.

Ditulis dari Wina, AustriaSr. Bene Xavier, MSsR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini