HIDUPKATOLIK.COM – USKUP Agung Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF merayakan dua momen penting dalam perjalanan hidupnya hingga saat ini: 40 tahun imamat dan 20 tahun episkopal. Sebelum ke Samarinda, ia menjadi uskup pertama Keuskupan Tanjung Selor, Kalimantan Utara (Kaltara), 14 April 2002. Berikut kesaksian sejumlah kalangan mengenai sosok tahbisan imam pada 6 Januari 1982 ini.
Asmuni Alie
Ketua FKBU Kaltim: Sederhana dan Bersahaja
“SAYA mengenal Mgr. Harjo setelah dia menjadi anggota FKBU Kaltim. Banyak hal yang saya ketahui dari pribadinya, antara lain, sangat bersahaja, baik dalam penampilan, busana maupun tutur kata. Dia selalu menyampaikan usulan pemikiran atau saran dalam program FKUB dengan memperhatikan kepentingan semua umat, bukan hanya yang Katolik.
Dia selalu hadir dalam rapat-rapat FKUB dan hampir tidak pernah absen kecuali saat dia tidak ada di tempat atau tugas ke luar daerah. Dalam pertemuan hari-hari keagamaan dan rapat resmi lainnya, dia selalu membaur dan saling bertukar cerita serta pemikiran. Dia menunjukkan keramahtamahan dan sangat supel terhadap siapa pun. Sepintas bayak yang belum tahu bahwa dia adalah seorang Uskup Agung Samarinda karena penampilannya sangatlah sederhana dan bersahaja.”
Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC
Sekretaris Jenderal KWI: Buah Kerendahan Hati
“SEBELUM ditahbiskan menujadi uskup, saya bertemu Mgr. Harjo dalam suatu acara. Saya langsung mendapat kesan yang sangat baik: kagum, dan tertegun mengalami kerendahan hatinya yang mau menyapa saya, seorang imam muda yang kebetulan saat itu berstatus uskup terpilih. Dalam interaksi pada saat itu, saya menyaksikan kesederhanaan dan kerendahan hatinya. Inilah gembala yang baik yang disampaikan Yesus dalam Yoh. 10:14. Setelah saya bergabung dengan kolegium para uskup di KWI, kesan baik yang spontan tersebut terbukti. Saya banyak berinteraksi dalam tujuh tahun ini. Komitmennya sebagai anggota Presidium KWI, tampak luar biasa. Sumbangsih pemikirannya terlihat sebagai gembala yang dekat dengan umat lewat tata wicara dan tata laku yang baik, benar, santun, dan kudus. Ketelitian dan kecermatan dalam memandang persoalan pun menunjukkan komitmennya yang tinggi.
Saat Presidium memohon Mgr. Harjo untuk lebih mencermati persoalan keuangan yang didahului dengan mengikuti kursus keuangan dan ujian yang diadakan oleh Jasa Otoritas Keuangan, ia menerima dengan lapang dada. Ia menyediakan waktu untuk belajar dan ikut kursus di Jakarta. Saya menyaksikan bagaimana tekunnya ia yang jauh lebih senior dari saya ini menyiapkan diri saat kursus dan menjelang ujian. Itulah salah satu buah kerendahan hatinya.”
Romo Agustinus Purnama, MSF
Superior Jenderal MSF, tinggal di Roma: Bersedia Menolong
“KETIKA Bapa Paus menugaskan Romo Harjo sebagai uskup pertama di Keuskupan Tanjung Selor, saya sendiri tidak kaget. Di samping melihat sejarah kepemimpinan dan hidupnya, tentu sudah ada proses sebelumnya. Maka dengan semangat, kami bersama dengan beberapa imam muda dan umat berduyun-duyun ke Tarakan, tempat ia ditahbiskan sebagai uskup sekaligus peresmian keuskupan baru yang ia pimpin. Sehari setelah tahbisan, kami, termasuk Nunsio diantar panitia ke gedung kayu kecil Gereja Paroki Tanjung Selor yang nanti akan dibangun Katedral dan tanah berhutan yang nantinya akan dibangun rumah Keuskupan. Melihat dua tempat itu, sekilas saya merasaan getaran hati, prihatin dengan tugas berat menantinya.
Belum lama kita menyaksikan bahwa Presiden Jokowi membuka hutan untuk membangun Ibu Kota Negara (IKN) baru. Bedanya mungkin yang satu didukung dana besar negara dan para pemodal, sedang yang satunya? Sikat penuh harap, setia, dan melihat peristiwa dari segi positif membuat dia mampu mengatasi kesulian dan mampu membantu yang lain. Sikap besedia menolog yang lain atau tawaran dia untuk membantu rekan yang sedang dalam kesulitan merupakan wujud kesaksian imannya. Waktu itu tidak terbayang bahwa dia akan menjadi uskup agung di tempat IKN baru akan dibangun.”
Pastor Moses Komela Avan
Vikjend Keuskupan Agung Samarinda: Kekuatan Ketenangan
“SAYA baru mengenal Mgr. Harjo dengan lebih baik secara personal setelah dia menjadi Uskup Agung Samarinda pada 2015. Dia mengangkat saya menjadi Vikaris Jenderal. Sejak saat itu, saya terjalin dalam kerja sama dengannya secara lebih dekat dalam kebersamaan di Kuria Keuskupan. Bersamaan dengan itu, saya mulai mengenalnya secara lebih mendalam baik secara pribadi maupun dalam kedudukan dan perannya sebagai uskup.
Dalam berbagai situasi, dia selalu mampu mengambil sikap tenang. Ketenangan itu memampukannya untuk mengambil mendekati berbagai situasi dengan jernih. Ketenangan ini juga memampukan dia mendengar dengan penuh perhatian dan cermat sebelum menegaskan sikap dan menentukan keputusan.”
Suster Desideria Saragih, KSSY
Mantan Pemimpin Umum KSSY: Simbol Pohon Beringin
“KSSY memulai misinya di Keuskupan Tanjung Selor pada 29 September 2014. Setelah saya tidak lagi menjabat tahun 2012, saya mendapat penugasan ke Keuskupan Tanjung Selor. Penugasan itu menambah kedekatan relasi saya dengan Mgr. Hardjo, Uskup Tanjung Selor saat itu.
Mgr. Harjo adalah seorang yang punya empati yang tinggi terhadap sesama sekaligus mampu mendengarkan. Ketika saya ada masalah dan meminta waktu untuk berbicara, dia langsung setuju dan menentukan waktu pertemuan. Ketika saya sharing, dia umumnya diam, duduk dengan tenang mendengarkan, terakhir baru memberi masukan dan peneguhan. Hal ini membuat saya lega dan tenang.
Dia sangat mencintai pohon beringin. Pohon beringin melambagkan pengayoman, keadilan, juga simbol bersatunya manusia dengan Tuhannya atau bersatunya rakyat dengan pemimpinnya.”
Maritje Joanna Loe
Umat Keuskupan Tanjung Selor: Pemimpin yang Membumi
“MENGENAL Mgr. Harjo bukan dalam hitungan hari, melainkan bertahun-tahun, tepatnya sejak dia ditahbiskan menjadi uskup 14 April 2002 di Tarakan. Sudah 20 tahun saya mengenal Bapa Uskup baik secara pribadi maupu sebagai umatnya. Di mata saya, Bapa Uskup seorang pribadi yang humble, mudah tersenyum dan open minded. Dalam penggembalaannya, dia bukan lagi berpikir mengenai kepentingan pribadi, malainkan mengedepankan umat yang digembalakannya. Dia seorang pemimpin yang membumi, sederhana, dan apa adanya. Dia mereketkan semua orang tanpa mebedakan agama, sukau, ras, dan budaya. Sebagai seorang pemimpin, dia visioner. Dia melihat jauh ke depan untuk menjawab kebutuhan di Tanjung Selor pada saat itu. Ia berpikir praktis dan realistis. Dia juga sosok yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya.”
Joni Sinatra Ginting
Anggota DPRD Kota Samarinda, F-Gerindra: Dekat dengan Imam dan Umat
“MGR. Harjo adalah seorang pribadi yang memiliki pengetahuan dan kepekaan yang baik, sangat sederhana, menyenangkan, rendah hati, lemah lembut, baik tutur kata maupun sikapnya, sangat memberikan teladan dan kejujuran dan kepemimpinan kepada seluruh umat. Dia selalu berusaha dekat dengan imam dan terlebih umatnya. Dia juga membangun relasi yang baik dengan seluruh masyarakat Kaltim dan pemimpin pemerintahan sehingga kehadirannya melalui FKUB membantu menciptakan hubungan yang sangat harmonis antara satu agama dengan agama lain dan menciptakan situasi kondusif di Kaltim.
Sejak diinstalasi tahun 2015 sebagai Uskup Agung Samarinda, dia banyak melakukan pembangunan fisik gereja mulai dari Katedral, Gereja Mangkupalas, Chatolic Center, maupun pembangunan rohani umat, yang terlihat dalam partisipasi umat dalam karya-karya pelayanan dan aktif dalam banyak kegiatan kategorial.”
FHS (Disarikan dari “Terjadilah KehendakMu”, sebuah autobiografi)
HIDUP, Edisi No. 30, Tahun ke-76, Minggu, 24 Juli 2022