Para Uskup Nikaragua Ungkapkan Keprihatinan atas Ribuan Warga yang Tinggalkan Negara Itu

269
Umat tengah berdoa di sebuah gereja di Nikaragua

HIDUPKATOLIK.COM – Konferensi Waligereja Nikaragua (CEN) menyatakan keprihatinannya terhadap ribuan orang yang bermigrasi karena krisis di negara tersebut dan mengatakan bahwa “ini adalah cerminan dari drama kemanusiaan yang menantang kita.”

Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengindikasikan bahwa “ketidakstabilan politik yang terjadi di Nikaragua sejak April 2018 telah memaksa sekitar 200.000 orang melarikan diri dari penganiayaan dan pelanggaran hak asasi manusia.”

“Sebagian besar dari orang-orang ini (150.000) telah pergi ke Kosta Rika, negara tetangga. Jumlah orang Nikaragua yang meminta perlindungan di Kosta Rika sejak 2018 melebihi jumlah orang yang melarikan diri dari perang saudara Amerika Tengah pada 1980-an,” kata badan PBB itu di situs webnya.

Dalam pesan Adven yang dikeluarkan pada 16 November, konferensi tersebut mengatakan bahwa kegembiraan yang dibawa oleh waktu persiapan Natal tidak menghalangi para uskup untuk “mengakui keprihatinan yang kita miliki tentang peristiwa sosial, politik, dan ekonomi di tanah air kita.”

“Terutama, antara lain, krisis migrasi, yang merupakan cerminan dari drama kemanusiaan yang menantang kita,” kata para uskup.

Para uskup meyakinkan bahwa “bahkan di tengah ketidakpastian dan penderitaan, kerajaan Allah hadir dalam sejarah kita dan berbagai tanda dunia baru terwujud di antara kita.”

Mereka menunjukkan bahwa di Nikaragua “kita semua harus melakukan perjalanan bersama; tidak seorang pun boleh tertinggal.”

“Kita semua harus memiliki kemungkinan untuk mengembangkan diri dan menjadikan Nikaragua sebagai negara saudara. Marilah kita selalu berusaha untuk berbuat baik, sehingga kita semakin banyak berbicara sebagai saudara dan mengesampingkan individualisme,” tambah mereka.

Karena itu, para uskup mendorong penduduk untuk berpartisipasi dalam pencarian pertobatan pribadi. Dalam kasus umat Katolik, “sebagai Gereja yang menjalankan misi yang dipercayakan Tuhan kepada kita.”

Situasi migrasi warga Nikaragua semakin memburuk dengan pengumuman baru-baru ini oleh presiden Kosta Rika, Rodrigo Chaves, yang mengatakan bahwa dia akan mengambil tindakan untuk menghentikan kedatangan lebih banyak orang dari negara itu.

Presiden mengatakan bahwa orang-orang ini masuk dengan mengaku sebagai “pengungsi politik” padahal sebenarnya mereka adalah “pengungsi ekonomi” yang melarikan diri dari krisis di negara tetangga, yang dipimpin oleh kediktatoran Daniel Ortega.

Pengacara dan peneliti Martha Patricia Molina mengungkapkan dalam sebuah laporan baru bahwa dalam beberapa tahun terakhir Gereja Katolik di Nikaragua mengalami hampir 400 serangan.

“Nikaragua: Gereja yang Teraniaya?” adalah laporan setebal 228 halaman yang mencatat total 396 serangan terhadap umat Katolik.

Dokumen tersebut menyajikan permusuhan yang diderita Gereja di Nikaragua di bawah kediktatoran Ortega dan istrinya, Wakil Presiden Rosario Murillo, dari 2018 hingga 2022.

Laporan itu juga menunjukkan catatan terperinci tentang penodaan, penistaan, serangan, perampokan, ancaman, ujaran kebencian, dan para imam di pengasingan, “akibat penganiayaan pemerintah.”

Dalam laporan edisi pertama setebal 106 halaman yang diterbitkan pada Mei, Molina telah mencatat 190 insiden semacam itu.

Catholic News Agency/Frans de Sales, SCJ

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini