Percakapan Global Para Alumni Sekolah-sekolah Jesuit

377
Misa Pembukaan Kongres ke-10 WUJA di Katedral Maria del Mar, Barcelona. (Foto: Adhi Irawan Anondo/AAJI)

HIDUPKATOLIK.COM – It is with unanimous vote that the next city to host the world congress in 2025 shall be Yogjakarta, Indonesia. Congratulations!

BEGITULAH disampaikan pimpinan sidang ketika membacakan hasil pengambilan suara peserta Kongres World Union of Jesuit Alumni (WUJA) ke-10 yang berlangsung di Kolese St. Ignatius di Kota Barcelona, Spanyol, pada tanggal 13 Juli 2022 lalu. Indonesia akan menjadi sorotan dunia pada tahun 2025 dan sudah dimulai tahun ini di Barcelona. Memang hanya ada beberapa orang Indonesia yang hadir pada saat itu. Rombongan besar perwakilan alumni sekolah Jesuit Indonesia baru saja tiba di tanah Catalan, Barcelona, untuk menghadiri pertemuan yang akan berlangsung hingga tanggal 18 Juli 2022. Sidang itu diikuti perwakilan dari 53 negara ini dilanjutkan dengan agenda pemilihan pengurus harian dan 13 anggota dewan perwakilan regional periode 2021-2025.

The World Union of Jesuit Alumni (WUJA), berdomisili di Luxembourg, adalah organisasi yang menjadi mimbar perjumpaan bagi federasi alumni sekolah-sekolah menengah dan universitas-universitas Jesuit dari seluruh belahan dunia. WUJA berdiri sejak tahun 1956 dan bertujuan untuk mengembangkan jejaring alumni, memelihara nilai-nilai Kristiani dan Spirit Ignatian. Selain itu, WUJA juga mengarahkan keterlibatan alumni pada keprihatinan yang aktual. Untuk terus selalu mempererat jejaring dan update terhadap isu global, WUJA mengadakan kongres setiap empat tahun sekali.

Momen Istimewa

Konggres X WUJA tahun ini menjadi momen istimewa karena sebuah latar waktu dan tempat yang membuat para peserta mencecap dengan lebih dalam semangat Ignatian dan memandang lebih jauh gerak langkah ke depan. Tanah Barcelona, Spanyol adalah alasan pertama bahwa Kongres ini menjadi istimewa. Jejak langkah St. Ignatius banyak tertinggal di Spanyol dan tentunya di beberapa sudut Barcelona yang mampu memicu ingatan akan Semangat Ignatian. Bukan hanya itu, tahun 2021-2022 adalah Tahun Ignatian (Ignatian Year). Serikat Yesus dan seluruh mitra, para alumni sekolah Jesuit tanpa terkecuali, diajak untuk mendalami Peringatan 500 Tahun Pertobatan St. Ignatius. Keberanian mengadakan pertemuan secara offline ini adalah salah satu keistimewaan tersendiri di tengah situasi pandemi yang masih berlangsung, di saat dunia mulai bergeliat setelah berhenti selama dua tahun karena pandemi. Carut marut persoalan sosial-ekonomi baru melatarbelakangi pula keprihatinan dari para alumni dalam pertemuan ini.

Inilah yang menjadi pertimbangan bagi panitia Kongres untuk menggagas tema Kongres WUJA X, yaitu United by Values, Moved by the Future. Tema ini ingin mengajak seluruh peserta Kongres untuk menyadari bahwa para alumni sekolah Jesuit telah disatukan dengan nilai-nilai Ignatian yang sama. Tidak berhenti di situ, para alumni juga diajak menatap dan bergerak ke arah masa depan dengan melihat seluruh keprihatinan dunia saat ini. Melalui tema pokok ini para alumni, para Jesuit dan para perwakilan kaum muda didorong untuk melakukan percakapan yang mendalam selama lima hari terkait dengan pelbagai situasi keprihatinan global saat ini.

Jamuan makan dan networking peserta Kongres WUJA. (Adhi Irawan Anondo/AAJI)

Ada beberapa keprihatinan yang diangkat dalam pertemuan ini. Kesembilan keprihatinan ini diikuti oleh para peserta Kongres dengan mendengarkan para pembicara dan bertukar pikiran satu sama lain. Keprihatinan terhadap krisis ekologi menjadi tema pertama yang memukau para peserta. Gelombang migrasi di berbagai tempat dan pentingnya peran perempuan juga menjadi pembahasan dalam pertemuan ini. Tema-teman lain yang dibahas adalah terkait teknologi, dialog antaragama dan keyakinan, inovasi sosial, dan pendidikan. Yang menarik lain dalam pertemuan ini adalah dibahasnya tema mengenai komunitas global. Di awali dengan praktik baik Fe y Alegria dalam membangun tempat pendidikan bagi mereka yang miskin. Kemudian ada juga tema-tema mengenai kolaborasi dan berjejaring.

Enam Resolusi

Konggres ditutup dengan pembacaan Resolusi oleh Presiden WUJA yang baru, Fransisco Guarner. Resolusi ini terdiri dari enam ajakan akan kesadaran dan tindak lanjut, dan empat ucapan terima kasih.

Pertama, para alumni sungguh menyadari kekayaan kontribusi yang sungguh sangat besar dari para peserta muda yang tergabung dalam jejaring international ini karena inisiatif mereka sendiri. Tetapi muncul juga kesadaran bahwa masih banyak hal yang masih bisa dilakukan untuk menyatukan dan mengintegrasikan orang-orang muda yang tak lagi dekat dengan Lembaga Pendidikan Jesuit.

Kedua, para alumni juga menyadari akan pentingnya gerak bersama antara asosiasi-asosiasi lokal dan juga perkumpulan global untuk mempererat jejaring dan menumbuhkan “the giant awakens”. Dalam hal ini konsolidasi terus menerus perlu dilakukan yang berfokus pada proses berjejaring dan bukan membentuk suatu struktur yang baru. Para alumni bisa berkaca dengan metode kerja jaringan internasional sekolah-sekolah Jesuit yang tergabung dalam Educate Magis.

Ketiga, para alumni menyadari bahwa jejaring yang ada memungkinkan untuk kolaborasi dan berkarya antarsesama alumni. Dua kekuatan utama berasal dari kuatnya asosiasi-asosiasi lokal dan juga identitas global yang saat ini perlahan-lahan mulai terwacanakan. Hal ini mendorong asosiasi-asosiasi lokal untuk terus berperan dalam merangkul para alumni dan kelompok-kelompok lain yang berada di berbagai Lembaga Jesuit lainnya.

Keempat, para alumni percaya bahwa dinamika tumbuhnya jaringan internasional ini berasal dari inisiatif asosiasi-asosiasi lokal ataupun nasional yang Bersatu di tingkat gerakan akar rumput (Grass Root Movement). Hal ini diyakini menjadi lebih kuat dari pada instruksi yang datang dari atas (World Union).

Pembacaan Resolusi Kongres ke-10 WUJA oleh Alain Deneef dilanjutkan Francesco Guarner. (Foto: Adhi Irawan Anondo/AAJI)

Kelima, para alumni menegaskan bahwa sarana terbaik untuk membuat perubahan baik secara pribadi maupun dalam komunitas adalah melalui Latihan Rohani. Hal ini sejalan dengan Universal Apostolic Preferences yang digaungkan oleh para Jesuit. Para Alumni didorong untuk mengalami Latihan Rohani ini dalam segala bentuknya.

Keenam, para alumni terus mendorong kelanjutan dari pertemuan di Barcelona 2022 ini. Selalau alumni sekolah Jesuit diajak untuk mempunyai semangat mengkontemplasikan realita (spirit of contemplation of reality), refleksi tajam dalam doa dan discernment yang mengarah pada komitmen.

Resolusi ini ditutup dengan empat ucapan terima kasih disampaikan oleh Francesco Guarner kepada Pater Jenderal, Arturo Sosa, SJ; Bapa Paus; seluruh panitia pelaksana Kongres X dan Alain Daneef (Presiden WUJA sebelumnya).

Identitas Alumni

Di akhir, Francesco Guarner menegaskan identitas alumni sekolah Jesuit sekaligus ajakan untuk bersama dalam perkembangan dunia. “Kita, alumni sekolah Jesuit sudah menikmati formasi yang berkualitas dan memiliki modal untuk terus tumbuh dalam kompetensi, kepekaan, komitmen dan cinta kasih bagi sesama. Kita adalah sebuah keluarga besar yang lahir dari 2300 lembaga pendidikan Jesuit yang tersebar di 70 negara. Relasi internasional yang kita bina sekarang, bertujuan semakin padu dan menjadi gerakan misi bersama Serikat Jesus menyikapi perkembangan dunia,” begitu tuturnya.

Besar dan luasnya para alumni sekolah-sekolah Jesuit ini adalah potensi yang sungguh luar biasa untuk suatu perubahan besar menghadapi seluruh keprihatinan dunia ini.

Konggres ini menggemakan sebuah frase yang diungkapkan oleh Chris Lowney, Sang Penulis Heroic Leadership, “Will the sleeping giant wake up? Imagine the capacity that the WUJA would have if we could mobilize a small percentage of the 10 million alumni around the world.”

Kini, saatnya kita bergerak!

Alexander Koko Siswijayanto, SJ (Alumni Kolese Loyola 2002)

HIDUP, Edisi No. 36, Tahun ke-76, Minggu, 4 September 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini