Expired Date: Mulai Tahun Baru ini, Saya Bertekad Gak Cuma Rajin Cek ‘n Ricek Isi Kulkas,

163

HIDUPKATOLIK.COM – Holiday Season selalu menjadi moment yang tepat untuk reuni dengan sahabat lama. Siang itu saya melenggang ke café tempat acara yang sudah dipenuhi dengan para sahabat yang kelihatan cantik dan ceria dengan gaun merah-hijau, lengkap dengan bando Rudolf dan topi Santa.

Kamipun bertukar berita dan gossip terbaru. Salah satu teman mulai cerita, “Pas liburan gini, paling males deh ngumpul sama keluarga suami gue. Pasti deh ada aja yang minjem duit. Bukannya pelit ya, tapi kok kayak modus, sebab bilangnya selalu minjem, tapi kok gak pernah dibalikin. Lama-lama kan capek juga!”. Temen ikutan nyeletuk, “Ada tuh temen gue yang juga suka aji mumpung gitu. Kalo sekali-kali masih mending, kalo berkali-kali selama bertahun-tahun…males juga lah. Kan bukan kewajiban gue juga ngasih duit ke dia!”

Pembicaraan terputus karena mbak pramusaji menyajikan makan siang kami. Kini topik beralih ke seputar kuliner, dimana aja ada kuliner yang enak dan unik. Beberapa jam kemudian, dengan perut kenyang dan hati senang, kamipun berpisah dengan janji akan ketemu lagi setelah Sin Cia tahun depan.

Meskipun masih merasa kenyang, malam itu saya gak enak hati untuk menolak ajakan dinner dari teman kantor lama yang sudah lama gak ketemu juga. Meluncurlah saya ke café lain, kali ini cafenya dilengkapi dengan live music. Sambil menikmati suara vokalis yang agak serak-serak jazzy, kamipun bertukar-kabar.

Saya bertanya, “Gimana kantor baru? Asik ga? Gaji naik dong…”

Temen saya mengangkat bahu, “Masih penyesuaian sih, gajinya naik tapi lo tau sendirilah, gue kan masih nanggung biaya sekolah adik-adik gue di kampung. Biarpun naik, yah gaji cuma numpang lewat doang Nek! Ini temen-temen gue ngajak liburan ke Jepang, gue mana bisa ikut?! Tahun baru-an gini pasti deh adik-adik gue minta baju barulah, sepatu barulah. Belum lagi kemaren kata nyokap rumah bocor, gara-gara sering hujan belakangan ini, jadi mesti segera dibetulin. Ada-ada aja, rasanya kok kayak gak ada habisnya…pusing deh!”

Melihat tampang temen saya yang agak sedih, saya cuma bisa menepuk-nepuk bahunya, “Gak usah dipikirin lah say, diikhlasin aja. Tahun depan kan masih ada waktu buat jalan-jalan…Santaiii…”.

Tiba-tiba mbak vokalis yang tadinya nyanyi lagu mellow, berganti menyanyikan lagu yang riang, kami berdua ikutan nyanyi-nyanyi, sebodo amat dengan tatapan gak setuju dari tante-tante di meja sebelah, yang penting healing…yang penting happy!

Malam itu saya gak bisa tidur, mungkin karena sugar rush akibat kelewat banyak makan enak sepanjang hari. Sambil menghirup segelas teh camomile yang konon bisa membuat cepet ngantuk, saya duduk di teras. Keheningan malam membuat saya teringat kembali pembicaraan hari ini, soal capek memberi. Ternyata bukan cuma makanan aja yang punya expired date, kemurahan hati ternyata juga bisa expired.  Kenapa bisa gitu ya?

Saya jadi teringat kisah janda di Sarfat yang memberi makan pada Nabi Elia dengan persediaan bahan makanannya yang terakhir, tetapi justru karena kasihnya itu dikatakan “Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang, seperti Firman Tuhan.”

Kisah ini menggambarkan kasih Tuhan itu [untungnya] tidak ada expired date. Berkat Tuhan selalu diberikan dengan gratis setiap hari sepanjang hidup kita. Logika manusia tidak sama dengan logika Tuhan. Berbagi tidak lantas membuat kita kekurangan, rejeki akan selalu datang, malah semakin banyak memberi, kita akan semakin banyak menerima.

Mulai tahun baru ini, saya bertekad gak cuma rajin cek ‘n ricek isi kulkas, agar gak kecolongan makan makanan yang sudah expired date, tetapi juga semakin rajin cek ‘n ricek hati saya, supaya memiliki kasih yang long lasting tanpa expired date.

Saya mau belajar seperti janda di Sarfat dengan keyakinan bahwa buli-buli saya tak akan pernah kosong, sebanyak apapun saya berbagi.

Saya perlu belajar memberi tanpa kebanyakan mikir, memberi tanpa hitungan untung-rugi, memberi tanpa mengharapkan pujian apalagi balasan. Sebab rezeki itu betul-betul anugerah yang sebetulnya milik Tuhan.

Sebelum hidup saya ini expired, sebaiknya saya semakin rajin mengumpulkan berkat, mumpung masih sempat. Paling tidak itu resolusi Tahun Baru saya.

Bagaimana dengan Anda?

Fransisca Lenny, Alumna KPKS Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini