MENCINTAI DIRI SENDIRI

560

HIDUPKATOLIK.COM – Dalam kehidupan kita ada begitu banyak orang yang mencintai kita. Namun demikian, kita akan tetap merasa ”kesepian” dan “kesendirian” selama kita
”tidak dapat mencintai diri kita.

Kita tidak mungkin dapat ”bahagia” selama kita ”membenci” dan ”menolak” diri kita sendiri.

”Buah dari “kebencian” dan ”penolakan” diri: ketakutan, depresi, pikiran negatif, kurang percaya diri, dan mengasihani diri sendiri.

Penyebab” kita “membenci diri sendiri” : kita cenderung melihat kelebihan orang lain daripada kelebihan diri sendiri. ”Membandingkan diri sendiri” menyebabkan kita ”tidak menyukai keadaan kita” sekarang ini, seperti kita terlalu gemuk, tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki mobil, tidak memiliki tas branded, tidak memiliki ijasah S2 dan tidak bisa menyanyi.

“Akibatnya” : kita ”tidak akan dapat mencapai target kehidupan” yang telah kita impikan karena terbayangi dengan kelebihan orang lain.

Allah menghendaki kita menjadi pohon-pohon yang menghasilkan ”buah yang baik”, yaitu keberanian, pengharapan, dan semangat : ”Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang” (Amsal 23 : 18).

”Cara” menghasilkan buah yang baik : ”Mensyukuri” atas keberadaan diri kita sebagai jalan untuk dapat mencintai diri kita sendiri.

”Makna” mencintai diri sendiri:

Kita dapat “menerima diri” kita apa adanya karena di balik kekurangan, ada kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.
Kita ”tidak pernah merasa kekurangan” karena Allah telah menghiasi kita dengan kemurahan-Nya.
Kita ”bebas dari beban sosial”.
Kita lebih fokus terhadap ”potensi dalam diri” daripada kelebihan orang lain.
Kita akan merasa lebih ”percaya diri” untuk melangkah menggapai cita-cita kehidupan,

Karena itu, kita ”tidak perlu minder” dan ”tetap semangat” karena Allah telah mengenakan perhiasan kemuliaan, yaitu berkat-berkat-Nya, kepada kita untuk memperlihatkan keagungan-Nya:

”Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku … untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka “pohon tarbantin kebenaran”, “tanaman TUHAN” untuk memperlihatkan keagungan-Nya” Yesaya 61 : 2 -3).


Romo Felix Supranto, SS.CC, Kepala Paroki St. Odilia, Citra Raya, Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini