Terima Pallium dari Nunsio, Tantangan (Baru) Uskup Mendagi

330
Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC menerima Pallium dari Nunsio Apostolik Piero Pioppo (kiri)

HIDUPKATOLIK.COM – SAMBUTAN Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Ignatius Kardinal Suharyo saat syukuran peresmian (instalasi) Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC sebagai Uskup Agung Merauke, Minggu, 7 Agustus 2022 menggambarkan sosok Uskup Mandagi yang sudah ‘senior’. ‘Kaki sudah rusak, gigi sudah banyak palsu, badan juga sudah ada ringnya.’ Pada 2022 ini, menginjak usia ke-73. Paus Fransiskus mengutusnya ke Papua, tepatnya ke Papua Selatan pada 11 November 2020 setelah selama 27 tahun menggembalakan umat Keuskupan Amboina.

Bila di Amboina ia harus berkeliling dari pulau ke pulau di Provinsi Seribu Pulau tersebut, di Merauke ia harus menyusuri sungai-sungai, hutan-hutan, dan lain-lain untuk menjangkau umat Katolik yang ada di pedalaman. Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC dalam khotbah saat peresmian, menegaskan, bahwa segala tantangan itu seolah tak berarti apa-apa bagi Uskup Mandagi. Sosok Mandagi digambarkannya seperti Abraham. Bapak orang beriman ini, pada usianya yang tak muda lagi, diutus Allah ke tanah terjanji. Abraham taat total pada kehendak Allah. Begitu pun Uskup Mandagi. Baginya, Kristus adalah segala-galanya. Di Papua ia ingin agar kasih Kristus itu sunguh-sungguh dapat diwujudnyatakan.

Tanah Papua, seperti sudah kerap diberitakan, sarat dengan tantangan sekaligus harapan, tak hanya bagi Gereja, juga pemerintah. Persoalan sosial, kemiskinan (ketidakadilan), keterbelakangan di bidang pendidikan, kesehatan, dan lain-lain adalah sedikit dari gunung persoalan yang masih melilit provinsi-provinsi di kawasan ini. Di sini Gereja, sejak dulu, hadir dan berkarya melalui lembaga-lembaga, tarekat imam, suster, dan bruder. Beratnya medan pastoral karena faktor infrastruktur yang masih jauh dari harapan membuat tantangan karya pastoral di Papua pada umumnya menjadi lebih berlipatganda. Uskup Mandagi mengatakan dengan tegas dan lantang, ia siap mengabdikan dirinya untuk mengangkat harkat dan martabat warga Papua.

Uskup Mandagi dikenal sebagai sosok yang tegas dan disiplin. Ketegasan itu tak pandang buluh. Tanpa tedeng aling-aling, ia akan berteriak. Hal yang ia lakukan selama menjadi Uskup Amboina. Apalagi kalau hal itu menyangkut ketidakadilan, kebenaran, dan kebersamaan antarumat beragama. Ketegasan itu dilengkapi dengan kedisiplinannya pada diri sendiri dan rekan-rekan sekerjanya alias para imamnya. Disiplin dalam doa (Misa harian) dan pelayanan pastoral.

Salah satu tantangan lain bagi Uskup Mandagi di tanah Papua adalah persoalan pelanggaran hak azasi manusia (HAM). Pelanggaran HAM di Papua kerap menjadi persoalan yang sensitif, baik yang dilakukan oleh aparatur keamanan negara maupun kelompok-kelompok tertentu yang ingin melepaskan diri dari NKRI.

Harapan besar ditaruh di bahu Uskup Mandagi. Tak nanya pelayanan pastoral umat, suara profetisnya akan dinantikan dalam menyikapi aneka persoalan di Bumi Cendrawasih ini.

HIDUP, Edisi No. 45, Minggu, 28 Agustus 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini