NGERI-NGERI SEDAP KEHIDUPAN INI

832

HIDUPKATOLIK.COM – CERITA ini di mulai dengan menampilkan dan memamerkan betapa indahnya pemandangan Danau Toba dan sekitarnya, yang berada di Sumatra Utara.

Terdengar pula suara alunan musik serta lagu merdu berbahasa Batak yang sangat indah. Keindahan alam dan merdunya alunan lagu ini membawa hati dan pikiran saya masuk ke dalam suatu perjalanan kesederhanaan, keindahan  dan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia.

Diceritakan ada sebuah keluarga dari suku Batak yang Ngeri-Ngeri Sedap, cukup berada kehidupannya dan mempunyai empat orang anak yang sudah dewasa, berhasil dan bekerja.

Ada mamak Domu, yang penyayang, sabar dan selalu menurut pada keinginan bapak Domu.

Bapak Domu yang punya pendirian yang tegas, serius dan sangat menjunjung tinggi nilai adat.

Domu adalah putra pertama yang berhasil dalam pekerjaan dan sangat diharapkan sebagai penerus marga.

Sarma adalah putri tunggal yang penurut dan tinggal bersama mamak dan bapak Domu.

Gabe adalah putra kedua, seorang Sarjana Hukum yang bekerja sebagai pelawak.

Sahat adalah putra bungsu, seorang wiraswasta dan anak yang paling disayang.

Keluarga ini menceritakan kehidupan yang Ngeri-Ngeri Sedap ketika suatu keinginan dan kerinduan orang tua kepada anak-anaknya yang sangat ingin diwujudkan.

Bapak Domu dan Mamak Domu berpura-pura dan bersandiwara akan bercerai agar anak-anaknya mau pulang dari perantauan. Hasilnya kekerasan hati tiga anak yang sudah lama merantau itu luluh dan terpaksa pulang ke kampung halaman untuk menyelamatkan keutuhan keluarganya.

Banyak hal yang tersimpan di dalam hati masing-masing karakter keluarga ini dan akhirnya terungkap karena sudah tidak dapat disimpan lagi. Suasana keluarga itu menjadi Ngeri-Ngeri Sedap karena beberapa adengan yang tadinya banyak mengundang tawa berubah menjadi serius, penuh tanda tanya. Dan akhirnya pecah menjadi pengakuan dan tangisan Sarma yang tidak bisa dibendung lagi. Tetapi cerita ini diakhiri dengan happy ending family.

Suatu film drama keluarga karya anak bangsa, negeri sendiri yang sangat bagus. Cerita kehidupan sehari-hari yang sangat mengesankan dan penuh dengan makna. Hehe.. saya engak mau bikin spoiler ya… Silakan anda menonton film ini bersama dengan anak-anak yang sudah beranjak dewasa.  Pentingnya suatu persaudaraan, persatuan, adat istiadat, tradisi keluarga dan kebersamaan keluarga ada disini.

Hmm…. Film ini bagi saya banyak menyampaikan suatu pesan dan tradisi lama, yang awalnya saya tidak tahu sama sekali. Adat istiadat yang kaya dengan makna itu sangat perlu untuk dipertahankan walaupun harus beradu dengan perkembangan dan kemajuan jaman saat ini.

Menurut saya, setiap orang tua pasti akan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dari memberikan sandang, pangan dan memilihkan pendidikan yang terbaik walaupun mungkin kondisi keuangan keluarga dalam keadaan yang kurang baik. Setiap orang tua berharap anak-anak akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, berhasil dan sukses dalam menjalani kehidupan di masa yang akan datang.

Mempunyai pekerjaan yang baik, bisa membanggakan orang tua, mempunyai pasangan hidup yang seiman dan lain sebagainya adalah Pe eR besar seorang anak. Tetapi terkadang semua harapan, tuntutan dan keinginan orang tua ini kepada anak-anaknya menjadi terlalu tinggi sehingga tidak sempat untuk memikirkan, menerima dan mempertimbangkan keinginan anak itu sendiri.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. Ams. 22:6

Sebagai anak, saya juga berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi orang tua. Rajin belajar dan memberikan hasil yang terbaik di dalam pendidikan. Mendapatkan pekerjaan dan berusaha bisa membanggakan orang tua. Mempunyai pasangan hidup yang seiman dan sesuai dengan kriteria keinginan serta harapan orang tua. Saya juga selalu berusaha untuk mau menghormati, menuruti dan menerima pendapat ataupun didikan dari orang tua.

“Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.” Ul. 5:16

Agar hubungan orang tua dan anak ini bisa sejalan dan sesuai dengan keinginan, maka dibutuhkan waktu yang “ngeklik” antara orang tua dan anak untuk mau saling bertukar pendapat. Walaupun  orang tua bisa saja selalu mempunyai kekuasaan untuk mengatur anak sesuai dengan  keinginannya. Orang tua yang semakin tua umurnya akan terasa semakin cerewet atau semakin mau menang sendiri. Tidak jarang pula orang tua sering membandingkan anak-anaknya dengan anak-anak teman, saudara atau siapapun yang terlihat lebih baik.

Sebagai orang tua, saya berusaha untuk mau belajar menerima dan mengikuti perkembangan jaman ini. Anak, saya anggap sebagai seorang teman dalam suatu perjalanan kehidupan sehingga kami bisa untuk saling mendukung. Teman yang bisa menjadi pendengar yang baik, yang menawarkan suatu solusi, yang tidak memaksakan kehendak dan yang mau saling menerima pendapat .

Ngeri-Ngeri Sedap kehidupan ini dapat terjadi ketika semua pribadi ingin menang sendiri dan tidak mau menerima pendapat orang lain serta memendam suatu kesedihan. Perpecahan, pertengkaran  dan kemarahan bisa saja terjadi sehingga mengarahkan kepada keretakan hubungan suatu keluarga yang tadinya harmonis. Pendapat orang tua bisa saja salah atau tidak selalu benar dan pendapat anakpun tidak selalu salah atau bisa saja benar.

Dari cerita film ini keutuhan keluarga inti adalah segala-galanya. Anak-anak yang berusaha untuk  mengalah, mengikuti keinginan orang tua demi untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga. Orang tua yang mau mendengar dan juga mau mengakui suatu kesalahan serta mau menerima suatu perubahan demi keutuhan keluarga.

Marilah kita belajar untuk mau lebih bersabar, mau menjadi pendengar yang baik, mau mendengarkan pendapat orang lain, mengalah dan tidak mudah marah.

Tuhan itu Mahapengasih dan penyayang yang akan selalu mengingatkan saya dan anda untuk mau selalu mensyukuri arti dari kehidupan ini. Semua peristiwa yang telah terjadi di dalam perjalanan kehidupan ini, suka maupun duka telah dirancang oleh Tuhan. Maka bersama Tuhan yang Maharahim, saya percaya akan selalu dibimbing-Nya untuk membawa keluarga ini ke dalam suatu kedamaian, sukacita dan penuh dengan cinta kasih.

Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga, Alumni KPKS Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini